Show simple item record

dc.contributor.advisorNurhadryani, Yani
dc.contributor.advisorWijaya, Sony Hartono
dc.contributor.authorAyunda, Winda Snestya
dc.date.accessioned2019-06-24T03:03:00Z
dc.date.available2019-06-24T03:03:00Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97985
dc.description.abstractSmart city atau kota pintar adalah konsep pemanfaatan teknologi informasi untuk mendorong pemerintah menciptakan layanan yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Di Indonesia sendiri penerapan smart city telah banyak diimplementasikan oleh berbagai kota besar seperti Jakarta, Bogor, Surabaya dan Bandung. Namun berdasarkan laporan IESE cities in Motion index pada tahun 2016, Indonesia yang diwakilkan Jakarta hanya berada pada posisi 156 dari 180 negara yang berhasil menerapkan konsep smart city. Menurut Kominfo (2016) masih terdapat kesenjangan teknologi mengenai cara pandang masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian yang menunjukan rendahnya tingkat literasi teknologi informasi dan komunikasi masyarakat juga telah banyak dilkakukan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan masyarakat pembekalan mengenai digital literacy. Digital literacy merupakan kemampuan penggunakan teknologi dan informasi dalam berbagai format maupun berbagai sumber yang berasal dari piranti digital. National Library New Zeland (2016) menjelaskan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang memiliki kemampuan digital literacy dibutuhkan pendekatan yang terkoordinasi dan menyeluruh. Kelompok yang terampil diperlukan untuk melakukan hal ini dan perpustakaan adalah salah satu solusi terbaik untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan guideline pelatihan digital literasi di perpustakaan untuk membentuk masyarakat yang melek terhadap teknologi, sehingga konsep smart city yang telah dicanangkan oleh pemeritah dapat berjalan dengan maksimal. Penelitian ini juga diharapkan menjadi strategi pemerintah dalam mengurangi kesenjangan penggunaan teknologi digital antara masyarakat kota dengan masyarakat kabupaten. Pelatihan didesain dengan metode blended learning yaitu menggabungkan pembelajaran tatap muka dan memanfaatkan jaringan internet sebagai sarana penyampaian bahan ajar (modul) yang telah diubah ke format digital. Pelatihan ini ditunjukkan untuk masyarakat dengan kelompok usia 26-35 tahun dan kelompok usia 36-45 tahun. Penyelenggara pelatihan adalah perpustakaan pemerintah, perpustakaan swasta atau organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang literasi. Topik pelatihan mengacu pada BC’s Digital literacy framework (2015) yaitu Research and Information Literacy, Critical Thinking, Digital Literacy, Creativity and Innovation, Communication and Collaboration, dan Technology Operation and Concepts. Terdapat 3 tahapan utama dalam penelitian ini yaitu, merumuskan guideline, membuat prototype e-learning dan evaluasi produk kepada pengguna. Pada tahapan pertama yaitu perumusan guideline, terdiri dari pembuatan Garis-garis Besar Pelatihan (GGBP) dan modul digital literacy. GGBP telah disusun dengan sistematik yakni mencakup deskripsi materi, tujuan, pokok bahasan, metode dan media, serta sumber bahan yang diperlukan untuk pelatihan. Proses pembelajaran pada GGBP membutuhkan 7 sesi atau 840 menit pembelajaran tatap muka. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, diskusi, praktek dan tugas. Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah peserta pelatihan memiliki kemampuan untuk menemukan informasi, mengakses informasi, mengevaluasi informasi, berfikir kritis, kreatif dan inovatif, paham konsep teknologi serta menggunakan informasi sesuai etika dan isu yang berlaku di dunia digital (Digital Citizenship). Modul pada guideline disusun dengan studi literatur. Terdapat 6 modul dengan topik : literasi informasi (5 halaman), berpikir kritis, pemecahan masalah dan membuat keputusan (4 halaman), warga digital (10 halaman), kreativitas dan inovasi (4 halaman), komunikasi dan kolaborasi (3 halaman) dan konsep pengoperasian teknologi (6 halaman). Setiap modul berisi pembahasan materi, contoh-contoh soal dan referensi. Penulis juga menyusun contoh materi ajar dalam bentuk PDF dan PPT untuk modul Warga Digital dengan topik Cyberbullying. Selanjutnya, penyusunan guideline dan modul menunjukan alur pelatihan yang terdiri dari (1) Mengadakan pre-test online sebagai evaluasi awal untuk mengetahui kemampuan peserta sebelum mengikuti pelatihan, (2) Melaksanakan pelatihan yang terdiri dari penyampaian teori sebagai pengantar pembelajaran, praktek penggunaan teknologi, menganalisa kasus-kasus dalam lingkungan digital, dan menciptakan sebuah produk dari media digital. dan (3) Pada akhir setiap sesi peserta melaksanakan kuis akhir menggunakan platform elearning digital literacy. Pada tahapan kedua yakni membangun prototype e-learning dengan aplikasi Moodle. Terdapat 4 menu yang disediakan untuk pengguna yaitu log-in, course, lesson dan quiz. Akses e-learning difokuskan pada tiga pengguna yaitu admin, peserta dan pengajar. Perbedaan akses terletak pada tools registrasi pengguna yang hanya bisa lakukan oleh admin, menu upload dan membuat kuis untuk pengajar, serta menu unduh materi dan mengerjakan kuis untuk peserta pelatihan. Tahapan terakhir yaitu mengevaluasi guideline dan e-learning. Evaluasi dilakukan dengan analisis diskriptif. Pengguna yang dipilih sebanyak 10 responden diminta uji coba fitur e-learning dan mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai efektifitas pelatihan. Selanjutnya data kuesioner diolah secara manual menggunakan skala likert untuk melihat reaksi pengguna. Pertanyaan pada kuesioner disusun berdasarkan model CIPP yaitu konteks (Context), masukan(Input), proses(Process) dan hasil (Product). Hasilnya, secara keseluruhan tanggapan responden adalah positif atau indikator pelatihan dianggap memuaskan. Hasil evaluasi juga menunjukkan jika masih terdapat beberapa kekurangan yaitu, masih sedikitnya format materi ajar pada aplikasi seperti gambar, video, dan audio serta kurangnya waktu penyelenggaraan pelatihan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcLibraryid
dc.subject.ddcDigital Literacyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePengembangan Guideline Literasi Digital Menuju Smart City Berdasarkan Bc’s Digital Literacy Frameworkid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDigital literacyid
dc.subject.keywordBlended Learningid
dc.subject.keywordGuidelineid
dc.subject.keyworde-moduleid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record