Model Optimasi Spasial Sebaran Aktivitas Budidaya dan Pengolahan Tebu di Provinsi Jawa Timur.
View/ Open
Date
2019Author
Wahid, Muhammad
Rustiadi, Ernan
Pribadi, Didit Okta
Metadata
Show full item recordAbstract
Jawa Timur merupakan sentra produksi tebu nasional dengan rata-rata produksi mencapai 1,28 juta ton/tahun. Hal ini didukung dengan keberadaan 33 pabrik gula yang aktif beroperasi di Jawa Timur. Namun, efisiensi produksi dan distribusi tebu masih belum bisa tercapai karena kendala ketersediaan tebu, salah satunya adalah adanya tebu wira-wiri. Fenomena tebu wira-wiri merupakan istilah tidak efektifnya distribusi tebu karena aliran tebu ke pabrik gula tidak didasarkan pada lokasi terdekat sehingga menyebabkan tingginya biaya angkut. Penataan pola spasial sebaran budidaya dan aliran distribusi tebu dapat menjadi salah satu alternatif penting dalam meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi tebu di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memetakan aktivitas perkebunan dan pengolahan tebu (2) menyusun permodelan optimasi skenario lokasi aktivitas perkebunan dan pengolahan tebu. Metode yang digunakan adalah teknik optimasi program linier transportasi yang dijalankan menggunakan program GAMS. Data yang digunakan adalah peta tutupan lahan 2017, peta kesesuaian lahan tebu, data produksi tebu 2017, biaya pokok produksi tebu 2017, dan profil pabrik gula. Aktivitas budidaya tebu di Jawa Timur cenderung memusat di Kediri, Malang dan Lumajang. Sedangkan keragaan pabrik gula mempunyai rata-rata kapasitas giling 4.200 ton tebu per hari namun 20 dari 33 pabrik berada di bawah skala ekonomis. Hasil optimasi disajikan dalam lima skenario penelitian. Skenario 1 menunjukan optimasi yang mendekati kondisi eksisting. Skenario 2 dan 3 menunjukan adanya peningkatan pasokan tebu melalui pemanfaatan lahan sesuai yang tersedia untuk komoditas tebu. Sementara skenario 4 menunjukan adanya tambahan pasokan dari lahan agroforestri dan skenario 5 menunjukan adanya revitalisasi pabrik gula. Skenario 3 memberikan total biaya angkut tebu paling kecil yaitu sebesar Rp 439.000.000.000. Penelitian ini menunjukkan adanya berbagai pilihan skenario yang dapat meningkatkan produksi tebu dan permintaan tebu serta penurunan jarak terjauh dan total biaya angkut tebu yang dapat meningkatkan efisiensi sistem budidaya dan distribusi tebu di Jawa Timur.