Show simple item record

dc.contributor.advisorHandoko
dc.contributor.advisorHidayati, Rini
dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.advisorHakim, Lukman
dc.contributor.authorTulak, Noper
dc.date.accessioned2019-02-13T03:55:19Z
dc.date.available2019-02-13T03:55:19Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96882
dc.description.abstractMalaria disebabkan olah parasit Plasmodium sp. yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. betina. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dibeberapa wilayah di Indonesia khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Malaria di Provinsi Papua tersebar pada hampir semua wilayah dengan kategori high case incidence. Peningkatan penularan malaria dipengaruhi kondisi lokal diantaranya iklim, ketersediaan habitat, perilaku manusia dan populasi nyamuk sebagai vektor. Kajian mengenai malaria telah banyak dilakukan pada berbagai aspek, baik dalam bidang biologi, medik, parasit, entomologi maupun ekologi yang berhubungan dengan iklim. Namun, hingga saat ini kasus malaria masih tinggi dibeberapa wilayah di bagian Timur Indonesia. Penularan malaria sangat spesifik di suatu wilayah, sehingga hasil kajian yang telah dilakukan di tempat lain tidak efektif apabila diterapkan pada wilayah lainnya. Disamping itu, sebagian besar penelitian malaria yang terkait dengan iklim di Indonesia sifatnya parsial, yaitu mengkaji kasus secara terpisah pada wilayah yang berbeda atau hanya melihat kasus tertentu. Misalnya, di wilayah yang satu hanya mengkaji kaitan iklim dengan kasus malaria tanpa mengkaji pengaruh iklim terhadap vektor penularnya, sedangkan di wilayah lainnya hanya mengkaji hubungan iklim dengan nyamuk dewasa tanpa memperhatikan nyamuk pradewasa. Akibatnya informasi pengaruh iklim terhadap vektor dan malaria yang diberikan tidak lengkap. Kajian dalam penelitian ini lebih komprehensif karena berkesinambungan dan simultan mengkaji pengaruh iklim dan non iklim terhadap vektor dan malaria pada wilayah yang sama. Penelitian sejenis belum pernah dilakukan di Provinsi Papua khususnya di Kota Jayapura. Oleh karena itu, selain komprehensif, penelitian ini memberikan kebaruan informasi tentang kaitan iklim maupun non iklim terhadap vektor dan penyakit malaria di Kota Jayapura sebagai salah satu daerah endemis malaria. Informasi tersebut menyangkut nilai ambang batas unsur iklim yang patut diwaspadai karena dapat meningkatkan kepadatan vektor dan peningkatan kasus malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara komprehensif hubungan antara faktor iklim dan non iklim terhadap kepadatan larva, kepadatan vektor dan kejadian penyakit malaria serta mendapatkan informasi sebaran habitat larva dan jenis nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria di Kota Jayapura. Penelitian dilakukan secara cross section dan longitudinal untuk mengukur data primer yang terdiri dari data iklim, karakteristik habitat larva, sebaran habitat larva, kepadatan larva dan kepadatan vektor. Penelitian ini terdiri dari empat kajian yang dilakukan selama 1 tahun mulai dari bulan Juni 2014-Juni 2015 di Kota Jayapura. Tahap pertama mengkaji sebaran habitat larva, jenis habitat larva, jenis larva dan karakteristik habitat larva nyamuk Anopheles spp. Hasil kajian menunjukkan bahwa habitat larva nyamuk Anopheles spp. di Kota Jayapura tersebar pada berbagai jenis penutupan lahan yaitu permukiman, lahan budidaya ikan, kebun, lahan kosong, rawa-rawa dan pantai. Ada 10 jenis habitat positif larva yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. yaitu kolam, kobakan, kubangan, lagun, parit, kali, bekas tapak ban, bekas tambak, rawa-rawa dan sumur. Luas habitat larva