Show simple item record

dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.authorApriani, Mira
dc.date.accessioned2019-07-24T02:52:29Z
dc.date.available2019-07-24T02:52:29Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98570
dc.description.abstractKebutuhan beras dalam negeri akan terus meningkat dalam jumlah, mutu, dan keragaman setiap tahunnya, diperkirakan kebutuhan beras nasional pada tahun 2035 sebanyak 36 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksi beras nasional mengalami pertumbuhan yang lambat atau cenderung stagnan. Fenomena tersebut menuntut peningkatan ketersediaan pangan yang besar, sehingga apabila produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi maka akan meningkatkan ketergantungan Indonesia terhadap impor serta mendorong terjadinya kerawanan pangan. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan hasil produksi padi tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Timur yaitu 11 373 144 ton atau sebesar 15.08 persen dari total produksi padi nasional sebesar 75 397 841 ton. Salah satu sentra produksi yang memiliki potensi pengembangan agribisnis padi sawah di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Pada tahun 2013-2015 terjadi penurunan luas areal panen yang dipengaruhi oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian, serangan hama, maupun adanya puso atau kekeringan akibat kemarau panjang. Kondisi tersebut perlu diiringi oleh adanya peningkatan produktivitas melalui efisiensi teknis, melalui dukungan pendekatan model PTT berupa efisiensi penggunaan input dan inovasi teknologi. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai peran PTT yang diharapkan dapat menggunakan faktor-faktor produksi secara lebih efisien sehingga memengaruhi biaya produksi dan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan atau kesejahteraan rumah tangga petani akan berpengaruh pula terhadap akses rumah tangga terhadap pangan melalui pengukuran pangsa pengeluaran pangan dalam konsep ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengukur tingkat penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Bogor, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT pada usahatani padi di Kabupaten Bogor, dan 3) menganalisis pengaruh tingkat penerapan teknologi PTT terhadap efisiensi teknis dan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani padi di Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling. Lokasi penelitian meliputi Kecamatan Cariu, Pamijahan, dan Leuwisadeng di Kabupaten Bogor yang merupakan penerima program PTT tahun 2017 pada musim tanam Maret-Juni 2017 serta terindikasi rawan pangan yaitu. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel petani padi yang dianalisis menggunakan metode scoring, model regresi linear berganda,fungsi produksi Cobb-Douglas, dan Stochastic Frontier Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen teknologi yang memiliki persentase tingkat penerapan yang paling tinggi oleh seluruh petani sampel adalah jarak tanam jajar legowo 2:1 yaitu sebesar 98.50 persen, sedangkan komponen teknologi dengan persentase tingkat penerapan yang paling rendah adalah penggunaan pupuk organik atau pupuk kandang yaitu sebesar 27.00 persen. Penerapan paket teknologi PTT secara keseluruhan dalam usahatani padi di Kabupaten Bogor tergolong sedang atau sebesar 71.54 persen dengan tingkat penerapan teknologi berkisar antara 48.1 hingga 81.0. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT oleh petani. Berdasarkan hasil pendugaan parameter model faktor-faktor yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT, maka faktor yang berpengaruh nyata pada taraf α 1 persen adalah intensitas pelatihan SLPTT maupun non SLPTT yang diikuti petani dengan nilai dugaan 2.144. Tingkat penerapan teknologi PTT berdampak pada produksi padi. Hal ini dapat terindikasi dari model dugaan faktor-faktor produksi usahatani padi di Kabupaten Bogor yang menunjukkan bahwa penggunaan input benih aktual masih melebihi dari jumlah anjuran, pupuk anorganik berupa NPK Phonska dan Urea juga masih di atas jumlah anjuran, sedangkan pupuk organik masih kurang dari jumlah anjuran. Input yang berpengaruh secara positif terhadap produksi padi di Kabupaten Bogor adalah tenaga kerja tani. Variabel yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis adalah tingkat penerapan teknologi PTT, akses petani terhadap kredit usaha, dan status kepemilikan lahan. Adapun rata-rata tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Bogor sebesar 67.40 persen atau belum efisien. Tingkat penerapan teknologi PTT tidak berpengaruh terhadap pangsa pengeluaran pangan. Kontribusi pangsa pengeluaran pangan sebesar 54.38 persen atau tergolong rendah terhadap total pengeluaran rumah tangga petani, sehingga rumah tangga tergolong tahan pangan, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Tingkat penerapan teknologi PTT yang tergolong sedang perlu untuk lebih ditingkatkan secara optimal, sehingga diperlukan upaya dari berbagai pihak terkait guna meningkatkan motivasi dan partisipasi petani dalam menerapkan teknologi PTT secara berkelanjutan. Selain itu diperlukan upaya mencetak tani muda maupun perluasan sasaran kelompok tani penerima program SLPTT padi serta mengadakan penyuluhan terhadap ibu rumah tangga petani tentang pentingnya ketahanan pangan keluarga guna mendukung penanganan rawan pangan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcFood Productionid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Terhadap Efisiensi Teknis dan Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordefisiensi teknisid
dc.subject.keywordpangsa pengeluaran panganid
dc.subject.keywordteknologi PTTid
dc.subject.keywordtingkat penerapanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record