dc.description.abstract | Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang mengatur
gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan gula darah, merupakan efek yang
umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu akan
menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan
pembuluh darah. Sekitar 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun
2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980 (WHO 2016). Peroxisome
proliferator-activated receptor γ (PPARγ) memiliki peran penting dalam sistem
pertahanan antioksidan seluler. Beberapa penelitian melaporkan efek peningkatan
aktivator alami untuk jalur PPARγ dalam perkembangan berbagai jenis gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh stres oksidatif termasuk diabetes mellitus. Teh
putih dan kelor mengandung antioksidan dan flavonoid yang salah satunya adalah
epigallocatechin gallate (EGCG).
Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk (1) menganalisis kandungan
katekin, total fenol dan aktivitas antioksidan pada teh putih dan kelor, (2)
menganalisis potensi dari teh putih dan kelor dalam memperbaiki profil lipid, (3)
menganalisis potensi dari teh putih dan kelor dalam memperbaiki gambaran
histopatologi pankreas dan (4) menganalisis potensi teh putih dan kelor dalam
meningkatkan ekpresi gen PPARγ pada tikus Spraque dawley yang diinduksi
dengan streptozotocin.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan pre-post test control
group design. Kandungan katekin pada teh hijau, teh putih dan campuran teh
putih dan kelor dianalisa menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). Kandungan total fenol menggunakan metode folin-ciocalteu dan
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Sebanyak total 24 ekor tikus
Spraque dawley jantan berumur 12 minggu dengan berat 200-300 g diinduksi
secara intra peritonial dengan streptozotocin dosis 40 mg/kgBB. Tikus dibagi
dalam empat kelompok dan masing masing mendapatkan salah satu jenis teh yaitu
the hijau (TH), teh putih (TP), kelor (K) atau campuran teh putih kelor (TPK),
dengan dosis setara EGCG 100 mg/kgBB yang diberikan secara oral
menggunakan sonde selama 21 hari. Pembuatan sediaan teh dilakukan dengan
menimbang sebanyak 2 gram teh kemudian dilarutkan dalam air dengan suhu
900C selama 5 menit lalu disaring. Pengukuran profil lipid (trigliserida dan high
density lipoprotein), analisa histopatologi pankreas dan analisa gen PPARγ
dilakukan setelah intervensi selesai. Analisa ekpresi gen dilakukan dengan cara
ekstraksi mRNA yang diperoleh dari organ hati dan pengukuran ekpresi gen
PPARγ dianalisis menggunakan kuantitatif real-time PCR. Tingkat ekspresi
gen PPARγ diukur dengan menggunakan internal gen glyceraldehyde-3-
phosphatedehydrogenase (GAPDH) menggunakan formula 2- ΔΔCT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh putih mempunyai kandungan
katekin paling tinggi dibandingkan dengan jenis teh hijau, kelor dan campuran teh
putih kelor yaitu kandungan total katekin (39.17 g), asam galat (1.09 g), EGCG
(4.46 g) dan epikatekin (9.61 g) dalam 100 g bahan. Nilai total fenol paling tinggi
terdapat pada teh putih (179.34 mg GAE/g); teh putih dan kelor (127.26 mg
GAE/g); teh hijau (105.27 mg GAE/g) dan kelor (41.61 mg GAE/g). Nilai IC50
yang menunjukkan kategori antioksidan sangat kuat (<50 ppm) terdapat pada teh
putih, teh hijau dan teh putih kelor, sedangkan nilai IC50 kelor (108.04 ppm)
termasuk kategori antioksidan sedang
Pasca induksi streptozotocin rata rata glukosa darah tikus mencapai
396.2±85.52 mg/dl sedangkan pada kelompok normal hanya 69.75±13.47 mg/dl.
Intervensi teh putih, teh hijau, kelor dan campuran teh putih kelor selama 21 hari
berpengaruh terhadap kadar TG plasma tikus. Kadar plasma TG tikus pada
kelompok teh putih kelor (TPK) memperlihatkan nilai yang berbeda secara
signifikan (95±19.35 mg/dL) dengan kelompok teh putih (TP) saja
(173.5±20.21mg/dL) dan kelor (K) saja (167.3±44.85 mg/dL) (p<0.05) tetapi
tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok normal (105.8±23.89 mg/dL),
kelompok kontrol diabetes (DM) (124±6.93 mg/dL) dan kelompok teh hijau (TH)
(138±48.33 mg/dL). Sementara pada kadar HDL plasma tikus tidak
memperlihatkan pengaruh akibat adanya intervensi. Pada semua kelompok
perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (p>0.05). intervensi
beberapa jenis teh berpengaruh terhadap rerata diameter pulau langerhans tikus.
Rerata diameter pulau Langerhans tikus memperlihatkan perbedaan yang
signifikan (p<0.05) antara kelompok kontrol DM (9.16±2.56 μm) dibandingkan
dengan kelompok TP (20±8.94 μm), K (17.16±5.26 μm), TPK (18.66±4.17 μm)
dan kelompok N (21.07± 8.49 μm), tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok
TH (14.33±5.24 μm). Gambaran histopatologi pankreas memperlihatkan adanya
peningkatan pada diameter pulau langerhans pada semua kelompok intervensi
apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol DM.
Hasil ekspresi gen PPARγ menunjukkan bahwa ekspresi mRNA
dari PPARγ sebagai hasil dari proses transkripsi pada tikus setelah intervensi
menggunakan teh hijau dan teh putih kelor masing-masing 2.05 kali lipat dan
2.61 kali lipat lebih tinggi dari kontrol. Ekspresi gen PPARγ setelah intervensi teh
putih dan kelor masing-masing 0.70 kali lipat dan 0.43 kali lipat lebih
rendah dari kontrol. Ekspresi gen PPARγ tikus normal 3.39 kali lipat
lebih tinggi, sedangkan ekspresi gen PPARγ pada kelompok baseline adalah 0.06
kali lipat lebih rendah.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa intervensi campuran antara teh
putih dan kelor (dengan perbandingan 1:1) mempunyai interaksi sinergetik yang
berpotensi dalam memperbaiki kadar trigliserida dan gambaran histopatologi
pankreas dan meningkatkan ekpresi gen PPARγ pada tikus Spraque dawley yang
diinduksi streptozotocin. | id |