Show simple item record

dc.contributor.advisorJaya, Indra
dc.contributor.advisorManik, Henry M.
dc.contributor.advisorHestirianoto, Totok
dc.contributor.authorApdillah, Dony
dc.date.accessioned2019-07-03T07:17:03Z
dc.date.available2019-07-03T07:17:03Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98222
dc.description.abstractKuda laut (Hippocampus sp.) merupakan ikan laut karnivora yang terancam punah dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologis perairan. Kuda laut adalah ikan bertulang keras yang telah dimanfaatkan untuk akuarium sebagai ikan hias, pengobatan tradisional Cina sebagai penambah stamina (aphrodisiac), cenderamata dan sebagai bahan makanan penguat (food tonic). Sejauh ini telah terjadi ekploitasi besar dan penurunan terhadap populasi mereka di perairan. Kuda laut telah diatur dalam Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) appendix II, dan tercantum dalam Daftar Merah Spesies yang terancam (IUCN Red List of Threattened Species 2014). Penurunan populasi kuda laut di alam telah meningkatkan perhatian peneliti dan menjadi penting dilakukan melalui pendekatan multidisiplin ilmu, khususnya riset pemantauan distribusi dan kelimpahan kuda laut. Pemantauan populasi kuda laut di perairan sulit dilakukan. Pada saat ini untuk memantau keberadaannya umumnya masih menggunakan teknik visual, biologi dan statistik. Pendekatan tersebut memiliki keterbatasan antara lain membutuhkan waktu yang lama, akurasi yang rendah, sehingga diperlukan suatu pendekatan alternatif yang berbasis telemetri (hydroacoustic). Pendekatan hydroacoustic telah digunakan sebagai tool dalam penelitian perikanan di perairan laut. Implementasi teknologi akustik aktif sangat ditentukan melalui informasi hamburan balik (backscattering) akustik atau dikenal dengan Target Strength (TS). Kuda laut memiliki sifat yang unik, dimana kuda laut jantan memiliki kantong pengeraman (brood pouches). Kuda laut jantan yang mengalami kehamilan dan memelihara anak-anaknya dalam kantong perutnya hingga menetas. Keberadaan brood pouch diduga berpengaruh terhadap respon backscatter akustik, sehingga dapat menjadi faktor penciri (acoustic signature) untuk membedakan jenis kelamin melalui metode akustik aktif di masa akan datang. Pengamatan akustik kuda laut dilakukan dengan menggunakan watertank eksperimen. Kuda laut ditempatkan dengan metode ikat dan gantung (tethered). Perekaman data akustik kuda laut dilakukan dengan menggunakan scientific echosounder single beam SIMRAD EK-15. Tranduser diletakan pada posisi vertikal (downward looking). Pemrosesan signal processing menggunakan perangkat lunak Sonar-4. Kuda laut yang diamati dikumpulkan dari Perairan Pulau Bintan, Indonesia. Kalibrasi instrumen dilakukan dengan teknik transmisi akustik on-axis dengan sphere ball diameter 38.1 mm tungtens carbide (TS = -42 dB). Selama perekaman data akustik juga dilakukan pengambilan gambar video melalui kamera underwater yang ditempatkan pada sisi dinding watertank. Pengambilan gambar dan perekaman data akustik dilakukan pada saat bersamaan untuk melihat tingkah laku orientasi dari kuda laut. 4 Hasil pengukuran nilai TS rerata kuda laut berdasarkan ukuran pada aspek dorsal berkisar pada interval -47,04 s.d -48,94 dB dan pada aspek ventral berkisar -49,30 s.d -56,43. Kisaran nilai TS kuda laut pada aspek dorsal lebih besar dibandingkan dari pada aspek ventral, hal ini diduga disebabkan oleh struktur tubuh bagian dorsal lebih rata (flat) dengan material pembetuk otot tubuh yang lebih keras sehingga memberikan respon pantulan gelombang suara yang kembali lebih kuat. Bagian ventral merupakan bagian tubuh depan sekitar perut, bagian ini lebih relatif lunak, pada kuda laut jantan terdapat organ reproduksi (brood pouch) berfungsi sebagai tempat pengeraman telur. Organ ini tampaknya memberikan pengaruh terhadap respon nilai TS pada kuda laut. Hasil penelitian telah memformulasikan persamaan logaritma hubungan TS-ukuran, yakni untuk H. comes dengan panjang total antara 11 sampai 15 cm, dihasilkan TS Dorsal = 20 Log (L) – 70,35 (dB) dan TS Ventral = 20 Log (L) – 74,51 (dB). Respon nilai TS pada H. comes juga dipengaruhi sudut atau arah orientasi target terhadap tranduser. Pengukuran dilakukan dengan memutar body orientation (orientasi tubuh) dari kuda laut. Hasil pengamatan menunjukan nilai TS mengikuti pola sorot (beam pattern) dimana nilai maksimal pada sudut 00 . Hasil pengukuran nilai TS rerata kuda laut jantan hamil (kehadiran brood pouch) lebih kecil dibandingkan dengan kuda laut betina (tanpa brood pouch) baik pada aspek dorsal dan ventral, hal ini terkait dengan struktur komposisi anatomi internal dari brood pouch, yang mampu meredam hambur balik suara. Hasil Uji T, menunjukkan terdapat perbedaan respon TS H. kuda ada brood pouch (jantan hamil) dibandingkan dengan H. kuda tanpa brood pouch (betina) secara nyata. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dimungkinkan kedepan dapat dibedakan kuda laut berdasarkan jenis kelamin secara akustik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarine Technologyid
dc.subject.ddcAccoustic Backsqatteringid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleKarakterisasi Energi Hambur Balik Akustik dari Kuda Laut (Hippocampus sp.).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAcoustic Backscatteringid
dc.subject.keywordSeahorseid
dc.subject.keywordHippocampusid
dc.subject.keywordTarget Strengthid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record