dc.description.abstract | Pengembangan usahatani bawang merah menghadapi berbagai tantangan dan
hambatan. Permintaan yang tinggi yang tidak diikuti dengan pemenuhan pasokan
yang seimbang dan merata setiap bulan akan menyebabkan terjadinya fluktuasi
harga bawang merah. Kondisi ini mendorong petani untuk melakukan usahatani
dengan mengedepankan produki tinggi dalam rangka memenuhi permintaan
tersebut sehingga kurang mempertimbangkan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) mendeliniasi lahan tersedia yang
sesuai untuk pengembangan bawang merah di Kabupaten Brebes; (2) menganalisis
tingkat keberlanjutan usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes; (3)
menentukan faktor kunci keberlanjutan usahatani bawang merah di Kabupaten
Brebes; (4) menformulasikan prioritas strategi pengembangan usahatani bawang
merah keberlanjutan di Kabupaten Brebes. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah Geographic Information System, Multidimensional Scaling
Analysis (MDS) yang dikenalkan sebagai RAP-SHALLOT; Participatory
Prospective Analysis (PPA), and Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil deliniasi lahan tersedia yang sesuai untuk pengembangan bawang
merah di Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa lahan di Kabupaten Brebes
berdasarkan kelas kesesuaian lahannya terdiri dari S2 (cukup sesuai) seluas 10,893
ha atau sebesar 6,3 persen, S3 (sesuai marginal) seluas 135.365,5 ha atau 78,3
persen dan N (tidak sesuai) seluas 25.678,3 ha atau 14,8 persen. Lahan untuk
pengembangan bawang merah dominan pada lahan S3 dengan wilayah
pengembangan terbesar ada di Kecamatan Larangan, Ketanggungan, dan
Bantarkawung dengan faktor pembatasnya adalah hara tersedia (na), ketersediaan
air (wa), ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr), dan bahaya erosi (eh).
Ketersediaan lahan untuk pengembangan bawang merah seluas 54.917, ha. Luasan
lahan tersedia yang sesuai untuk pengembangan bawang merah di lahan eksisting
adalah 49.099,5 ha; sehingga luas lahan untuk ekstensifikasi adalah 3.736,0 ha
dengan luasan terbesar di Kecamatan Salem.
Hasil analisis keberlanjutan usahatani bawang merah di Kabupaten Brebes
secara multidimensi menunjukkan bahwa keberlanjutannya berada pada kategori
kurang berkelanjutan dengan indeks 46,18 dengan pengaruh utama bersumber dari
dimensi ekologi, teknologi dan kelembagaan yang berada pada kategori kurang
berkelanjutan dengan indeks berturut-turut 46,72; 43,24; dan 37,52, sedangkan
dimensi ekonomi dan sosial termasuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut sensitif
yang didapatkan dari analisis keberlanjutan adalah puso bawang merah akibat OPT,
puso bawang merah akibat banjir, curah hujan per tahun (mm), penggunaan pupuk
kimia per ha, kemampuan permodalan petani, nilai tukar petani sub sektor
hortikultura, fluktuasi harga, tanaman sela dalam usahatani, alokasi waktu yang
digunakan usahatani, sistem pengelolaan bawang merah, waktu pemupukan,
tindakan pemupukan, PHT, keberadaan penyuluh pertanian, asal modal memulai
usahatani, keberadaan pedagang perantara/tengkulak, dan mitra utama usahatani.
Perlu intervensi pemerintah dalam peningkatan kinerja keberlanjutan usahatani
bawang merah dengan memprioritaskan pada atribut sensitif di ketiga dimensi yang
tergolong kurang berkelanjutan sehingga meningkat menjadi cukup berkelanjutan.
Sedangkan untuk dimensi keberlanjutan dengan kategori kurang berkelanjutan,
yaitu pada dimensi ekonomi dan sosial, dilakukan peningkatan kinerja untuk
mendapatkan keberimbangan dan optimalisasi keberlanjutan.
Variabel kunci keberlanjutan usahatani bawang merah yang dihasilkan dari
penelitian adalah curah hujan, pedagang perantara, keberadaan penyuluh pertanian,
fluktuasi harga dan PHT dengan total bobot kekuatan global tertimbang variabel
penentu sebesar 66,16 persen. Prioritas strategi yang dihasilkan dalam
pengembangan usahatani bawang merah berkelanjutan adalah manajemen pola
produksi didukung dengan upaya pemberdayaan petani dengan tujuan utama
stabilisasi harga, di mana faktor dominan yang mempengaruhi adalah fluktuasi
harga dan pedagang perantara. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait
diharapkan dapat menetapkan suatu kebijakan guna menciptakan iklim pertanian
yang lebih kondusif, terutama dalam menciptakan stabilisasi harga bawang merah
berbasis pertanian yang ramah lingkungan. | id |