bervariasi antara 0.04-150 m2 dengan kedalaman air antara 5-120 cm. Adapun nilai pH air habitat larva berkisar antara 6.4-7.7 dengan salinitas air hingga 17 ‰. Suhu air habitat larva berkisar antara 26.6-31.8 oC. Vegetasi air yang terdapat pada habitat larva didominasi oleh tanaman kangkung dan rumput air dengan kerapatan jarang hingga rapat. Larva nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor malaria yang ditemukan ada 3 jenis yaitu An. koliensis, An. punctulatus dan An. farauti. Tahap kedua dari penelitian ini mengkaji hubungan unsur iklim dan non iklim (karakteristik habitat larva) terhadap kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. Hasil kajian menunjukkan, kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. dipengaruhi oleh unsur iklim yaitu curah hujan dan karakteristik habitat larva yaitu suhu air, kerapatan vegetasi dan salinitas. Pengaruh unsur iklim dan karakteristik habitat terhadap kepadatan larva nyamuk berkisar antara 37% hingga 68%. Secara umum, kepadatan larva nyamuk Anopheles spp. pada habitat kolam akan meningkat ketika curah hujan rataan bergerak 7 harian sebesar 9 mm/hari dan pada habitat lagun sebesar 12.6 mm/hari. Nilai ini merupakan ambang batas (threshold) maksimum curah hujan yang dapat meningkatkan kepadatan larva. Adapun nilai threshold suhu air yang menjadi penciri kepadatan larva pada semua habitat yang diamati sebesar 28 ºC, sedangkan nilai threshold salinitas air sebesar 6.5 ‰. Tahap ketiga dari penelitian ini menganalisis pengaruh iklim terhadap kepadatan nyamuk Anopheles spp. dan perilaku nyamuk Anopheles spp. mengisap darah di dalam rumah dan di luar rumah. Hasil analisis menunjukkan, aktivitas nyamuk Anopheles spp. mengisap darah di luar rumah berlangsung dari pukul 18.00 hingga pukul 05.00 dini hari, sedangkan di dalam rumah berlangsung mulai dari pukul 19.00 hinga pukul 06.00. Waktu mengisap darah dipengaruhi oleh suhu udara dan kelembaban udara relatif sebesar 37% hingga 83%. Nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di luar rumah mengalami peningkatan pada saat suhu udara berkisar antara 25.8-28 ºC dan kelembaban udara lebih rendah dari 87 % dengan suhu udara dan kelembaban relatif optimum sebesar 27 ºC dan 83%. Adapun kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di dalam rumah mengalami peningkatan pada saat suhu udara berkisar antara 26.8-28.2 ºC dan kelembaban udara antara 80-86% dengan suhu udara dan kelembaban relatif optimum masingmasing sebesar 27.7 ºC dan 82%. Selanjutnya, kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap per orang per malam dipengaruhi oleh curah hujan mingguan lag 3 minggu sebelum penangkapan nyamuk sebesar 34% dan curah hujan bulanan lag 1 bulan sebesar 81%. Curah Hujan optimum yang dapat meningkatkan kepadatan nyamuk mengisap darah per bulan sebesar 150 mm/bulan. Kajian keempat dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh iklim, kepadatan larva dan kepadatan vektor terhadap kasus malaria. Hasil kajian menunjukkan, unsur iklim, kepadatan larva dan kepadatan nyamuk Anopheles spp. mempunyai hubungan bermakna dengan kasus malaria 2 hingga 6 minggu berikutnya. Ada 2 unsur iklim yang berpengaruh nyata yaitu curah hujan dan suhu udara.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.subject.ddcAnopheles entomologyid
dc.titlePengaruh Iklim Terhadap Habitat Larva dan Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. Serta Kaitannya dengan Kasus Malaria di Kota Jayapuraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordIklimid
dc.subject.keywordkepadatan larvaid
dc.subject.keywordkepadatan vektorid
dc.subject.keywordkasus malariaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record