dc.description.abstract | Kebutuhan beras dalam negeri akan terus meningkat dalam jumlah, mutu,
dan keragaman setiap tahunnya, diperkirakan kebutuhan beras nasional pada
tahun 2035 sebanyak 36 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksi beras nasional
mengalami pertumbuhan yang lambat atau cenderung stagnan. Fenomena tersebut
menuntut peningkatan ketersediaan pangan yang besar, sehingga apabila produksi
dalam negeri tidak dapat memenuhi maka akan meningkatkan ketergantungan
Indonesia terhadap impor serta mendorong terjadinya kerawanan pangan. Provinsi
Jawa Barat merupakan provinsi dengan hasil produksi padi tertinggi kedua di
Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Timur yaitu 11 373 144 ton atau sebesar 15.08
persen dari total produksi padi nasional sebesar 75 397 841 ton. Salah satu sentra
produksi yang memiliki potensi pengembangan agribisnis padi sawah di Jawa
Barat adalah Kabupaten Bogor. Pada tahun 2013-2015 terjadi penurunan luas
areal panen yang dipengaruhi oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian,
serangan hama, maupun adanya puso atau kekeringan akibat kemarau
panjang. Kondisi tersebut perlu diiringi oleh adanya peningkatan produktivitas
melalui efisiensi teknis, melalui dukungan pendekatan model PTT berupa
efisiensi penggunaan input dan inovasi teknologi. Oleh karena itu, diperlukan
kajian lebih lanjut mengenai peran PTT yang diharapkan dapat menggunakan
faktor-faktor produksi secara lebih efisien sehingga memengaruhi biaya
produksi dan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan atau kesejahteraan
rumah tangga petani akan berpengaruh pula terhadap akses rumah tangga
terhadap pangan melalui pengukuran pangsa pengeluaran pangan dalam
konsep ketahanan pangan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengukur tingkat penerapan teknologi
PTT padi di Kabupaten Bogor, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT pada usahatani padi di Kabupaten
Bogor, dan 3) menganalisis pengaruh tingkat penerapan teknologi PTT terhadap
efisiensi teknis dan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani padi di
Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling.
Lokasi penelitian meliputi Kecamatan Cariu, Pamijahan, dan Leuwisadeng di
Kabupaten Bogor yang merupakan penerima program PTT tahun 2017 pada
musim tanam Maret-Juni 2017 serta terindikasi rawan pangan yaitu. Jumlah
sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel petani padi yang dianalisis
menggunakan metode scoring, model regresi linear berganda,fungsi produksi
Cobb-Douglas, dan Stochastic Frontier Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen teknologi yang memiliki
persentase tingkat penerapan yang paling tinggi oleh seluruh petani sampel adalah
jarak tanam jajar legowo 2:1 yaitu sebesar 98.50 persen, sedangkan komponen
teknologi dengan persentase tingkat penerapan yang paling rendah adalah
penggunaan pupuk organik atau pupuk kandang yaitu sebesar 27.00 persen.
Penerapan paket teknologi PTT secara keseluruhan dalam usahatani padi di
Kabupaten Bogor tergolong sedang atau sebesar 71.54 persen dengan tingkat
penerapan teknologi berkisar antara 48.1 hingga 81.0. Terdapat berbagai faktor
yang memengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT oleh petani. Berdasarkan
hasil pendugaan parameter model faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
penerapan teknologi PTT, maka faktor yang berpengaruh nyata pada taraf α 1
persen adalah intensitas pelatihan SLPTT maupun non SLPTT yang diikuti petani
dengan nilai dugaan 2.144. Tingkat penerapan teknologi PTT berdampak pada
produksi padi. Hal ini dapat terindikasi dari model dugaan faktor-faktor produksi
usahatani padi di Kabupaten Bogor yang menunjukkan bahwa penggunaan input
benih aktual masih melebihi dari jumlah anjuran, pupuk anorganik berupa NPK
Phonska dan Urea juga masih di atas jumlah anjuran, sedangkan pupuk organik
masih kurang dari jumlah anjuran. Input yang berpengaruh secara positif terhadap
produksi padi di Kabupaten Bogor adalah tenaga kerja tani. Variabel yang
berpengaruh terhadap efisiensi teknis adalah tingkat penerapan teknologi PTT,
akses petani terhadap kredit usaha, dan status kepemilikan lahan. Adapun rata-rata
tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten Bogor sebesar 67.40 persen
atau belum efisien. Tingkat penerapan teknologi PTT tidak berpengaruh terhadap
pangsa pengeluaran pangan. Kontribusi pangsa pengeluaran pangan sebesar 54.38
persen atau tergolong rendah terhadap total pengeluaran rumah tangga petani,
sehingga rumah tangga tergolong tahan pangan, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu rumah tangga.
Tingkat penerapan teknologi PTT yang tergolong sedang perlu untuk lebih
ditingkatkan secara optimal, sehingga diperlukan upaya dari berbagai pihak terkait
guna meningkatkan motivasi dan partisipasi petani dalam menerapkan teknologi
PTT secara berkelanjutan. Selain itu diperlukan upaya mencetak tani muda
maupun perluasan sasaran kelompok tani penerima program SLPTT padi serta
mengadakan penyuluhan terhadap ibu rumah tangga petani tentang pentingnya
ketahanan pangan keluarga guna mendukung penanganan rawan pangan. | id |