Show simple item record

dc.contributor.advisorKoesharto, Clara M
dc.contributor.advisorRiyadi, Hadi
dc.contributor.advisorSumantri, Cece
dc.contributor.advisorRohdiana, Dadan
dc.contributor.authorMartini, Rina
dc.date.accessioned2019-05-28T06:57:31Z
dc.date.available2019-05-28T06:57:31Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97815
dc.description.abstractDiabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan gula darah, merupakan efek yang umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu akan menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah. Sekitar 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980 (WHO 2016). Peroxisome proliferator-activated receptor γ (PPARγ) memiliki peran penting dalam sistem pertahanan antioksidan seluler. Beberapa penelitian melaporkan efek peningkatan aktivator alami untuk jalur PPARγ dalam perkembangan berbagai jenis gangguan metabolisme yang disebabkan oleh stres oksidatif termasuk diabetes mellitus. Teh putih dan kelor mengandung antioksidan dan flavonoid yang salah satunya adalah epigallocatechin gallate (EGCG). Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk (1) menganalisis kandungan katekin, total fenol dan aktivitas antioksidan pada teh putih dan kelor, (2) menganalisis potensi dari teh putih dan kelor dalam memperbaiki profil lipid, (3) menganalisis potensi dari teh putih dan kelor dalam memperbaiki gambaran histopatologi pankreas dan (4) menganalisis potensi teh putih dan kelor dalam meningkatkan ekpresi gen PPARγ pada tikus Spraque dawley yang diinduksi dengan streptozotocin. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan pre-post test control group design. Kandungan katekin pada teh hijau, teh putih dan campuran teh putih dan kelor dianalisa menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kandungan total fenol menggunakan metode folin-ciocalteu dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Sebanyak total 24 ekor tikus Spraque dawley jantan berumur 12 minggu dengan berat 200-300 g diinduksi secara intra peritonial dengan streptozotocin dosis 40 mg/kgBB. Tikus dibagi dalam empat kelompok dan masing masing mendapatkan salah satu jenis teh yaitu the hijau (TH), teh putih (TP), kelor (K) atau campuran teh putih kelor (TPK), dengan dosis setara EGCG 100 mg/kgBB yang diberikan secara oral menggunakan sonde selama 21 hari. Pembuatan sediaan teh dilakukan dengan menimbang sebanyak 2 gram teh kemudian dilarutkan dalam air dengan suhu 900C selama 5 menit lalu disaring. Pengukuran profil lipid (trigliserida dan high density lipoprotein), analisa histopatologi pankreas dan analisa gen PPARγ dilakukan setelah intervensi selesai. Analisa ekpresi gen dilakukan dengan cara ekstraksi mRNA yang diperoleh dari organ hati dan pengukuran ekpresi gen PPARγ dianalisis menggunakan kuantitatif real-time PCR. Tingkat ekspresi gen PPARγ diukur dengan menggunakan internal gen glyceraldehyde-3- phosphatedehydrogenase (GAPDH) menggunakan formula 2- ΔΔCT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh putih mempunyai kandungan katekin paling tinggi dibandingkan dengan jenis teh hijau, kelor dan campuran teh putih kelor yaitu kandungan total katekin (39.17 g), asam galat (1.09 g), EGCG (4.46 g) dan epikatekin (9.61 g) dalam 100 g bahan. Nilai total fenol paling tinggi terdapat pada teh putih (179.34 mg GAE/g); teh putih dan kelor (127.26 mg GAE/g); teh hijau (105.27 mg GAE/g) dan kelor (41.61 mg GAE/g). Nilai IC50 yang menunjukkan kategori antioksidan sangat kuat (<50 ppm) terdapat pada teh putih, teh hijau dan teh putih kelor, sedangkan nilai IC50 kelor (108.04 ppm) termasuk kategori antioksidan sedang Pasca induksi streptozotocin rata rata glukosa darah tikus mencapai 396.2±85.52 mg/dl sedangkan pada kelompok normal hanya 69.75±13.47 mg/dl. Intervensi teh putih, teh hijau, kelor dan campuran teh putih kelor selama 21 hari berpengaruh terhadap kadar TG plasma tikus. Kadar plasma TG tikus pada kelompok teh putih kelor (TPK) memperlihatkan nilai yang berbeda secara signifikan (95±19.35 mg/dL) dengan kelompok teh putih (TP) saja (173.5±20.21mg/dL) dan kelor (K) saja (167.3±44.85 mg/dL) (p<0.05) tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok normal (105.8±23.89 mg/dL), kelompok kontrol diabetes (DM) (124±6.93 mg/dL) dan kelompok teh hijau (TH) (138±48.33 mg/dL). Sementara pada kadar HDL plasma tikus tidak memperlihatkan pengaruh akibat adanya intervensi. Pada semua kelompok perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (p>0.05). intervensi beberapa jenis teh berpengaruh terhadap rerata diameter pulau langerhans tikus. Rerata diameter pulau Langerhans tikus memperlihatkan perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara kelompok kontrol DM (9.16±2.56 μm) dibandingkan dengan kelompok TP (20±8.94 μm), K (17.16±5.26 μm), TPK (18.66±4.17 μm) dan kelompok N (21.07± 8.49 μm), tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok TH (14.33±5.24 μm). Gambaran histopatologi pankreas memperlihatkan adanya peningkatan pada diameter pulau langerhans pada semua kelompok intervensi apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol DM. Hasil ekspresi gen PPARγ menunjukkan bahwa ekspresi mRNA dari PPARγ sebagai hasil dari proses transkripsi pada tikus setelah intervensi menggunakan teh hijau dan teh putih kelor masing-masing 2.05 kali lipat dan 2.61 kali lipat lebih tinggi dari kontrol. Ekspresi gen PPARγ setelah intervensi teh putih dan kelor masing-masing 0.70 kali lipat dan 0.43 kali lipat lebih rendah dari kontrol. Ekspresi gen PPARγ tikus normal 3.39 kali lipat lebih tinggi, sedangkan ekspresi gen PPARγ pada kelompok baseline adalah 0.06 kali lipat lebih rendah. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa intervensi campuran antara teh putih dan kelor (dengan perbandingan 1:1) mempunyai interaksi sinergetik yang berpotensi dalam memperbaiki kadar trigliserida dan gambaran histopatologi pankreas dan meningkatkan ekpresi gen PPARγ pada tikus Spraque dawley yang diinduksi streptozotocin.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcDiabetesid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePotensi Teh putih (Camellia sinensis (L.)O.Kuntze) dan Kelor (Moringa oleifera L.) dalam Memperbaiki Profil Lipid, Gambaran Histopatologi Pankreas dan Ekspresi Gen PPARγ pada Tikus yang diinduksi Streptozotocinid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordhistopatologiid
dc.subject.keywordkelorid
dc.subject.keywordPPARγid
dc.subject.keywordteh putihid
dc.subject.keywordtrigliseridaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record