Show simple item record

dc.contributor.advisorHutagaol, Manuntun Parulian
dc.contributor.advisorWidyastutik
dc.contributor.authorSaputra, Aang
dc.date.accessioned2019-07-23T02:16:13Z
dc.date.available2019-07-23T02:16:13Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98560
dc.description.abstractPertumbuhan ekonomi yang diukur dari perubahan tingkat pendapatan dalam bentuk produk domestik bruto (PDB), baik secara total maupun perkapita, sudah sejak lama digunakan sebagai instrumen utama dalam menilai kemajuan pembangunan suatu wilayah. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan suatu wilayah diidentikkan dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. Hasil dari pertumbuhan ekonomi, diasumsikan dengan sendirinya akan menciptakan berbagai kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat, atau dikenal dengan istilah trickle-down effect. Realita yang terjadi pada banyak negara, terutama negara berkembang, ternyata asumsi trickle-down effect tidak terwujud. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami permasalahan serupa. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin semua lapisan masyarakat mendapat manfaat yang sama. Ukuran PDB sebagai dasar perhitungan pertumbuhan ekonomi, memiliki keterbatasan, karena tidak mencerminkan distribusi pendapatan, kemajuan sosial dan kesejahteraan. Karena itu, dibutuhkan lebih dari sekadar pertumbuhan ekonomi untuk memastikan bahwa manfaat pembangunan dapat diperoleh oleh semua lapisan masyarakat. Pertumbuhan inklusif digunakan sebagai ukuran baru dalam menilai pembangunan, yang merupakan gabungan dari ukuran pertumbuhan ekonomi dan distribusi manfaatnya di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak infrastruktur dan variabel ekonomi lain seperti persentase penyaluran kredit, keterbukaan perdagangan dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan inklusif tingkat provinsi di Indonesia. untuk melihat sejauh mana variabel-variabel mampu tersebut mampu mendorong, atau bahkan menghambat tercapainya pertumbuhan inklusif. Penelitian ini juga melihat perbedaan dampak berbagai jenis infrastruktur pada wilayah yang tingkat pembangunan berbeda, Pengukuran tingkat pertumbuhan inklusif provinsi menggunakan metode indeks komposit. Dampak infrastruktur dan variabel ekonomi lain dianalisis menggunakan model data panel. Untuk melihat perbedaan dampak jenis infrastruktur terhadap pertumbuhan inklusif wilayah digunakan variabel dummy interaksi antara wilayah dengan variabel jenis infrastruktur. Data yang digunakan merupakan data tahunan yang mencakup 33 provinsi di Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2011 sampai 2016. Hasil estimasi data panel, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ketersediaan berbagai jenis infrastruktur dengan pertumbuhan inklusif. Apabila dilihat berdasarkan tingkat pembangunan wilayahnya, infrastruktur telekomunikasi dan transportasi udara memiliki dampak yang lebih besar pada provinsi dengan tahap pertumbuhan inklusif menengah ke atas, sedangkan infrastruktur transportasi laut dan infrastruktur sosial (fasilitas pendidikan dan kesehatan) memiliki dampak yang lebih besar pada provinsi dengan tahap menengah ke bawah. iii iii Variabel persentase kredit terhadap PDRB memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan inklusif provinsi. Kedua indikator keterbukaan perdagangan yang digunakan ternyata memberikan hasil yang berbeda. Keterbukaan perdagangan total menunjukkan hubungan positif dengan pertumbuhan inklusif. Keterbukaan perdagangan luar negeri yang menggambarkan ekspor dan impor suatu provinsi dengan negara lain, menunjukkan hal sebaliknya, yaitu memiliki efek negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan inklusif. Tingkat inflasi berhubungan negatif dengan pertumbuhan inklusif, walaupun hasilnya tidak signifikan, namun arah hubungannya sudah sesuai dengan hipotesis di awal. Rencana pembangunan infrastruktur wilayah hendaknya disesuaikan dengan tingkat pembangunan wilayah tersebut. Wilayah dengan tingkat pertumbuhan inklusif menengah kebawah lebih diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur sosial seperti sarana kesehatan dan pendidikan sebagai prasyarat untuk dapat mencapai tahapan pembangunan yang lebih tinggi. Sarana transportasi laut perlu ditingkatkan, karena hampir sebagian besar provinsi di wilayah ini merupakan provinsi dengan garis pantai yang panjang serta provinsi kepulauan. Wilayah yang lebih maju dengan tingkat pertumbuhan inklusif menengah keatas lebih diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi seperti telekomunikasi, dan transportasi udara.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcEconomic Growthid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleDampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Inklusif Regional di Indonesia.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddata panelid
dc.subject.keywordindeks pertumbuhan inklusifid
dc.subject.keywordinfrastrukturid
dc.subject.keywordketerbukaan perdaganganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record