Show simple item record

dc.contributor.advisorHidayat, Rahmat
dc.contributor.advisorNuryanto, Danang Eko
dc.contributor.authorRamadani, Cahya
dc.date.accessioned2019-07-16T02:18:01Z
dc.date.available2019-07-16T02:18:01Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98475
dc.description.abstractBenua Maritim Indonesia (BMI) merupakan salah satu wilayah terjadinya Mesoscale Convective Complex (MCC). Kejadian MCC terbesar di BMI terjadi di Samudera Hindia bagian Timur. Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia bagian Timur memperoleh dampak langsung dari adanya kejadian MCC yang muncul di wilayah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut mengenai kemunculan MCC di Pulau Sumatera dan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian selama 6 tahun (2012 – 2017), terdapat 228 kejadian MCC di Pulau Sumatera dan sekitarnya. Kejadian paling banyak terjadi di Samudera Hindia, sebanyak 161 kejadian. Puncak kejadian MCC terjadi selama musim DJF, sebanyak 65 kejadian. Rata-rata durasi kejadian MCC di Pulau Sumatera dan sekitarnya terjadi selama 9.6 jam. Sebagian besar kejadian MCC terjadi pada malam hari dan mencapai fase maksimum pada pagi hari. Kejadian MCC pada penelitian ini memiliki luas rata-rata selimut awan sebesar 263393 km2. Salah satu kejadian MCC di Pulau Sumatera dan sekitarnya terjadi pada tanggal 15 November 2016 di Provinsi Jambi (dekat Provinsi Riau). Kejadian tersebut terjadi selama 7 jam, mulai dari pukul 12:00 – 18:00 UTC. MCC mulai teridentifikasi di Provinsi Jambi kemudian bergerak ke arah Barat Laut hingga mencapai fase maksimum. Saat fase maksimum, titik pusat sistem awan berada di 0.59oS dan 101.82oE dengan luas selimut awan sekitar 221150 km2. Eksentrisitas sistem awan saat fase maksimum bernilai 0.9. Saat kejadian MCC terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi di Provinsi Jambi dan sekitarnya, terutama pada pukul 15:00 UTC (fase maksimum MCC). Saat pukul 15:00 UTC, intensitas curah hujan di Stasiun Japura dan Stasiun Sultan Taha mencapai 61 mm 3h-1 dan 31 mm 3h-1. Hasil identifikasi ini menunjukkan bahwa MCC tidak hanya mempengaruhi curah hujan di wilayah terjadinya MCC, tetapi juga di wilayah sekitar kejadian.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcGeophysicsid
dc.subject.ddcCloudid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleDistribusi Mesoscale Convective Complex di Pulau Sumatera.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordawan cumulonimbusid
dc.subject.keywordcurah hujanid
dc.subject.keywordPulau Sumateraid
dc.subject.keywordsistem awanid
dc.subject.keywordsistem konvektif skala mesoid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record