Show simple item record

dc.contributor.advisorAvenzora, Ricky
dc.contributor.advisorSunarminto, Tutut
dc.contributor.authorRachmatullah, Adam
dc.date.accessioned2019-03-22T07:56:20Z
dc.date.available2019-03-22T07:56:20Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96968
dc.description.abstractDinamika isu okupasi dan kepemilikan lahan kultural serta diiringi dengan maraknya konversi lahan kultural pertanian secara umum di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, telah menjadi persoalan serius untuk segera dicari solusinya dalam rangka meraih cita-cita pembanguan berkelanjutan. Atas persoalan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis polarisasi orientasi pemanfaatan lahan kultural dalam pembangunan ekowisata di Sumatera Barat; 2) merumuskan strategi pemanfaatan lahan kultural untuk pembangunan ekowisata terpadu di Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan fenomenologi. Kemudian analisa data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis produksi ekonomi lahan pertanian, analisis tata ruang wilayah pemukiman, analisis one score one criteria/ indicator scoring system, kruskal-wallis test dan analisis SWOT. Secara umum, kondisi aktual pemanfaatan lahan kultural pertanian dan pemukiman di Sumatera Barat adalah tergolong baik atau masih berada dalam ranah positif sehingga layak untuk dikembangkan dalam segala bentuk pembangunan ekowisata. Luhurnya pemahaman para penghulu andiko (adat), pemuka agama serta cerdik pandai atas tatanan adat matrilineal merupakan kunci keberhasilan dalam mempraktekan pola pemanfaatan lahan kultural sekaligus menyelamatkan dari berbagai intervensi kelompok “liberalism-kapitalism” yang berupaya mengokupasi lahan-lahan kultural di Sumatera Barat. Hasil studi menunjukkan tidak terdapat polarisasi arah antar stakeholders atas orientasi pemanfaatan lahan kultural, baik dari segi persepsi, motivasi atau pun preferensi. Hal berbeda jika ditinjau dari segi nilai rataan dimana data menunjukkan terdapat polarisasi skala sikap stakeholders atas orientasi pemanfaatan lahan kultural. Adapun kruskal-wallis test membuktikan ternyata tidak terdapat perbedaan signifikan antar aktor. Atas hal itu, maka seluruh nilai yang didapatkan tersebut dapat dikatakan masih berada pada dimensi positif (baik). Dalam konteks ekowisata, data menunjukkan adanya polarisasi skala arah dan skala sikap antar stakeholders atas persepsi ekowisata. Tingginya polarisasi terlihat dari persepsi dampak negatif ekowisata secara umum dan persepsi dampak negatif ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Mempertimbangkan IFA dan EFA, maka strategi yang baik untuk dilakukan adalah dengan menerapkan strategi agresif, yaitu dengan mengoptimalisasi berbagai perspektif, yaitu: 1) memperkuat fungsi lahan kultural sebagai harta pusaka tinggi; 2) menciptakan lapangan usaha komunal; 3) mengoptimalisasi produktivitas komoditi pertanian sebagai nilai tambah bagi para pemanfaat lahan; 4) membuat zona larangan membangun pada wilayah strategis tertentu serta memberikan insentif kepada para pemilik dan/ atau pemanfaat lahan.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcManagement Ecotourismid
dc.subject.ddcEcotourismid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcPadang Panjangid
dc.titlePolarisasi Orientasi Pemanfaatan Lahan Kultural untuk Pembangunan Ekowisata di Ranah Minang Sumatera Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordPolarisasiid
dc.subject.keywordLahan Kulturalid
dc.subject.keywordEkowisataid
dc.subject.keywordRanah Minang Sumatera Baratid
dc.subject.keywordOne Score One Criteria/ Indicator Scoring Systemid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record