Show simple item record

dc.contributor.advisorGhulamahdi, Munif
dc.contributor.advisorLubis, Iskandar
dc.contributor.authorMaulana, Arlingga Ichwan
dc.date.accessioned2019-09-09T01:53:07Z
dc.date.available2019-09-09T01:53:07Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98640
dc.description.abstractJagung merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia. Peningkatan produktivtas jagung bisa didapatkan melalui ekstensifikasi, contohnya penggunaan lahan pasang surut. Penggunaan budidaya konvesional masih belum sesuai digunakan di lahan tersebut. Budidaya Jenuh Air adalah suatu teknologi pemberian irigasi terus-menerus di saluran dan dapat mencegah oksidasi pirit dan genangan, serta meningkatkan produktivitas jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon fisiologi, pertumbuhan dan hasil beberapa varietas yang tahan terhadap kondisi genangan sesaat, budidaya jenuh air, dan budidaya kering di lahan pasang surut serta mendapatkan varietas terbaik untuk dibudidayakan di lahan pasang surut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2018 di Desa Karyabakti, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Percobaan 1 menggunakan rancangan split plot dengan rancangan lingkungan acak kelompok dan 3 ulangan. Petak utama merupakan kondisi genangan, terdiri dari 2 taraf yaitu budidaya jenuh air (BJA) hingga panen, dan genangan sesaat. Anak petak merupakan varietas yang terdiri dari 4 taraf yaitu Sukmaraga, Bisma, Pioneer 27 dan Bima 20. Anak petak berukuran 2 m x 2 m dan dikelilingi oleh saluran air dengan lebar 30 cm dan kedalaman 50 cm. Percobaan 2 menggunakan rancangan petak tersarang dengan rancangan lingkungan acak kelompok dan 3 ulangan. Petak utama adalah tipe budidaya yang terdiri dari budidaya jenuh air (BJA) dan budidaya kering (BK). Anak petak adalah varietas yang terdiri dari varietas Sukmaraga, Bisma, Pioneer 27 dan Bima 20. Anak petak berukuran 4 m x 3 m pada BJA dan BK. BJA dikelilingi oleh saluran air dengan lebar 30 cm dan kedalaman 50 cm sedangkan budidaya kering dilakukan tanpa saluran air. Pengamatan penelitian ini terdiri dari respon pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, indeks luas daun, volume akar, panjang akar, bobot kering daun, bobot kering batang, bobot kering akar, dan total bobot kering. Respon fisiologi terdiri dari kehijauan daun, kerapatan stomata, laju pertumbuhan tanaman (LPT), dan laju asimilasi bersih (LAB). Respon hasil terdiri dari umur berbunga jantan dan betina, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji per baris, jumlah biji per tongkol, bobot 100 biji, bobot biji kering per tongkol, produktivitas, dan indeks sensitivitas. Hasil percobaan pertama menunjukan terdapatnya perbedaan respon antar kondisi genangan dan antar varietas. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada BJA lebih baik dibandingkan pada kondisi genangan sesaat. LPT didapatkan paling tinggi pada perlakuan BJA sedangkan LAB 6 – 8 MST pada perlakuan genangan sesaat. Varietas Pioneer 27 memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada 4 – 6 MST dan Bima 20 memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada 6 – 8 MST. Pengaruh perlakuan varietas Pioneer 27 memiliki nilai yang paling tinggi pada respon peubah komponen hasil. Pengaruh terbaik pada peubah produktivitas didapatkan pada kombinasi BJA dan Pioneer 27 yang menghasilkan produktivitas 9.33 ton ha-1. Kombinasi genangan sesaat dan Bima 20 menghasilkan produktivitas terendah dengan nilai 5.27 ton ha-1. Varietas Pioneer 27 dan Bima 20 termasuk ke dalam varietas peka terhadap genangan sesaat, sedangkan varietas Sukmaraga dan Bisma merupakan varietas toleran sedang terhadap genangan sesaat. Hasil percobaan kedua menunjukan terdapat perbedaan respon antar tipe budidaya dan antar varietas. Respon pertumbuhan menunjukan bahwa budidaya kering dapat meningkatkan tinggi tanaman, akan tetapi memperkecil diameter batang dan volume akar, sedangkan BJA menekan pertumbuhan awal, namun tanaman dapat beradapatasi dengan baik terhadap budidaya tersebut dibandingkan dengan budidaya kering. Pengaruh kombinasi budidaya kering dan Bisma memiliki nilai LPT yang paling tinggi pada 4-6 MST, namun pada 6 – 8 MST, nilai LPT yang paling tinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan BJA dan Pioneer 27. Umur berbunga jantan dan betina pada budidaya kering lebih cepat dibandingkan dengan BJA. Perlakuan BJA memiliki nilai yang lebih tinggi pada peubah panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji, jumlah biji per baris dibandingkan dengan budidaya kering, sedangkan perlakuan varietas Pioneer 27 memiliki nilai terbaik pada peubah yang sama dibandingkan varietas lain. Pengaruh kombinasi tipe budidaya BJA dan varietas Pioneer 27 menghasilkan produktivitas tertinggi yaitu 8.42 ton ha-1 sedangkan pengaruh kombinasi budidaya kering dan varietas Sukmaraga, Bima 20 menghasilkan produktivitas terendah yaitu 5.16 dan 5.54 ton ha-1 berturut-turut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcZea Maysid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcT. Jabung Timurid
dc.subject.ddcJambiid
dc.titleRespon Fisiologi, Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Terhadap Tipe Budidaya dan Genangan Sesaat di Lahan Pasang Surut.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbudidaya jenuh airid
dc.subject.keywordbudidaya keringid
dc.subject.keywordgenanganid
dc.subject.keywordpasang surutid
dc.subject.keywordproduktivitasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record