Permintaan Pangan dan Perubahan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga di Indonesia.
View/ Open
Date
2019Author
Yuliana, Rita
Harianto
Hartoyo, Sri
Firdaus, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pangan memang terus menjadi isu strategis dan dimensinya juga sangat
luas. Permasalahan yang berkaitan dengan pangan secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu penyediaan bahan pangan, kerawanan
pangan dan kenaikan harga pangan. Permasalahan pangan yang berhubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah kenaikan harga pangan.
Berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), selama periode 2014-2016 telah
terjadi kenaikan harga-harga bahan makanan.
Dampak perubahan ekonomi seperti kenaikan harga-harga pangan dan
kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah ditentukan oleh respon atau tingkat
sensitivitas rumahtangga. Berkaitan dengan tingkat sensitivitas rumahtangga ini,
perlu dilihat perbedaan pada masing-masing kelompok rumahtangga yaitu
menurut wilayah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), menurut kondisi
kemiskinan (miskin dan tidak miskin), serta menurut sumber penghasilan utama
rumahtangga (pertanian dan non-pertanian). Hal ini untuk membuat kebijakan
yang tepat sasaran karena masing-masing kelompok rumahtangga tersebut
mempunyai perilaku yang berbeda dalam konsumsi pangan.
Tingkat sensitivitas konsumen atau rumahtangga dapat dilihat dari nilai
elastisitas permintaan pangan, baik elastisitas pendapatan maupun elastisitas
harga. Informasi nilai elastisitas permintaan pangan yang dihasilkan dapat
digunakan untuk mengevaluasi perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga
maupun laju pertumbuhan permintaan pangan yang sangat bermanfaat untuk
berbagai kebijakan pangan. Nilai-nilai tersebut dapat diperoleh dari estimasi
fungsi permintaan pangan. Penelitian empirik tentang fungsi permintaan pangan
sangat banyak, termasuk di Indonesia. Dari para peneliti tersebut, belum ada yang
menganalisis permintaan pangan secara lengkap yang membedakan wilayah
perkotaan dan perdesaan, rumahtangga miskin dan tidak miskin, serta
rumahtangga pertanian dan non-pertanian untuk lingkup seluruh Indonesia. Oleh
karena itu, dibutuhkan penelitian yang lengkap tentang hal tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan rumahtangga di Indonesia dalam mengkonsumsi suatu
kelompok pangan; mengestimasi fungsi permintaan pangan rumahtangga di
Indonesia; menganalisis elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga dalam
permintaan pangan rumahtangga di Indonesia; menganalisis perbedaan elastisitas
pengeluaran dan elastisitas harga pada berbagai kelompok rumahtangga di
Indonesia; menganalisis perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga di
Indonesia akibat perubahan harga-harga pangan; menganalisis laju pertumbuhan
permintaan pangan di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
periode Maret 2016 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika untuk mengestimasi
fungsi permintaan 12 kelompok pangan dengan model Linear Approximation
Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) dan metode tree-stage least squares (3-
SLS) dengan iterasi dan restriksi-restriksi.
Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan rumahtangga di
Indonesia dalam mengkonsumsi suatu kelompok pangan menunjukkan bahwa
selain faktor harga pangan dan total pengeluaran, faktor sosial-demografi
rumahtangga seperti jumlah anggota rumahtangga, umur, jenis kelamin, dan
pendidikan kepala rumahtangga, luas lantai per kapita, juga memengaruhi hal
tersebut yang dapat dilihat dari perbedaan laju perubahan peluang rumahtangga
mengkonsumsi kelompok pangan. Pengaruh harga sendiri terhadap laju perubahan
peluang bernilai negatif pada semua kelompok pangan. Pengaruh faktor-faktor
sosial-demografi terhadap laju perubahan peluang mempunyai nilai yang berbedabeda
pada setiap kelompok pangan.
Hasil estimasi fungsi permintaan pangan menunjukkan bahwa hampir
semua variabel harga, total pengeluaran, dan faktor sosial-demografi
memengaruhi proporsi pengeluaran pada semua kelompok pangan dan kelompok
rumahtangga. Secara umum variabel harga sendiri mempunyai pengaruh positif.
Faktor sosial-demografi mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap
proporsi pengeluaran untuk semua kelompok pangan dan kelompok rumahtangga.
Hasil analisis elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga dalam permintaan
pangan rumahtangga menunjukkan bahwa secara umum semua kelompok pangan
mempunyai nilai elastisitas pengeluaran positif yang berarti bahwa semua
kelompok pangan merupakan barang normal. Elastisitas harga sendiri untuk
semua kelompok pangan mempunyai nilai negatif. Elastisitas pengeluaran untuk
beras adalah 0.3389, sedangkan elastisitas harga sendiri adalah -0.5489.
Hasil analisis perbedaan elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga pada
berbagai kelompok rumahtangga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilainilai
elastisitas tersebut antar kelompok rumahtangga. Sensitivitas rumahtangga
di perdesaan, rumahtangga miskin dan rumahtangga pertanian terhadap perubahan
harga sendiri pada sebagian besar kelompok pangan sangat tinggi.
Hasil analisis perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga akibat
perubahan harga pangan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat
kesejahteraan yang berbeda-beda antar kelompok rumahtangga. Beras
memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penurunan tingkat kesejahteraan
rumahtangga di perdesaan, rumahtangga miskin, dan rumahtangga pertanian.
Hasil analisis laju pertumbuhan permintaan pangan di Indonesia
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan permintaan kelompok pangan di perdesaan
lebih tinggi daripada di perkotaan, pada rumahtangga miskin lebih tinggi daripada
rumahtangga tidak miskin, dan pada rumahtangga pertanian lebih tinggi daripada
rumahtangga non-pertanian. Laju pertumbuhan permintaan untuk beras pada
tahun 2016 secara umum sebesar 2.61%, lebih kecil dari laju pertumbuhan
produksi padi yaitu sebesar 6.42%.
Rekomendasi untuk Pemerintah adalah bahwa jika Pemerintah akan
membuat kebijakan kenaikan harga beras, maka sebaiknya disertai dengan
pemberian bantuan sosial terutama untuk kelompok rumahtangga di perdesaan,
rumahtangga miskin, dan rumahtangga pertanian.