dc.description.abstract | Jabodetabek merupakan kawasan megapolitan Jakarta dengan jumlah
penduduk yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk tersebut berdampak pada
penambahan fasilitas, seperti permukiman, jalan, trasportasi dan lain sebagainya.
Tak jarang hal tersebut mengorbankan kawasan ruang terbuka hijau (RTH)
sehingga kota menjadi tidak nyaman. Kota yang tidak nyaman tersebut sangat
rentan untuk membuat masyarakat stress sekaligus kualitas hidup mereka rendah.
Oleh karena itu perlu adanya suatu sarana rekreasi yang murah dan mudah untuk
dijangkau oleh masyarakat. Salah satu kawasan ruang terbuka hijau yang dapat
dijadikan sebagai kawasan rekreasi adalah hutan kota. Hutan kota merupakan RTH
yang berada di tengah kota dan berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi
masyarakat kota, khususnya di kawasan Jabodetabek.
Secara keseluruhan terdapat 20 hutan kota yang tersebar di kawasan
Jabodetabek, diantaranya adalah kota Jakarta memiliki 15 hutan kota, kota Bogor
memiliki 3 hutan kota, kota Tangerang memiliki 1 hutan kota, dan kota Bekasi
memiliki 1 hutan kota. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi
kondisi hutan kota, kemudian menganalisis pemanfaatan hutan kota oleh
masyarakat Jabodetabek, menganalisis kriteria hutan kota sebagai fungsi rekreasi
masyarakat, mengevaluasi kondisi hutan kota sebagai fungsi rekreasi masyarakat
Jabodetabek. Untuk memperoleh kriteria evaluasi hutan kota digunakanlah metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada metode tersebut dipilih beberapa pakar
hutan kota untuk mengisi kuisioner yang kemudian dilihat konsistensi masingmasing
pakar tersebut. Seluruh analisis yang telah dilakukan tersebut kemudian
menjadi bahan untuk digunakan dalam membuat rekomendasi pengelolaan hutan
kota sebagai kawasan rekreasi masyarakat perkotaan.
Hasil studi menunjukkan bahwa 80% hutan kota dikunjungi oleh masyarakat
dari area cakupan buffer hutan kota, dan 55% hutan kota telah dikunjungi oleh
masyarakat luar area cakupan buffer hutan kota, dan sebanyak 50% hutan kota telah
dikunjungi oleh masyarakat baik dari luar maupun dari area cakupan buffer hutan
kota. Faktor utama yang mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung ke hutan
kota adalah objek yang menjadi atraksi yang terdapat di hutan kota, seperti danau,
masjid, taman bermain, dan kolam pemancingan. Nilai R2=0.904, hal ini berarti
hubungan antara jumlah objek hutan kota dengan jumlah pengunjung adalah positif,
dengan nilai signifikasi 0.000. Kriteria komponen evaluasi hutan kota sebagai
kawasan rekreasi diantaranya adalah pengelola (33.3%), objek atau atraksi (18.1%),
pengunjung (15.3%), aksesibilitas (11.9%), aktivitas pengunjung (11.7%), dan
sarana dan prasarana (0.097). Hasil evaluasi hutan kota fungsi rekreasi
menunjukkan bahwa sebanyak 50% hutan kota masih termasuk pada kategori
belum optimal, 30% hutan kota termasuk pada kategori sub-optimal, dan 20% hutan
kota termasuk pada kategori optimal. Hutan kota yang termasuk dalam kategori
belum optimal memiliki point rendah pada komponen objek, aktivitas pengunjung,
dan sarana dan prasarana. Hutan kota yang termasuk dalam kategori sub-optimal
memiliki point rendah pada komponen objek, aksesibilitas, dan sarana dan
prasarana, dan memiliki point tinggi pada komponen pengunjung. Sedangkan hutan
kota yang termasuk dalam kategori optimal memiliki point tinggi hampir disemua
komponen penilaian.
Rekomendasi hutan kota dibuat berdasarkan pada hasil evaluasi hutan kota
yang telah dilakukan. Rekomendasi berdasarkan pada hasil evaluasi hutan kota
terdiri dari kategori hutan kota belum optimal, sub optimal, dan optimal. Pada hutan
kota kategori belum optimal perlu menambahkan pos keamanan di dalam hutan
kota, penambahan ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna tanaman, penambahan
objek yang menjadi atraksi hutan kota seperti wahana air, tempat pemancingan,
flying fox, panahan, dan panjat tebing, serta perbaikan sarana dan prasana. Hutan
kota kategori sub optimal perlu penambahan ragam jenis, bentuk, ukuran, dan
warna tanaman, pemeliharaan secara terjadwal, serta menata ruang di dalam hutan
kota sebagai area piknik dan non piknik. Pada hutan kota kategori optimal secara
keseluruhan sudah baik, namun ada beberapa komponen yang perlu diperbaiki
diantaranya adalah penambahan objek yang unik, seperti wahana air, tempat
pemancingan, flying fox, panahan, dan panjat tebing, serta meminimalisir biaya
masuk atau membebaskan biaya masuk untuk pengunjung. | id |