dc.description.abstract | Indonesia mempunyai kompleksitas permasalahan dalam menghadapi
fenomena cuaca dan iklim; salah satunya yang terkait dengan perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim dapat dilihat dari perubahan pola hujan, panjang musim
hujan, dan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino
(ekstrim kering) atau La-Nina (ekstrim basah). Fenomena iklim ekstrim ini dapat
menyebabkan pola curah hujan menyimpang dari kondisi normal, yang
mengakibatkan antara lain kegagalan panen, sehingga berpotensi menurunkan
produksi terutama di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Untuk mengantisipasi curah hujan ekstrim diperlukan identifikasi pola
perulangan curah hujan ekstrim, menggunakan return period. Return period
merupakan waktu hipotetik saat hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai
atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan permasalahan
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis return period curah hujan
ekstrim di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Data yang digunakan adalah data curah hujan observasi dari tahun 1985
sampai 2014 dan data curah hujan skenario dari tahun 2016 sampai 2100. Data
curah hujan skenario dibagi menjadi tiga periode yakni, periode near future,
middle century, dan end century. Data observasi menggambarkan kejadian curah
hujan masa sekarang dan data skenario menggambarkan iklim masa akan datang
berdasarkan Representative Concentration Pathway (RCP). RCP merupakan
skenario iklim untuk mengetahui proyeksi perubahan iklim global dan regional
hingga tahun 2100. RCP memiliki empat skenario, diantaranya RCP 4.5 dan RCP
8.5.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan RCP 8.5 disimpulkan bahwa
Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tanggara untuk periode near future, middle century,
dan end century mempunyai periode ulang hujan ekstrim yang semakin jarang
terjadi dibandingkan periode near future, middle century, dan end century
menggunakan RCP 4.5. Mendekati akhir abad periode ulang hujan ekstrim
semakin jarang terjadi, baik pada RCP 4.5 maupun RCP 8.5. Berdasarkan profil
ketinggian curah hujan ekstrim di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, periode
ulang hujan semakin sering terjadi dengan semakin bertambahnya ketinggian
suatu daerah. Namun demikian menjelang akhir abad sinyal seringnya semakin
hilang dimulai dari dataran rendah. | id |