dc.description.abstract | Kepiting bakau (Scylla spp) merupakan komoditas perikanan ekonomis
penting bernilai tambah bagi ekspor. Berdasarkan teori bionomik, produksi
kepiting bakau merupakan fungsi dari populasi kepiting bakau, upaya tangkap dan
habitat kepiting bakau. Sementara itu, secara ekologis, ekosistem mangrove
berfungsi sebagai habitat hidup berbagai jenis ikan, udang dan khususnya kepiting
bakau.
Di kawasan Segara Anakan, terjadi penurunan produksi kepiting bakau
dan penurunan luasan dan kepadatan individu mangrove. Hubungan antara
kepiting bakau dan ekosistem mangrove adalah sangat penting. Degradasi pada
ekosistem mangrove dapat mempengaruhi produksi kepiting bakau sehingga
hubungan ini dijadikan sebagai suatu model untuk memprediksi produksi kepiting
bakau di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menganalisa kondisi mangrove seperti kerapatan tajuk,kepadatan individu dan
indeks nilai penting (INP) mangrove terkait produksi kepiting bakau di dalam 3
lokasi yang berbeda di mangrove Segara Anakan dan ini akan diimplemantasikan
sebagai model pengelolaan habitat bagi kepiting bakau.
Penelitian pertama bertujuan untuk menjelaskan kondisi klasifikasi
kerapatan tajuk dan tutupan lahan mangrove di Segara Anakan. Hasil pengolahan
citra landsat 8 aquisisi 4 April 2016 menggunakan metode NDVI dengan bantuan
applikasi ER-MAPPER 7.0 diperoleh kondisi kerapatan tajuk mangrove di
Segara Anakan adalah kelas mangrove jarang 571.95 ha, kelas mangrove sedang
762.21 ha dan kelas mangrove rapat 4792.11 ha. sedangkan kondisi tutupan lahan
mangrove di Segara Anakan terbagi atas ; 1) vegetasi non mangrove seluas
33067.62 ha, (persawahan dan hutan daratan), 2) vegetasi mangrove seluas
6126.28 ha, 3) objek lain (lahan terbangun) seluas 1568.25 ha, dan 4) perairan
seluas 19858.28 ha.
Penelitian kedua bertujuan menganalisa sebaran spesies, kepadatan individu
mangrove dan Indeks Nilai Penting (INP) mangrove terkait dengan wilayah
tangkapan. Metode yang digunaka untuk menganalisa kepadatan individu
mangrove, Indeks Nilai Penting (INP) mangrove adalah metode transek garis
(Onrizal 2008). Hasil dalam riset ini adalah sebaran jenis mangrove dari barat ke
timur ditemukan peningkatan jumlah spesies mangrove sedangkan kepadatan
kategori pohon 711 ind/ha (<1000 ind/ha). Kepadatan kategori pohon ini
dikategorikan rusak (<1000 ind/ha) namun pada kategori Anakan dan Pancang
adalah lebih dari 1000 ind/ha. Sementara Indeks Nilai Penting (INP) kategori
pohon untuk mangrove wilayah barat Segara Anakan adalah S. caseolaris 220 %
dan R. apiculata 221%. di wilayah timur Segara Anakan Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 201 tahun 2004, kondisi
hutan mangrove di kawasan Segara Anakan ini adalah tergolong kriteria rusak
Penelitian ketiga bertujuan menganalisa hubungan antara mangrove dan
kepiting bakau. Metode yang digunakan adalah regresi linear sederhana dan
AVONA satu arah. Hasil dari hubungan regresi antara mangrove dan produksi
kepiting bakau adalah Y= 14.952X – 88357 dan R2 = 0.54. Sementara hasil
tangkapan kepiting bakau di 3 wilayah tangkap adalah berbeda nyata (p<0.05).
Produksi kepiting dii wilayah bagian barat, tengah dan timur berturut-turut
adalah 5891.82 kg, 6072.87 dan 7689.42 kg. Perbedaan produksi kepiting bakau
ini menunjukkan terjadi tipologi wilayah tangkap.
Penelitian keempat bertujuan merumuskan model dinamik pengelolaan
habitat kepiting bakau berdasarkan pola hubungan mangrove dan produksi
kepiting bakau. Metode yang digunakan yaitu pendekatan sistem model dinamik
yang menggunakan aplikasi STELLA 9.0.2. Hasil yang diperoleh bahwa skenario
dengan pengendalian alih fungsi dan rehabilitasi mangrove dapat mencapai target
produksi kepiting bakau sebesar 51070 kg di akhir simulasi. Rehabilitasi habitat
mangrove 30% dari 6216.3 ha lebih baik daripada rehabilitasi 10% dan 20%
karena dibutuhkan 5 tahun saja untuk mencapai target produksi kepiting bakau.
Model ini dapat diaplikasikan khususnya wilayah timur karena wilayah timur ini
memiliki INP lebih tinggi daripada wilayah bagian barat di Segara Anakan. | id |