Show simple item record

dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.advisorMardiastuti, Ani
dc.contributor.advisorSoekmadi, Rinekso
dc.contributor.authorHanum, Cut Maila
dc.date.accessioned2019-05-28T04:10:31Z
dc.date.available2019-05-28T04:10:31Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97795
dc.description.abstractTaman Buru Lingga Isaq (TBLI) secara administrasi terletak di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Kawasan TBLI meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Bintang, Linge, dan Lut Tawar. Tujuan pengelolaan suatu Taman Buru adalah terbinanya habitat dan potensi satwa buru, terjaminnya keberadaan kawasan taman buru, serta optimalnya manfaat taman buru bagi wisata alam perburuan, penyediaan gizi masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Kawasan hutan Lingga Isaq ditunjuk menjadi Taman Buru melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 70/Kpts/Um/2/1978 tanggal 7 Februari 1978. Namun hingga saat ini pengelolaan TBLI belum beroperasi sesuai fungsinya sebagai kawasan wisata buru. Potensi keragaman hayati dan luas kawasan TBLI yang dimiliki belum dikelola dengan optimal. Pengelolaan kawasan hanya sebatas pada pendekatan keamanan (security approach) sehingga pengelolaan TBLI belum dapat memberikan kontribusi ekonomi terhadap masyarakat dan pemerintah daerah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi pengelolaan TBLI berdasarkan kondisi ekologis, sosial ekonomi masyarakat di sekitar TBLI, dan kelembagaan pengelolaan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi dan menilai keberlanjutan kondisi ekologis, (2) mengidentifikasi dan menilai keberlanjutan sosial ekonomi masyarakat sekitar TBLI, serta (3) mengidentifikasi dan menilai keberlanjutan kelembagaan pengelola TBLI. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, survei lapangan, dan wawancara dengan stakeholder. Pengambilan data dilakukan dari bulan Juli 2016 hingga Januari 2017 di enam desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bintang dan Kecamatan Linge. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode pemeringkatan dan pembobotan, Multi Dimensional Scaling (MDS), analisis deskriptif, GIS dan analisis stakeholder. Tutupan lahan berupa hutan di TBLI berdasarkan peta tutupan lahan tahun 2016 seluas 77 318 ha atau 89.65% dari total kawasan TBLI. Tutupan hutan tersebut terdiri atas 58 902 ha (68.30%) hutan lahan kering primer dan 18 416 ha (21.35%) hutan lahan kering sekunder. Luas tutupan lahan hutan tersebut memenuhi kriteria perlindungan suatu kawasan yang menetapkan minimal 15% dari keseluruhan kawasan yang dilindungi sehingga TBLI dikategorikan masih dapat melindungi keragaman hayati dan proses ekologis. Mamalia besar yang dapat ditemukan di TBLI sebanyak 11 jenis, empat jenis diantaranya berpotensi dijadikan satwa buru. Jenis-jenis mamalia tersebut adalah rusa sambar (Rusa unicolor), babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), dan kambing hutan (Capricornis sumatraensis). Berdasarkan analisis MDS, dimensi ekologis TBLI memiliki indeks 51.61% atau cukup berkelanjutan untuk mendukung pengelolaan TBLI. Kecamatan di kawasan TBLI yang memiliki jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2017 adalah Kecamatan Lut Tawar, yakni sebanyak 21 145 jiwa atau dengan kepadatan penduduk mencapai 254.45 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Linge sebanyak 10.263 jiwa dengan kepadatan mencapai 5.81 jiwa/km2 dan di Kecamatan Bintang sebanyak 9 809 jiwa atau dengan kepadatan penduduk mencapai 16.96 jiwa/km2. Berdasarkan matapencaharian maka sebagian besar (77%) penduduk merupakan petani, 33% diantaranya sebagai petani yang mengembangkan kebun kopi. Total penduduk yang termasuk dalam usia produktif dari tiga kecamatan adalah sebanyak 26 528 jiwa, terdiri atas 13 441 jiwa (51%) angkatan kerja laki-laki dan 13 087 jiwa (49%) angkatan kerja perempuan. Atribut/indikator penentu (driving variable) keberlanjutan dimensi ekonomi pengelolaan TBLI diukur berdasarkan akses masyarakat terhadap sumberdaya dan akses terhadap pasar. Dimensi ekonomi pengelolaan TBLI memiliki indeks keberlanjutan sebesar 20.14%, yang termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan Hal ini berarti bahwa dari aspek ekonomi maka pengelolaan TBLI perlu ditingkatkan. Keberlanjutan dimensi sosial diukur melalui tingkat pemahaman terhadap lingkungan dan kepadatan penduduk. Dimensi sosial ini tergolong cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 55.15%. Dimensi keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability) diukur dengan ketersediaan sumber daya manusia, anggaran dan infrastruktur yang mendukung pengelolaan TBLI. Nilai indeks yang diperoleh yaitu 51.36% atau cukup berkelanjutan; (4) Strategi pengelolan TBLI berkelanjutan dapat dicapai dengan skenerio pengelolaan TBLI melalui pendekatan ruang/area buru dan pendekatan kolaborasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcTropical Biodiversityid
dc.subject.ddcHunting Parkid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcAceh Tengah-Acehid
dc.titlePengelolaan Taman Buru Lingga Isaq Provinsi Acehid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordTaman Buruid
dc.subject.keywordLingga Isaqid
dc.subject.keywordpengelolaan berkelanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record