dc.description.abstract | Kesadaran terhadap kondisi sumberdaya dan lingkungan sebagai sumber
penyedia bahan utama konstruksi membuat perkembangan inovasi dalam sektor
konstruksi lebih memperhatikan lingkungan. Konstruksi yang lebih memperhatikan
lingkungan salah satunya adalah green building. Green building menggunakan
sumber daya seperti energi, air, bahan bangunan, dan lahan lebih efisien
dibandingkan dengan bangunan konvensional. Manfaat green building contohnya
pencahayaan langsung, kualitas udara yang lebih baik dan juga memberikan
kontribusi kepada pengguna bangunan seperti kesehatan, kenyamanan, dan
peningkatan produktifitas. Green building juga dinyatakan mampu memberikan
efisiensi penggunaan energi yang lebih baik. Efisiensi pemanfaatan energi dan
sumber daya dalam penerapan green building dalam jangka panjang dapat
memberikan keuntungan kepada pengguna gedung.
Berdasarkan penelitian pada Diamond Building Malaysia selama 10 tahun
dapat diketahui bahwa biaya energi hanya menghabiskan sebesar 0,61% dari total
keseluruhan biaya green building, sedangkan proporsi biaya terbesar dikeluarkan
pada saat biaya awal (biaya pembangunan) sebesar 66,44%. Green building juga
memenuhi 3 aspek keberlanjutan dan hal tersebut dapat dilihat dari penilaian yang
dilakukan oleh berbagai organisasi yang berperan dalam proses pembuatan green
building tersebut. Penilaian Green Building telah banyak dilakukan di berbagai
negara seperti BEPAC - Kanada, CASBEE - Jepang, CEPAS – Hong Kong, DQI -
Inggris, GBCI - Indonesia. Alat penilaian green building yang digunakan rata-rata
hanya menilai isu penting seperti konsumsi sumber daya, daya dukung lingkungan,
dan kenyamanan dalam ruangan, tetapi tidak memasukkan aspek keuangan di
penilaian tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip utama dari konstruksi
ekonomi, yaitu pengembalian keuntungan. Green building yang dibangun dengan
memperhatikan lingkungan dapat memiliki nilai manfaat yang lebih baik, tetapi
besarnya biaya pembangunan yang dibutuhkan untuk keberadaan green building
dapat menjadi kendala yang menghambat perkembangan konstruksi lebih ramah
lingkungan di Indonesia.
Kampus ITSB Bekasi telah mengembangkan kampus green building di
Indonesia dan mendapatkan sertifikat green building pada tahun 2012 dari GBCI
(Green Building Council Indonesia). Penilaian dilakukan untuk melihat besarnya
efisiensi penggunaan energi dengan menilai penggunaan listrik dan air. Biaya
penggunaan energi yang efisien dari keberadaan green building diharapkan mampu
memberikan keuntungan jangka panjang, sehingga mampu menutupi biaya
pembangunan yang besar. Data yang digunakan dalam penelitian efisiensi energi
adalah data sekunder yang diperoleh dari pengelola gedung kampus ITSB.
Perhitungan efisiensi penggunaan listrik menggunakan intensitas konsumsi energi
(IKE) dan perhitungan efisiensi penggunaan air didapat dari jumlah konsumsi air
selama satu tahun, hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan konsumsi standar
menurut Kementerian Pekerjaan Umum (2004). Penelitian nilai keberlanjutan
dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Data
aspek sosial dan lingkungan didapatkan dengan wawancara, sedangkan data aspek
ekonomi didapatkan dari pengelola gedung kampus ITSB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan listrik ITSB termasuk
dalam kriteria efisien. Nilai efisiensi penggunaan listrik menunjukkan IKE
(Intensitas Konsumsi Energi) sebesar 10,5 kWh per m2. Sedangkan penggunaan air
ITSB termasuk dalam kriteria tidak efisien. Nilai penggunaan air pada green
building adalah 6,23 m3 per orang per bulan. Inefisiensi penggunaan air pada green
building ITSB diakibatkan karena hingga saat ini masih dilakukan pembangunan
bertahap di kampus ITSB, sehingga tingkat penggunaan air masih sangat tinggi dan
membuat nilai efisiensi menjadi rendah. Penerapan teknologi penunjang green
building di ITSB untuk efisiensi listrik antara lain penggunaan shader dan filter,
double glass, komponen LDR (Light Dependent Resistor), lampu LED (Light
Emitting Diode), alat ukur CO2, dan alat ukur otomatis suhu ruangan. Sedangkan
untuk efisiensi air, ITSB menerapkan kloset siram ganda (double flush toilet) dan
keran tekan. Nilai keberlanjutan green building pada aspek sosial termasuk kategori
baik dengan nilai sebesar 174 dan aspek lingkungan termasuk dalam kategori
memuaskan dengan nilai sebesar 184. Aspek ekonomi dilihat dari selisih nilai
efisiensi penggunaan listrik dan penggunaan air pada green building dengan standar
IKE dan Kementerian PUPR. Besar selisih efisiensi penggunaan energi adalah Rp
481.611.000 per tahun. Nilai indeks keberlanjutan aspek sosial sebesar 4,56; nilai
keberlanjutan aspek lingkungan sebesar 4,82; dan aspek ekonomi sebesar 2,77.
Rata-rata indeks keberlanjutan ketiga aspek tersebut adalah sebesar 4,05 dan
termasuk ke dalam kategori baik. | id |