dc.description.abstract | Sektor pertanian, terutama produksi tanaman pangan merupakan pilar
perekonomian di Indonesia. Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara merupakan
penghasil beberapa komoditi pertanian yang utama di Indonesia. Salah satu
penyebab penurunan produksi tanaman pangan adalah kekeringan yang
mengakibatkan berkurangnya ketersedian sumber air dan luas lahan panen.
Kekeringan terjadi akibat adanya penyimpangan kondisi cuaca normal pada
suatu wilayah, antara lain berkurangnya intensitas curah hujan dibandingkan
dengan kondisi normal. Kekeringan merupakan salah satu fenomena dari
perubahan iklim yang berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan seperti
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tingkat keparahan kekeringan suatu wilayah
dapat dipresentasikan dengan indeks kekeringan.
Indeks kekeringan mencerminkan berbagai peristiwa dan kondisi terhadap
anomali kekeringan iklim. Pada penelitian ini digunakan Standardized
Precipitation Index (SPI) sebagai indeks kekeringan. Kelebihan yang dimiliki
oleh SPI adalah memberikan peringatan dini kekeringan yang dihitung dalam
skala waktu. Upaya memberikan peringatan dini dapat dilakukan melalui
gambaran iklim di masa akan datang dengan cara melakukan proyeksi iklim
berdasarkan skenario tertentu. Beberapa skenario iklim yang telah disusun oleh
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) adalah Representative
Concentraion Pathways (RCP) yang berguna untuk mengetahui proyeksi iklim
global dan regional hingga tahun 2100. Ada beberapa pemodelan iklim dengan
menggunakan skenario RCP diantaranya adalah RCP 4.5 (menengah-rendah) dan
RCP 8.5 (business as usual). Berdasarkan data skenario dapat dilakukan
proyeksi kejadian kekeringan yang akan terjadi di masa akan datang dengan
melihat periode ulang dengan menggunakan return period. Return period yang
merupakan rata-rata waktu kekeringan yang terjadi dengan menentukan keparahan
kekeringan maksimum.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung return period menggunakan
data observasi, data skenario RCP 4.5, dan RCP 8.5 serta melihat karakteristik
kekeringan dengan menggabungkan hasil return period dari kedua data dan
dengan berdasarkan profil ketinggian wilayah dan profil ketinggian pada Pulau
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Data yang digunakan adalah data observasi curah
hujan bulanan selama periode tahun 1985 sampai 2014, yang menggambarkan
kejadian kekeringan yang telah terjadi untuk masa sekarang dan data skenario
RCP 4.5 dan RCP 8.5 curah hujan bulanan selama periode tahun 2016 sampai
2100.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil gabungan return period Pulau
Jawa menunjukkan bahwa tingkat keparahan kekeringan yang parah dengan
periode ulang berlangsung lebih jarang terjadi dibandingkan Pulau Bali
menunjukkan bahwa tingkat keparahan kekeringan yang tidak terlalu parah
dengan periode ulang yang tidak jauh berbeda dengan data observasi. Proyeksi
kekeringan untuk Nusa Tenggara menunjukkan tingkat keparahan kekeringan
yang tidak terlalu parah dengan periode ulang yang lebih sering terjadi.
Berdasarkan profil ketinggian dan profil provinsi memberikan gambaran
untuk berbagai wilayah. Pada wilayah karakteristik iklim lebih basah terlihat
adanya pengurangan curah hujan, sedangkan wilayah karakteristik iklim lebih
kering tidak mengalami pengurangan curah hujan yang signifikan. Secara umum
dapat diketahui bahwa beberapa tahun ke depan Pulau Jawa akan mengalami
pengurangan curah hujan lebih banyak dibandingkan di Pulau Bali dan Nusa
Tenggara. | id |