Aktivitas gen TLRs dan CXCRs dalam Meningkatkan Ketahanan Sapi Perah terhadap Mastitis Subklinis
View/ Open
Date
2019Author
Yanthi, Nova Dilla
Muladno
Damayanti, Retno
Anggraeni, Anneke
Said, Syahruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Peradangan kelenjar ambing berdampak pada penurunan kualitas dan
kuantitas susu yang mengakibatkan kerugian ekonomi. Kondisi ini lazim disebut
sebagai suatu penyakit mastitis. Mastitis dikelompokkan menjadi dua yaitu mastitis
klinis dengan ciri ambing membengkak, terasa panas, susu memperlihatkan
perubahan secara fisiologi menjadi lebih kental. Sementara mastitis subklinis,
secara kasat mata ciri-ciri mastitis subklinis tidak dapat diketahui. Melalui
pemeriksaan rutin kondisi mastitis subklinis dapat diketahui dengan cepat.
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mereaksikan susu sapi dengan reagen atau
senyawa 3% Alkyl-Aryl-Sulfonate. Reaksi yang terbentuk merupakan reaksi ikatan
kovalen antara reagen dengan sel somatik yang terdapat di dalam susu. Reaksi ini
menghasilkan tingkat kekentalan susu yang menjadi tolak ukur pengamatan
kualitatif kondisi mastitis subklinis. Secara kuantitatif mastitis subklinis dapat
diketahui dengan cara menghitung keberadaan sel somatik yang terdapat di dalam
susu.
Peradangan ambing disebabkan karena adanya infeksi oleh mikroorganisme,
umumnya bakteri. Jenis bakteri yang mengontami terbagi menjadi dua yaitu bakteri
endogenus dan bakteri lingkungan. Bakteri endogenus umumnya bersifat Gram
negatif dan bakteri yang di lingkungan memiliki sifat Gram positif. Bakteri masuk
melalui lubang puting pada saat pemerahan baik pada proses manual ataupun
dengan menggunakan mesin. Saat terjadi pemerahan pertahanan kelenjar ambing
mengalami kondisi titik terendah. Hal ini disebabkan oleh karena sphincter masih
terbuka beberapa saat setelah pemerahan, selain itu sel darah putih, antibodi serta
enzim juga habis, ikut terperah. Kondisi ini dapat memperburuk kondisi ambing.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok dengan judul (i) Prevalensi dan
jenis bakteri penyebab mastitis subklinis (ii) Pengaruh mastitis subklinis terhadap
kualitas susu (iii) Respons kelenjar mammae (HC11) terhadap bakteri: proliferasi,
dan ekspresi gen family Toll-like Receptor (TLRs) dan family chemokine Receptor
CXCRs.
Kegiatan pertama bertujuan menganalisis jumlah cemaran bakteri yang ada
dalam susu yang dapat memengaruhi kualitas susu. Selain itu juga menganalisis
kondisi infeksi mastitis serta mengidentifikasi jenis bakteri dominan penyebab
mastitis di beberapa peternakan di wilayah Jawa Barat. Jumlah ternak yang
dipergunakan 10 ekor pada masing-masing lokasi peternakan di Jawa Barat pada
ketinggian tempat yang berbeda-beda yaitu di Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang,
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Bogor yang berasal dari beberapa
peternakan kecil dan menengah, perusahan dan instansi. Pengambilan sampel
dengan menggunakan metode survai secara purposive random sampling dengan
kondisi sapi periode laktasi ke 2-3 serta bulan laktasi ke 2-4. Analisis bakteri susu
dengan menggunakan metoda California Mastitis Test (CMT) dengan skala 1
sampai 4 (P1-P4) sebagai mastitis subklinis. Analisis jumlah cemaran bakteri
dengan menggunakan metoda Total Plate Count (TPC) dengan pengenceran susu
pada konsentrasi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6 menggunakan 0.9% NaCl Fis,
Analisis jenis morfologi bakteri dilakukan dengan menggunakan metoda
pewarnaan Gram.dan analisis sekuensing dilakukan dengan mengisolasi DNA
bakteri dengan primer universal 16S rRNA. Hasil yang didapat pada kegiatan
pertama ini memperlihatkan bahwa lokasi yang memiliki kondisi ambing yang
sehat terbanyak pada wilayah Pangalengan. Kondisi sapi perah yang
dikelompokkan terinfeksi mastitis subklinis pada peternakan rakyat berada pada
tingkat cemaran bakteri P1, sedangkan pada peternakan komersil dan instansi
pemerintah pada tingkat P2. Susu sapi mastitis yang terinfeksi oleh bakteri
didominasi dari jenis Gram positif dan memiliki morfologi basil (batang). Bakteri
dominan tersebut terdeteksi sebagai Basillus sp berdasarkan hasil sekuensing.
Kegiatan kedua bertujuan untuk menganalisis kualitas kandungan kimia
susu yang terinfeksi mastitis subklinis pada beberapa lokasi pemeliharan dengan
manajemen yang berbeda-beda. Parameter Pengamatan kegiatan uji kualitas susu
dilakukan pada nilai kadar protein, lemak, bahan kering (BK), bahan kering tanpa
lemak (BKTL), laktosa, berat jenis, titik beku, dan acidity (%). Selain itu juga
dilakukan pengamatan terhadap nilai kadar electric conductivity (EC) dan pH
sampel susu terinfeksi mastitis. Hasil perhitungan analisis uji kualitas susu
kelompok sapi mastitis subklinis yang dipelihara di instansi pemerintah umumnya
memiliki kualitas susu yang lebih baik. Selain itu kelompok sapi mastitis subklinis
yang dipeliharan di datran tinggi umumnya memiliki kualitas susu yang lebih baik.
Keseluruhan susu yang dianalisis memberikan hasil rataan yang masih berada pada
nilai parameter kualitas nutrisi susu berdasarkan SNI. Komponen susu yang
berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai EC adalah BK, BKTL, laktosa,
titik beku. Dan komponen yang berpengaruh nyata (p< 0,05) terhadap nilai EC
adalah berat jenis. EC mempunyai korelasi yang erat dengan kualitas susu, dan EC
dapat digunakan untuk memprediksi nilai kualitas susu.
Kegiatan ketiga merupakan pengukuran ekspresi gen yang dihasilkan dari
sel line epitel mammary HC11 yang diinfeksikan dengan bakteri yang dihasilkan
dari sequencing kegiatan pertama. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menganalisis
ekspresi gen kekebalan dan mekanisme profil ekspresi gen pada respon kultur sel
epitel mammae HC11 terhadap infeksi bakteri susu sapi yang terindikasi mastitis
subklinis. Pengamatan dilakukan mulai 0, 6, 12, 24, 48, 72 jam setelah infeksi
bakteri. Hasil analisis ekspresi gen pada sel HC11 memperlihatkan bahwa sistem
model kultur sel ini memberikan bukti untuk peran penting sel epitel mammae
dalam memulai respon bawaan terhadap infeksi. Gen-gen ketahanan proinflamasi
yang terekspresi pada sel mammae HC11 memberikan respon yang berbeda pada
kedua bakteri. Pertumbuhan gen TLRs dan CXCRs tumbuh normal pada kelenjar
mammae (HC11). Gen IL1A lebih efektif dalam memperlambat laju infeksi bakteri
mastitis dan dapat digunakan sebagai gen penanda ketahanan tubuh yang baik untuk
melawan patogen penyebab mastitis.
Collections
- DT - Animal Science [344]