Show simple item record

dc.contributor.advisorPerwitasari, Dyah
dc.contributor.advisorAtmoko, Sri Suci Utami
dc.contributor.authorBani, Syahik Nur
dc.date.accessioned2019-05-27T03:56:06Z
dc.date.available2019-05-27T03:56:06Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97699
dc.description.abstractOrangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) dikelompokan ke dalam tiga subspesies, salah satunya yaitu Pongo pygmaeus morio yang tersebar mulai dari Sabah (Malaysia) hingga Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Ancaman yang paling besar bagi populasi dan habitat orangutan kalimantan adalah konversi hutan dan perburuan orangutan (Soehartono et al. 2007). Hal ini menyebabkan banyak individu orangutan yang mati ataupun tertangkap. Orangutan yang telah diselamatkan atau disita harus direhabilitasi lalu dilepasliarkan kembali ke hutan yang cocok dengan habitat alaminya. Penelitian ini penting dilakukan karena sejauh ini data mengenai kesuksesan pelepasliaran orangutan kalimantan masih terbatas, terutama yang terkait dengan proses tahap akhir rehabilitasi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengukur perkembangan adaptasi orangutan yang dilepasliarkan di hutan alam, (2) mengidentifikasi faktor keberhasilan pelepasliaran orangutan khususnya proporsi jenis pakan, bersarang, penggunaan ketinggian dan pengaruh tahap akhir rehabilitasi (pulau dan kandang) dibandingkan dengan orangutan liar di Danum Valley (Sabah). Penelitian ini dilakukan di hutan Kehje Sewen – Kalimantan Timur selama satu tahun sejak Januari hingga Desember 2014. Aktivitas harian orangutan diamati dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling selama satu bulan dan satu tahun setelah dilepasliarkan. Individu objek yaitu betina (13-20 tahun) Yayang, Oneng, Sarmi dan Siwi (orangutan dari pulau) serta Wani, Leke, Mona dan Inge (orangutan dari kandang) di Hutan Kehje Sewen. Penelitian ini menjadi gambaran monitoring pasca pelepasliaran pada individu orangutan betina dewasa yang melewati tahap akhir proses rehabilitasi yang berbeda (pulau dan kandang). Penelitian ini juga bertujuan mengeveluasi prosedur dari program reintroduksi. Penelitian ini mengamati aktivitas harian, proporsi jenis pakan, bersarang, daerah jelajah dan penggunaan ketinggian. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya individu Yayang yang aktivitasnya seperti orangutan liar pada satu bulan setelah dilepasliarkan. Sementara Oneng, Wani dan Leke memiliki perilaku mencari makan (6-9%) di bawah rata-rata perilaku mencari makan (47%) dari orangutan liar. Hasil pengamatan setelah satu tahun dilepasliarkan menunjukkan bahwa proporsi jenis pakan semua individu mirip dengan perilaku orangutan liar di Danum Valey. Sementara akitivitas harian, penggunaan ketinggian dan bersarang tergantung dari kapasitas setiap individu dan Orangutan yang telah dilepasliarkan satu tahun sudah beradaptasi lebih baik dibandingkan dengan satu bulan dilepaslirakan. Orangutan yang telah melalui proses sekolah hutan dan pre-release di Pulau Alami (luas 39 ha) bisa beradaptasi lebih baik dibandingkan dengan orangutan dari Pulau Buatan (luas 2 ha). Keberhasilan pelepasliaran orangutan tergantung pada proses rehabilitasi terutama proses pre-release.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Bioscienceid
dc.subject.ddcOrangutanid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcKalimantan Timurid
dc.titlePerilaku Adaptasi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) Eks-rehabilitan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timurid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordOrangutanid
dc.subject.keywordkandangid
dc.subject.keywordpulauid
dc.subject.keywordreintroduksiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record