Show simple item record

dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi
dc.contributor.advisorSupriatna, Jatna
dc.contributor.authorArio, Anton
dc.date.accessioned2019-02-13T03:50:53Z
dc.date.available2019-02-13T03:50:53Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96876
dc.description.abstractRehabilitasi merupakan proses pengelolaan owa yang berada di luar habitatnya, mengalami sakit, terluka atau anak yang kehilangan induk untuk dapat dikembalikan kesehatan dan kemampuan yang diperlukan agar berfungsi normal dan dapat hidup secara mandiri. Reintroduksi merupakan upaya pelepasliaran dengan sengaja terhadap organisme hidup ke dalam habitat alaminya yang telah mengalami kehilangan atau kepunahan secara lokal (IUCN-SSC 2013). Sembilan jenis owa famili Hylobatidae yang hidup di Indonesia berstatus genting (endangered) yaitu: Hylobates lar vestitus, Hylobates agilis, Symphalagus syndactylus, Hylobates albibarbis, Hylobates abbotti, Hylobates funereus, Hylobates muelleri, Hylobates klossi, dan Hylobates moloch (Ross et al. 2014). Sebaran owa jawa yang terbatas di Jawa bagian barat dan tengah, masih memiliki ancaman hingga saat ini yaitu kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan untuk dijadikan satwa peliharaan. Owa jawa hasil sitaan dari perburuan liar yang diserahkan ke lembaga konservasi memerlukan perawatan guna mencapai kesiapan untuk dilepasliarkan ke alam aslinya. Proses-proses yang perlu dilakukan sebelum owa jawa dilepasliarkan ke habitat aslinya meliputi proses rehabilitasi, translokasi, dan aklimatisasi. Selain itu kesesuaian habitat yang meliputi ketersediaan tempat tinggal, istirahat, pakan, mengasuh anak dan tempat perlindungan sebagai lokasi pelepasliaran menjadi pertimbangan penting sebelum melepasliarkan owa jawa. Meskipun perencanaan sejak dari proses rehabilitasi hingga pelepasliaran telah disiapkan, namun kemungkinan dapat terjadi hal yang tidak sesuai harapan karena kemampuan adaptasi setiap individu owa jawa rehabilitan tidaklah sama. Oleh karena itu, untuk memastikan pelaksanaan rehabilitasi dan reintroduksi berjalan sesuai harapan maka diperlukan penilaian menyeluruh dari tahap proses rehabilitasi hingga pasca pelepasliaran. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap penilaian, yakni: (a) kesiapan individu lepasliar, (b) kemampuan perkembangan perilaku pada masa aklimatisasi, (c) kemampuan adaptasi pasca pelepasliaran, dan (d) kesesuaian habitat pelepasliaran. Penelitan ini dilakukan di dua lokasi yaitu di Javan Gibbon Center (JGC) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dan Hutan Lindung Gunung Malabar (HLGM) di Provinsi Jawa Barat. Subjek penelitian pada kedua lokasi tersebut adalah 11 individu owa jawa yang sama, sejak masa rehabilitasi, aklimatisasi hingga pasca pelepasliaran. Kesebelas individu owa jawa tersebut diberikan nama sebagai berikut: (a) keluarga Jowo-Bombom-Yani-Yudi, (b) keluarga Mel-Pooh-Asri, (c) pasangan Moli-Nancy, dan (d) pasangan Robin-Moni. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi dan reintroduksi owa jawa. Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi: penilaian kesiapan individu yang akan dilepasliarkan, penilaian kemampuan perkembangan perilaku pada masa aklimatisasi, penilaian kemampuan adaptasi pasca pelepasliaran, dan analisis kesesuaian habitat pelepasliaran berdasarkan Sistim Informasi Geografis (SIG). Berdasarkan perkembangan perilaku, maka rata-rata keseluruhan persentase alokasi waktu aktivitas harian owa jawa di kandang rehabilitasi adalah sebagai berikut: makan 18,17±3,34%; bergerak 22,34±0,53%; istirahat 46,24±3,84%; sosial 10,13±4,33%; seksual 0,59±0,58%; dan vokalisasi 2,54±0,88%. Dibandingkan dengan rata-rata persentase keseluruhan perilaku owa jawa liar maka tingkat kesamaan rata-rata persentase perilaku sebagai berikut: aktivitas makan 33,03%; bergerak 90,97%; istirahat 61,52%; sosial 38,09%; vokalisasi 75,02% dan seksual 44,24%. Berdasarkan nilai kesiapan 11 owa jawa lepasliar, terdapat tiga individu diantaranya hampir siap dan delapan individu siap untuk dilepasliarkan. Rata-rata pencapaian persentase alokasi waktu aktivitas harian owa jawa pada masa aklimatisasi sebagai ukuran kesiapan pelepasliaran adalah sebagai berikut: makan 16,82±1,28%; bergerak 20,01±3,14%; istirahat 47,64±1,31%; sosial 12,88±2,92%; seksual 0,69±0,54%; dan vokalisasi 1,96±0,59%. Tingkat kesamaan perilaku pada masa aklimatisasi dengan owa jawa liar adalah sebagai berikut: aktivitas makan 42,91%; bergerak 81,49%; istirahat 59,44%; sosial 27,80%; vokalisasi 61,66% dan seksual 46,92%. Berdasarkan nilai kesiapan 11 individu owa jawa masa aklimatisasai, terdapat tiga individu diantaranya hampir siap dan delapan individu siap untuk dilepasliarkan. Adaptasi owa jawa pasca pelepasliaran yang diukur berdasarkan alokasi waktu aktivitas harian adalah: makan 23,02±1,62%; bergerak 26,95±3,07%; istirahat 40,88±3,81%; sosial 7,56±3,55%; seksual 0,26±0,24%; dan vokalisasi 0,95±0,21%. Rata-rata persentase tingkat kesamaan perilaku dengan owa jawa liar adalah adalah sebagai berikut: aktivitas makan 58,71%; bergerak 91,41%; istirahat 69,73%; sosial 51,64%; vokalisasi 30,01% dan seksual 20%. Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan pasca pelepasliaran telah ditunjukkan ke empat kelompok owa jawa dengan ditandai adanya kemampuan melakukan perilaku-perilaku utama yaitu mengkonsumsi pakan buah hutan, pergerakan brakiasi, mengeluarkan suara morning call dan alarm call, afiliatif antar individu (grooming, bermain, dan seksual), serta pembentukan teritori. Kesiapan habitat pelepasliaran owa jawa di HLGM dipengaruhi oleh variabel ketinggian, Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), Bareness Soil Index (BSI), jarak dari jalan, lahan pertanian, permukiman, dan lahan terbuka. Berdasarkan total luasan HLGM ± 8.894,47 maka kesesuaian habitat lokasi pelepasliaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: kesesuaian tinggi seluas 2.009,23 ha (22,31%), sedang seluas 2.497,46 ha (27,73%), dan rendah seluas 4.499,65 ha (49,96%). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi dan reintroduksi owa jawa terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan peningkatan perilaku masing-masing individu berdasarkan tingkatan usia, meliputi konsumsi pakan buah hutan, pergerakan brakiasi, bersuara morning call dan alarm call, serta ikatan afiliatif (grooming, bermain dan seksual) antar individu. Sedangkan faktor ekternal meliputi perlakuan pada masa pemeliharaan, peningkatan perilaku masa rehabilitasi, kondisi cuaca dan kehadiran manusia di lokasi pelepasliaran.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcTropical Biodiversity Conservationid
dc.subject.ddcJavan Gibbonid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePenilaian Ilmiah Keberhasilan Rehabilitasi dan Reintroduksi Owa Jawa Hylobates moloch.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordadaptasiid
dc.subject.keywordaklimatisasiid
dc.subject.keywordaktivitas harianid
dc.subject.keywordlepasliarid
dc.subject.keywordowa jawaid
dc.subject.keywordpenilaianid
dc.subject.keywordrehabilitasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record