Potensi Fungi Mikoriza Arbuskular dan Cendawan Endofit dalam Pengendalian Layu Fusarium pada Bawang Merah.
View/ Open
Date
2019Author
Fitriani, Mei Lita
Wiyono, Suryo
Sinaga, Meity Suradji
Metadata
Show full item recordAbstract
Layu Fusarium merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman bawang merah (Allium cepa var. aggregatum) yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae ((Hanz.) Snyd. & Hans). Penyakit layu ini telah dilaporkan banyak negara¸ saat ini menjadi dominan pada sentra produksi bawang merah di Indonesia. Patogen Foce juga dapat menyebabkan busuk basal dapat menurunkan hasil umbi lapis hingga 50% dan menurunkan hasil produksi hingga 100%.
Patogen F. oxysporum f.sp. cepae (Foce) yang bersifat tular tanah dan juga cendawan soil in habitant. Oleh karena itu¸ perlu dilakukan pengembangan strategi pengendalian penyakit secara terpadu yang mengarah utamakan pengendalian hayati. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) dan cendawan endofit merupakan agens biokontrol yang telah banyak dilaporkan efektif dalam mengendalikan patogen tular tanah. Kedua agens biokontrol FMA dan cendawan endofit hidup mengoloni jaringan akar tanaman secara interseluler dan intraseluler. Penggunaan agens biokontrol FMA dan cendawan endofit dalam pengendalian hayati baik aplikasi secara tunggal dan kombinasi keduanya diharapkan mampu bersimbiosis dan dapat menekan perkembangan penyakit layu Fusarium pada bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan FMA dan cendawan endofit baik tunggal maupun kombinasi terhadap pengendalian penyakit layu Fusarium . Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengendalian penyakit layu Fusarium bawang merah yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. FMA yang digunakan yaitu formulasi dari BPPT¸ Puspitek Serpong dengan campuran 4 spesies Gigaspora sp.¸ Glomus coklat¸ Glomus putih¸ dan Acaulospora sp. Cendawan endofit yang diujikan isolate dengan kode PAP4 dan PUP1 serta isolat F. oxysporum f.sp. cepae adalah isolat koleksi Laboratorium Mikologi Tumbuhan¸ Departemen Proteksi Tanaman IPB.
Gejala layu pada tanaman bawang merah uji kontrol (diinokulasi patogen tanpa aplikasi agens biokontrol muncul pada hari ke-5 setelah inokulasi yaitu menguningnya ujung daun sampai pangkal, daun meliuk layu dan nekrosis. Gejala daun meliuk disebut dengan penyakit moler. Gejala layu dan menguning yang terjadi diduga merupakan gejala sekunder yang diakibatkan karena terganggunya sistem transportasi air dari akar ke seluruh tanaman. Perubahan warna menguning dapat disebabkan oleh adanya kemunduran kloroplas karena kandungan klorofil menurun akibat gangguan yang disebabkan oleh Fusarium menghasilkan metabolit asam fusarat (fusarid acid).
Percobaan in planta yang diujikan untuk mengevaluasi efektifitas kolonisasi FMA dan cendawan endofit dalam mengendalikan layu Fusarium pada bawang merah. Ketiga agens biokontrol berhasil bersimbiosis dengan akar tanaman bawang merah. Kolonisasi agens biokontrol pada akar bawang merah tanpa patogen dan inokulasi patogen menunjukkan FMA mempunyai persen kolonisasi tertinggi pada
iii
aplikasi tunggal maupun kombinasi. Aplikasi agens biokontrol secara tunggal cenderung meningkatkan persen kolonisasi¸ yang diduga karena adanya patogen yang menginfeksi inang¸ metabolit yang dihasilkan dari patogen atau inang dapat menstimulasi agens biokontrol untuk memperbanyak kolonisasi dalam jaringan tanaman. Aplikasi agens biokontrol dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada aplikasi tunggal FMA menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan agens biokontrol yang lain.
Pengaruh agens biokontrol terhadap perkembangan penyakit layu Fusarium diamati dari presentase kolonisasi¸ periode laten¸ insidensi penyakit¸ laju infeksi¸ dan area di bawah kurva perkembangan penyakit. Rata-rata periode laten Foce pada tanaman kontrol adalah 7 hari. Periode laten terpanjang 21 hari pada perlakuan tunggal FMA dan dikuti perlakuan kombinasi PUP1+FMA selama 18 hari .Perlakuan agens biokontrol FMA secara tunggal mampu menurunkan insidensi penyakit sampai 40% dan pada perlakuan kombinasi PUP1 dan FMA menurunkan insidensi penyakit sebesar 33.3%. Perlakuan Foce tanpa FMA dan cendawan endofit semua tanaman terinfeksi 100%. Mekanisme antagonisme dari cendawan endofit yang diuji adalah antibiosis. Antibiosis cendawan endofit dicirikan dengan adanya zona bening di antara pertemuan endofit dengan patogen pada uji kultur ganda. Zona bening terlebar ditunjukkan cendawan endofit PAP4. Zona bening yang terbentuk karena cendawan endofit menghasilkan metabolit untuk menghambat pertumbuhan patogen.
Aplikasi tunggal FMA paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan menekan perkembangan penyakit layu Fusarium. FMA mempunyai peranan dalam membantu meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman. Perubahan status hara dari jaringan tanaman inang akan merubah struktur dan aspek biokimia dari sel-sel akar yang pada akhirnya akan membuat tanaman bawang merah lebih sehat, dapat bertahan pada cekaman lingkungan dan memiliki toleransi ataupun tahan terhadap serangan penyakit tanaman. FMA dapat menginduksi ketahanan sistemik tanaman inang sehingga tanaman mampu melawan serangan patogen. Beberapa hasil penelitian melaporkan kolonisasi FMA dapat menginduksi peningkatkan ketahanan tanaman seperti kandungan senyawa fenol¸ enzim PPO¸ POD¸ dan PAL serta PR-protein. Berdasarkan hasil penelitian dan peranannya sebagai agens biokontrol¸ aplikasi tunggal FMA direkomendasikan untuk mengendalikan layu Fusarium pada pertanaman bawang merah.
Collections
- MT - Agriculture [3780]