Show simple item record

dc.contributor.advisorBriawan, Dodik
dc.contributor.advisorMartianto, Drajat
dc.contributor.advisorThaha, Abdul Razak
dc.contributor.authorSalam, Abdul
dc.date.accessioned2019-05-13T07:44:42Z
dc.date.available2019-05-13T07:44:42Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97321
dc.description.abstractTahun 2011 badan kesehatan dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi bahwa pemberian suplementasi vitamin A kepada ibu nifas sesaat setelah melahirkan tidak diperlukan lagi karena tidak memberikan efek yang signifikan baik pada morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi usia 0-6 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemberian vitamin A dosis 2x200 000 SI sesaat setelah ibu melahirkan (kelompok A), vitamin A dosis 1x200 000 SI pada minggu ke 6 setelah ibu melahirkan (kelompok B), minyak goreng yang difortifikasi 62 SI retinil palmitat selama 3 bulan (kelompok C), dan edukasi gizi saat hamil dan menyusui (kelompok D) terhadap kadar retinol air susu ibu (ASI) serta morbiditas ibu maupun bayi. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment yang dilaksanakan di 7 (tujuh) wilayah puskesmas Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Juni 2017 sampai Maret 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi seperti melahirkan bayi tunggal dan cukup bulan, melahirkan secara normal, dan maksimal paritas ketiga. Besar subjek untuk wawancara morbiditas pada awal penelitian adalah 297 orang dan diakhir penelitian 2 orang drop out karena pindah tempat tinggal. Selanjutnya dari 160 ibu nifas untuk sampel retinol ASI pada awal penelitian, 31 orang drop out karena tidak memiliki ASI saat pengambilan sampel ASI tahap 2 maupun tahap 3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa proporsi subjek berumur 20–25 tahun lebih banyak (41.7%) dibandingkan dengan kelompok umur lain. Sekitar 42% subjek telah menamatkan pendidikan sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA). Hampir semua (94%) ibu nifas tidak bekerja (ibu rumah tangga). Dalam hal tingkat paritas, proporsi subjek yang masuk kategori multipara (paritas ≥2) adalah sebesar 76%. Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh, sekitar 60.5% subjek memiliki status gizi normal. Proporsi berat lahir bayi pada kategori ukuran 2500g – 3000g paling banyak (40.7%) dibandingkan kelompok lain. Sekitar 86.4% anak yang dilahirkan telah mendapatkan imunisasi lengkap sampai berusia 3 bulan. Rata-rata kadar retinol ASI kolostrum subjek adalah 58.2 μg/dl dan sekitar 81.3% subjek memiliki kadar retinol ASI kolostrum dengan kategori normal. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi, riwayat kehamilan maupun tingkat kecukupan gizi (protein, lemak, vitamin A,besi dan seng) dengan kadar retinol ASI kolostrum (p>0.05). Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi sesaat setelah ibu melahirkan adalah sayur tomat (85.1%), kangkung (84.0%), dan bayam (81.7%). Setelah tiga bulan melahirkan terjadi penurunan proporsi frekuensi konsumsi sayur kangkung (74.9%) dan bayam (66.8%), akan tetapi tidak pada tomat (86.4%). Frekuensi konsumsi buah sumber vitamin A masih rendah dan tidak termasuk dalam pola konsumsi buah masyarakat setempat karena masih kurang dari 50% subjek yang mengonsumsi buah baik sesaat maupun tiga bulan setelah melahirkan. Selanjutnya pangan sumber hewani yang paling sering dikonsumsi sesaat setelah melahirkan adalah telur ayam (91.5%) dan susu (61.2%), setelah tiga bulan melahirkan terjadi peningkatan proporsi frekuensi konsumsi telur ayam (93.3%) akan tetapi tidak untuk proporsi frekuensi konsumsi susu (50.2%). Hasil uji Anova menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam hal ratarata tingkat kecukupan asupan (protein, lemak, vitamin A, zat besi) antara kelompok sebelum dilakukan intervensi (p<0.05). Sebelum intervensi terlihat bahwa rata-rata tingkat kecukupan asupan semua zat gizi paling tinggi ditemukan pada kelompok B dibandingkan kelompok lain. Begitupun setelah intervensi, ratarata tingkat kecukupan asupan zat gizi lebih tinggi pada kelompok B kecuali zat besi. Sebelum intervensi, rata-rata kadar retinol ASI untuk masing-masing kelompok A, B, C dan D adalah 52.7μg/dl, 46.2μg/dl, 47.9μg/dl, dan 61.25μg/dl. Selama intervensi mengalami penurunan menjadi 44.1μg/dl, 42.1μg/dl, 41.0μg/dl dan 33.7μg/dl. Selanjutnya setelah intervensi kembali menurun menjadi 34.3 μg/dl, 32.2μg/dl, 38.0μg/dl dan 33.9μg/dl. Hasil uji Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar retinol ASI pada saat sebelum, selama dan setelah intervensi antar kelompok perlakuan (p>0.05). Jika dianalisis berdasarkan kelompok (intragroup) terlihat bahwa terdapat penurunan yang signifikan kadar retinol sebelum, selama dan setelah intervensi pada kelompok A dan D (p<0.05), akan tetapi tidak demikian untuk kelompok B dan C (p>0.05). Rata-rata frekuensi kejadian sakit ISPA maupun diare pada ibu lebih rendah ditemukan pada kelompok C dibandingkan dengan kelompok A, B dan D. Begitu pula halnya dengan rata-rata frekuensi sakit ISPA dan diare pada anak, kelompok C lebih rendah dibandingkan 3 kelompok lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata frekuensi sakit ISPA dan diare pada ibu maupun anak antar kelompok intervensi (p<0.05). Dalam hal durasi (lama) sakit, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan lama sakit antara kelompok intervensi baik pada ibu maupun pada bayi (p>0.05). Meskipun demikian, terdapat kecenderungan lama sakit yang lebih rendah pada kelompok C dibandingkan dengan 3 kelompok lainnya. Proporsi kejadian ISPA pada ibu dan bayi kategori tinggi paling banyak ditemukan pada kelompok B dan paling sedikit pada kelompok C, begitupun dengan proporsi sakit diare pada ibu dan bayi. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi yang diberikan kepada subjek baik berupa suplementasi vitamin A (1 kapsul dan 2 kapsul), minyak goreng fortifikasi, maupun edukasi gizi memberikan efek yang sama terhadap kadar retinol ASI. Akan tetapi, untuk efek intervensi terhadap frekuensi kejadian ISPA dan diare terlihat ada perbedaan antara kelompok perlakuan. Pemberian minyak goreng yang telah difortifikasi dengan vitamin A lebih efektif dalam mengurangi frekuensi ISPA dan diare baik pada ibu maupun bayi dibandingkan dengan pemberian suplementasi vitamin A dan edukasi gizi. Penelitian ini hanya melihat status vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 3 bulan, sehingga perlu adanya penelitian yang melihat status vitamin A pada bayi khususnya sampai berusia 6 bulan mengingat asupan vitamin A bayi hanya bersumber dari ASI. Selain itu, perlu adanya penelitian lanjutan yang melihat bagaimana kapsul vitamin A didistribusikan dalam tubuh, apakah disimpan dalam tubuh ataukah disekresikan langsung dalam ASI dan bagaimana bila disekresikan.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcNutrition Educationid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcGowa-Sulawesi Selatanid
dc.titlePengaruh Intervensi Suplementasi Vitamin A, Minyak Goreng Fortifikasi dan Edukasi Gizi terhadap Retinol Air Susu Ibu serta Morbiditas Ibu dan Bayiid
dc.subject.keywordedukasiid
dc.subject.keywordibu nifasid
dc.subject.keywordminyak fortifikasiid
dc.subject.keywordmorbiditasid
dc.subject.keywordretinol ASIid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record