dc.description.abstract | Pembangunan berkelanjutan merupakan isu yang menarik pada abad ke-21.
Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama, yaitu keberkelanjutan
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Permasalahan lingkungan utama yang terjadi saat
ini adalah tingginya kandungan karbon dioksida dalam atmosfer. Kakao merupakan
komoditi penting yang konsisten bertindak sebagai sumber devisa negara dan
berkontribusi dalam struktur perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menjelaskan gambaran umum jejak karbon
yang dihasilkan rumah tangga petani kakao di Polewali Mandar 2) Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon berbasis konsumsi rumah tangga
pertani kakao di Kabupaten Polewali Mandar, 3) Menganalisis ketimpangan
pendapatan dan ketimpangan jejak karbon di Kabupaten Polewali Mandar. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensia. Analisis
statistik inferensia yang digunakan adalah metode regresi sederhana (OLS), regresi
kuantil, dan perhitungan koefisien gini. Penelitian ini menggunakan kombinasi data
GTAP-E 2005, IO 2010 dan survey rumah tangga petani kakao.
Hasil penelitian menunjukan bahwaintensitas emisi tinggi berasal dari sektor
listrik, manufaktur, dan transportasi. Sektor ekonomi yang menghasilkan intensitas
emisi rendah berasal dari sektor pertanian dan jasa. Pengeluaran rumah tanga petani
kakao paling banyak digunakan untuk konsumsi kebutuhan pokok. Jejak karbon
terbesar dihasilkan oleh konsumsi bahan bakar, listrik, dan transportasi.
Berdasarkan tingkat pendapatan menunjukan bahwa kelompok pendapatan paling
kaya menghasilkan jejak karbon paling tinggi diantara yang lain. Berdasarkan umur
kepala rumah tangga, rata-rata jejak karbon paling tinggi dihasilkan oleh kelompok
umur manula. Kepala rumah tangga dengan latar belakang pendidikan perguruan
tinggi menghasilkan jejak karbon paling besar diantara yang lain. Share jejak
karbon lebih besar dari pada share pengeluaran rumah tangga pada kelompok
pendapatan satu sampai dengan empat, sedangkan kelompok pendapatan lima share
pengeluaran lebih besar dari pada share jejak karbon yang dihasilkan.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan jejak karbon adalah
pendapatan rumah tangga. Variabel kontrol yang berpengaruh terhadap jejak
karbon adalah status pernikahan, tingkat kemiskinan dan ukuran rumah tangga.
Hasil regresi persamaan kuadratik menunjukan tidak ada hubungan titik balik
antara pendapatan dan jejak karbon yang dihasilkan. Ketimpangan jejak karbon
lebih besar dari pada ketimpangan pendapatan. Berdasarkan kelompok pendapatan,
ketimpangan terbesar terjadi di kelompok pendapatan paling kaya dan kelompok
pendapatan paling miskin. | id |