Show simple item record

dc.contributor.advisorSutjahjo, Surjono Hadi
dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.advisorAnwar, Syaiful
dc.contributor.advisorKurniawan, Rachman
dc.contributor.authorLeha, Ernesta
dc.date.accessioned2019-05-28T04:15:54Z
dc.date.available2019-05-28T04:15:54Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97797
dc.description.abstractPenelitian ini dilakukan di Pulau Sumba sejak bulan Juli sampai November 2016 dengan judul Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuannya adalah untuk (1) mengidentifikasi komoditas hortikultura unggulan yang ada pada masingmasing kabupaten di Pulau Sumba; (2) menganalisis besarnya nilai efek multiplier komoditas hortikultura unggulan pada masing-masing kabupaten di Pulau Sumba; (3) menganalisis status keberlanjutan dan atribut yang dominan mempengaruhi keberlanjutan ditinjau dari 5 dimensi keberlanjutan yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan dan (4) membangun model pengembangan kawasan agribisnis hortikultura unggulan pada masing-masing kabupaten di Pulau Sumba . Metode analisis data yang digunakan ini terdiri atas 4 macam metode yakni (1) metode Static Location Question (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) (2) metode analisis efek multiplier; (3) metode Multi Dimension Scalling (MDS) yang dimodifikasi dengan metode Rapfish dan (4) metode sistem dinamik untuk membangun model pengembangan kawasan agribisnis hortikultura berkelanjutan di Pulau Sumba . Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas unggulan pada (1) Kabupaten Sumba Timur adalah jeruk, jambu biji, pepaya dan pisang, tomat, terung, petsay, kangkung dan bayam; (2) Sumba Tengah adalah adalah nenas, pisang, kacang merah, kacang panjang, cabai, tomat, labu siam, kentang dan bayam; (3) Sumba Barat adalah pepaya, kacang panjang, cabai, bawang putih, ketimun dan kangkung dan (4) Sumba Barat Daya adalah pisang, kacang panjang, buncis, ketimun, labu siam dan kangkung. Berdasarkan hasil analisis multiplier ditemukan bahwa (1) efek multiplier jeruk di Sumba Timur sebesar 2,12 dan tomat sebesar 2,02; (2) efek multiplier nenas di Sumba Tengah sebesar 1,9 dan cabai sebesar 1,8; (3) efek multiplier pepaya di Sumba Barat sebesar 1,5 dan ketimun sebesar 2,7 dan (4) efek multiplier pisang dan di Sumba Barat Daya sebesar 2,7 dan kacang panjang 2,22. Hasil analisis efek multiplier ini menunjukkan bahwa setiap tambahan investasi sebesar 1 untuk masing-masing komoditas akan menghasilkan pendapatan sebesar nilai multiplier komoditas tersebut Hasil analisis keberlanjutan di Pulau Sumba menunjukkan bahwa (1) Kabupaten Sumba Timur berada pada status cukup berkelanjutan untuk dimensi sosial dan kelembagaan sedangkan untuk dimensi ekologi, ekonomi dan teknologi berada pada status kurang berkelanjutan. Atribut yang dominan berpengaruh pada keberlanjutan (a) dimensi ekologi yakni penggunaan pupuk dan pestisida; (b) dimensi ekonomi yakni luas lahan garapan; (c) dimensi sosial yakni intensitas penyuluhan dan pelatihan; (d) dimensi teknologi yakni teknik pengolahan tanah dan (e) dimensi kelembagaan yakni konflik antar kelompok tani; (2) Sumba Tengah berada pada status cukup berkelanjutan untuk dimensi ekonomi, ekologi dan sosial sedangkan untuk dimensi teknlogi dan kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Atribut yang dominan berpengaruh pada (a) dimensi ekologi yakni tingkat kemiringan lahan; (b) dimensi ekonomi yakni komoditas hortikultura yang unggul; (c) dimensi sosial yakni eksistensi layanan pemerintah; (d) dimensi teknologi dipengaruhi oleh teknologi konservasi tanah dan air dan (e) dimensi kelembagaan yakni jumlah penyuluh pertanian; (3) Sumba Barat berada pada status cukup berkelanjutan untuk dimensi sosial dan kelembagaan sedangkan untuk dimensi ekologi, ekonomi dan teknologi berada pada status kurang berkelanjutan. Atribut yang dominan berpengaruh pada (a) dimensi ekologi yakni tingkat kemiringan lahan; (b) dimensi ekonomi yakni pengelolaan hasil hortikultura; (c) dimensi sosial yakni eksistensi rumah tangga hortikultura; (d) dimensi teknologi yakni teknologi konservasi tanah dan (e) dimensi kelembagaan yakni konflik antar kelompok tani; (4) Sumba Barat Daya berada pada status cukup berkelanjutan hanya untuk dimensi ekologi sedangkan dimensi ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Atribut yang dominan berpengaruh (a) dimensi ekologi yakni tingkat erosi yang terjadi; (b) dimensi ekonomi yakni harga produk hortikultura; (c) dimensi sosial yakni intensitas layanan pemerintah; (d) dimensi teknologi yakni konservasi tanah dan air dan (e) dimensi kelembagaan yakni keberadaan kelompok tani. Hasil analisis sistem dinamik pengembangan agribisnis hortikultura berkelanjutan di Pulau Sumba menunjukkan bahwa : (1) model pengembangan kawasan agribisnis hortikultura di Pulau Sumba dibangun dari tiga sub model yakni sub model sosial kependudukan, sub model penggunaan lahan dan sub model ekonomi; (2) skenario kebijakan yang perlu dilakukan adalah (a) peningkatan luas lahan hortikultura, (b) peningkatan luas lahan komoditas hortikultura unggulan dan (c) peningkatan produktivitas komoditas hortikultura unggulan; dan (3) berdasarkan hasil simulasi tiga skenario untuk 4 kabupaten diketahui bahwa intervensi peningkatan luas lahan dan produktivitas komoditas hortikultura unggulan memberi dampak cukup signifikan pada peningkatan produksi, peningkatan nilai ekonomi dan peningkatan keuntungan serta peningkatan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa agar upaya pengembangan kawasan agribisnis hortikultura berkelanjutan di Pulau Sumba dapat direalisasikan dan berdaya guna, dibutuhkan kerjasama segenap stakeholder yakni pemerintah daerah, masyarakat, petani, pelaku usaha, akademisi dan lembaga-lembaga swasadaya masyarakat. Kerjasama yang solid penting dilakukan karena persoalan agribisnis hortikultura bukan hanya persoalan tentang petani tetapi berkaitan juga dengan masalah ekologi, sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan. Hasil aplikasi model yang dikembangkan dapat lebih maksimal apabila skenario yang dilakukan adalah skenario optimis dengan melakukan intervensi kebijakan pada tiga komponen yakni luas lahan hortikultura, luas lahan komoditas hortikultura unggulan dan produktivitas komoditas hortikultura unggulan di Pulau Sumba .id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNatural Resourcesid
dc.subject.ddcHorticulture Agribusinessid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSumba-Nusa Tenggara Timurid
dc.titleModel Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timurid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordmodelid
dc.subject.keywordhortikulturaid
dc.subject.keywordagribisnisid
dc.subject.keywordmultiplierid
dc.subject.keywordkeberlanjutan dan sistem dinamikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record