Show simple item record

dc.contributor.advisorHidayat, Sri Hendrastuti
dc.contributor.advisorSusila, Anas Dinurrohman
dc.contributor.advisorWiyono, Suryo
dc.contributor.authorSelangga, Dewa Gede Wiryangga
dc.date.accessioned2019-04-11T06:32:44Z
dc.date.available2019-04-11T06:32:44Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97058
dc.description.abstractPenyakit daun keriting kuning merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai di Jawa dan Sumatera karena dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi. Agens penyebab penyakit daun keriting kuning pada cabai telah diidentifikasi sebagai Pepper yellow leaf curl virus (PYLCV), anggota genus Begomovirus. Penularan secara alami Begomovirus hanya terjadi melalui peran serangga vektor, Bemisia tabaci secara persisten sirkulatif. Gejala penyakit daun keriting kuning pada cabai di Bali pertama kali ditemukan pada tahun 2012 tetapi hingga sekarang identitas virus penyebabnya belum diteliti. Seiring dengan peningkatan keparahan dan luas penyakit daun keriting kuning, produksi cabai di daerah ini menurun secara nyata. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa tingkat keparahan penyakit daun keriting kuning dipengaruhi oleh respons varietas cabai dan virulensi strain virus. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengonfirmasi infeksi PYLCV pada tanaman cabai di Bali yang menunjukkan gejala daun keriting kuning. Pengendalian PYLCV perlu diupayakan untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kerugian yang diakibatkannya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit daun keriting kuning pada cabai diantaranya memodifikasi lingkungan pertumbuhan tanaman dengan beberapa teknik budidaya dan penggunaan insektisida sintetik, meskipun belum memberikan hasil yang memuaskan. Kutukebul dapat menjadi target dalam strategi pengendalian penyakit daun keriting kuning karena infeksi PYLCV hanya dapat terjadi melalui aktivitas makan serangga vektor. Salah satu alternatif untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan virus adalah melalui aplikasi silika. Aplikasi silika perlu dievaluasi karena penelitian sebelumnya melaporkan bahwa perlakuan silika dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangga hama. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui keragaman strain PYLCV yang menginfeksi tanaman cabai di Provinsi Bali dan mengidentifikasi efek aplikasi silika pada tingkat keparahan penyakit daun keriting kuning cabai. Kegiatan penelitian dimulai dengan mengumpulkan sampel lapangan dari beberapa daerah penanaman cabai di Bali (Karangasem, Bangli, Tabanan, dan Gianyar). Identifikasi Begomovirus dari sampel lapangan dilakukan dengan polymerase chain reaction menggunakan primer universal untuk Begomovirus (SPG1/SPG2) dilanjutkan dengan analisis sikuensing. Hasil penelitian menunjukkan insidensi penyakit daun keriting kuning di semua lokasi mencapai 100% dengan tingkat keparahan penyakit berkisar antara 18% sampai 87%. Tanaman yang terinfeksi mudah dikenali di lapangan karena memiliki gejala yang unik, yaitu mosaik kuning, belang, keriting, mosaik hijau, daun melengkung ke atas dan/atau ke bawah, serta tanaman kerdil. Fragmen DNA spesifik berukuran 912 pb telah berhasil diamplifikasi dari semua sampel lapangan. Dua puluh empat dari 120 sampel lapangan yang mewakili dua belas lokasi survei yang berbeda di Bali kemudian dianalisis melalui sikuensing. Sembilan belas sikuen telah diperoleh dan analisis lebih lanjut menunjukkan homologi tertinggi (> 98%) dengan beberapa isolat Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV) (DQ083765); sedangkan homologi terendah (65% sampai 70%) dengan PYLCV dari Thailand (KX943290) dan India (JN663870). Percobaan di rumah kaca dilakukan pada dua kultivar cabai (cv Pelita 8 dan cv Seret) secara terpisah menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor, yaitu strain PYLCV (Bali dan Jawa) dan silika (dengan dan tanpa). Data yang diamati diantaranya gejala penyakit, periode inkubasi, insidensi dan keparahan penyakit, jumlah sillika total dan anatomi sel tumbuhan. Gejala yang muncul pada cabai cv Pelita 8 berupa daun keriting, menguning, dan tanaman kerdil; sementara cabai cv Seret menunjukkan gejala daun yang menguning dan keriting. Infeksi PYLCV telah dikonfirmasi dari sampel daun bergejala melalui amplifikasi menggunakan primer SPG1/SPG2 dan dilanjutkan dengan sikuensing fragmen DNA hasil amplifikasi. Periode inkubasi PYLCV berkisar antara 7 sampai 28 hari setelah inokulasi (hsi). Aplikasi silika secara nyata berpengaruh terhadap insidensi penyakit daun keriting kuning pada cv Pelita 8 dan cv Seret. Tingkat keparahan penyakit daun keriting kuning pada semua perlakuan meningkat secara bertahap setiap minggu, tetapi dengan persentase keparahan yang berbeda. Belum diketahui secara pasti mekanisme kerja silika menghambat perkembangan penyakit daun keriting kuning pada cabai, walaupun terbukti bahwa kadar silika total pada tanaman meningkat setelah aplikasi silika, yaitu 2.39% dan 1.92% pada minggu pertama, berturutturut pada cv Pelita 8 dan pada cv Seret. Berdasarkan pengukuran kadar silika total menggunakan metode gravimetri, diketahui bahwa kandungan silika total pada batang berkisar antara 0.11% sampai 1.22% dan pada bagian daun berkisar antara 0.06% sampai 1.04%. Hasil identifikasi Begomovirus yang berasosiasi dengan penyakit daun keriting kuning cabai mengonfirmasi PYLCV sebagai virus utama yang menginfeksi cabai di Bali. Berdasarkan analisis sikuen nukleotida diketahui bahwa PYLCV asal Bali memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV) yang telah dilaporkan sebelumnya menginfeksi cabai di Jawa. Hasil identifikasi tersebut memberikan pengetahuan yang penting untuk pengembangan varietas cabai tahan PYLCV maupun strategi pengendalian penyakit yang lainnya. Pengendalian penyakit daun keriting kuning cabai melalui aplikasi silika perlu dipelajari lebih lanjut, karena aplikasi silika memiliki potensi menekan perkembangan penyakit.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPhytopatologyid
dc.subject.ddcBegomovirusid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBaliid
dc.titleVariasi Genetika Pepper yellow leaf curl virus Yang Menginfeksi Tanaman Cabai di Provinsi Bali dan Pengaruh Silika Terhadap Keparahan Penyakit.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisis filogenetikaid
dc.subject.keywordkeparahan penyakitid
dc.subject.keywordperiode inkubasiid
dc.subject.keywordserangga vektorid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record