Show simple item record

dc.contributor.advisorMulyani, Yeni Aryati
dc.contributor.advisorMardiastuti, Ani
dc.contributor.authorHardina, Kanthi
dc.date.accessioned2019-04-24T02:03:17Z
dc.date.available2019-04-24T02:03:17Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97116
dc.description.abstractBurung merupakan satwa yang memiliki peran untuk menjaga kesehatan lingkungan dengan melakukan pengendalian hama, penyebaran biji dan penyerbukan tanaman. Kumpulan individu dari berbagai jenis burung yang berada di suatu habitat dalam waktu dan ruang yang sama disebut dengan komunitas burung. Pola komunitas burung dapat berbeda pada setiap habitat karena adanya faktor lingkungan pada masing-masing habitat. Perubahan lingkungan juga mempengaruhi kesehatan dan kondisi tubuh burung. Gradien ketinggian berupa wilayah pegunungan merupakan habitat yang memiliki perubahan lingkungan dengan rentang jarak yang minim. Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan kawasan konservasi yang memiliki topografi pegunungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis komunitas burung meliputi keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, kesamaan jenis dan guild pada tujuh ketinggian, membandingkan bobot tubuh burung dan keberadaan salah lintang pada burung pada ketinggian 900 m dpl dan 1700 m dpl di TNGHS, serta mengidentifikasi hubungan antara jumlah jenis burung pada berbagai ketinggian dengan jumlah jenis tumbuhan, tutupan tajuk (LAI), suhu, dan intensitas cahaya. Penelitian ini dilaksanakan di Resort Gunung Koneng, Cimantaja, Gunung Kencana dan Cikaniki, TNGHS pada bulan September-Oktober 2017 dan Februari 2018. Pengambilan data dilakukan dengan titik hitung (21 titik hitung pada tujuh ketinggian) dan metode jala kabut (total 5728.53 jam jala). Data burung dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener, uji-t keanekaragaman, indeks kekayaan jenis Margalef, dan indeks kesamaan komunitas Bray-Curtis. Jenis burung yang teramati dan tertangkap kemudian dikelompokkan kedalam guild berdasarkan jenis pakan utama yaitu karnivora, frugivora, omnivora, granivora, insektivora terestrial/arboreal dan insektivora aerial. Jenis burung yang tertangkap dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Data habitat dianalisis menggunakan perhitungan dominansi jenis dan profil vegetasi. Data burung dan faktor lingkungan selanjutnya dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Penelitian mendapatkan 90 jenis burung dari 31 suku yang teramati dan tertangkap. Keanekaragaman jenis burung bervariasi di setiap ketinggian (2.22<H’<3.05). Keanekaragaman dan kekayaan jenis burung tertinggi berada pada ketinggian 1100 m dpl (H’=3.05, DMg=6.62). Keanekaragaman dan kekayaan jenis burung yang tinggi pada ketinggian 1100 m.dpl mengindikasikan bahwa habitat pada ketinggian tersebut memiliki ketersediaan sumberdaya yang melimpah untuk mendukung kehidupan burung. Keanekaragaman dan kekayaan jenis burung lebih rendah pada ketinggian yang rendah. Hal ini karena adanya gangguan habitat pada ketinggian yang lebih rendah. Uji-t keanekaragaman menunjukkan adanya perbedaan keanekaragaman antar 13 pasang ketinggian (t>1.96, P<0.05). Hal ini membuktikan bahwa kondisi habitat berbeda pada 13 pasang ketinggian tersebut. Kesamaan komunitas burung tertinggi yakni antara ketinggian 500 m dan 700 m dpl (IS=52%). Enam tipe guild ditemukan pada tujuh ketinggian. Guild yang dominan yaitu insektivora terestrial/arboreal. Tipe guild insektivora terestrial/arboreal yang dominan menunjukkan bahwa kondisi habitat pada setiap ketinggian memiliki sumberdaya pakan berupa serangga yang melimpah. Uji Mann-Whitney mendapati bahwa tidak ada perbedaan antara bobot tubuh burung (z=-1.74, P>0.05) dan jumlah salah lintang (z=-1.62, P>0.05) antara ketinggian 900 m dan 700 m dpl. Namun demikian, bobot tubuh burung pada kelompok burung sangat kecil lebih besar dan jumlah salah lintang lebih sedikit pada ketinggian 900 m dpl. Pada ketinggian 1700 m dpl rata-rata bobot tubuh lebih kecil dan jumlah salah lintang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan tubuh burung lebih baik pada ketinggian 900 m dpl. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hanya suhu yang berkorelasi terhadap jumlah jenis burung, sedangkan jumlah jenis tumbuhan, tutupan tajuk (LAI), suhu dan intensitas cahaya tidak. Jumlah jenis burung memiliki korelasi negatif yang bermakna jumlah jenis burung akan meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Hasil penelitian mendapatkan adanya indikasi perubahan tren yakni jumlah jenis burung meningkat seiring dengan bertambahnya ketinggian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan adanya indikasi perubahan tren tersebut. Selain itu, perlu dilakukan pengamanan yang lebih intensif pada habitat hutan di ketinggian yang lebih rendah. Hal ini karena habitat hutan di ketinggian yang lebih rendah memiliki gangguan habitat yang lebih intensifid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcTropical Biodiversity Concervationid
dc.subject.ddcBirdid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleKomunitas burung pada beberapa ketinggian di Taman Nasional Gunung Halimun-Salakid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordketinggianid
dc.subject.keywordkomunitas burungid
dc.subject.keywordkorelasiid
dc.subject.keywordsalah lintangid
dc.subject.keyworduji-tid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record