Show simple item record

dc.contributor.advisorSatrija, Fadjar
dc.contributor.advisorRetnani, Elok Budi
dc.contributor.authorNurhidayah, Nanis
dc.date.accessioned2019-02-11T08:08:32Z
dc.date.available2019-02-11T08:08:32Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96864
dc.description.abstractKajian cross sectional ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi, derajat dan faktor risiko infeksi cacing gastrointestinal serta dampaknya terhadap parameter produktivitas ternak. Sebanyak 340 sampel tinja diambil dari kerbau lumpur di lima SPR di wilayah Provinsi Banten. Parameter produktivitas yang diamati adalah nilai Body Condition Score (BCS) dan lingkar dada untuk mengestimasi bobot badan ternak. Identifikasi faktor risiko infeksi dilakukan melalui wawancara dilakukan terhadap 169 pemilik ternak menggunakan kuesioner terstruktur. Pertanyaan meliputi; identitas responden, sistem pemeliharaan ternak dan aspek kesehatan ternak, sedangkan aspek agroklimatologi lokasi dikonfirmasi dengan data klasifikasi iklim Oldeman dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Tangerang Selatan. Prevalensi total infeksi cacing gastrointestinal pada kerbau lumpur di SPR wilayah Provinsi Banten sebesar 79.41% (270/340). Infeksi oleh Trematoda, Nematoda dan Cestoda sebesar 73.53%, 15% dan 0%. Infeksi dan derajat infeksi berdasarkan jenis cacing yaitu; Paramphistomum (71.76%; TTGT 2.45), Fasciola (19.71%; TTGT 0.54), Toxocara vitulorum (0.88%; TTGT 72.11), Strongyle (8.24%; TTGT 99.54), Trichuris (5.29%; TTGT 120.8) dan Strongyloides (2.94%; TTGT 82.63). Ditemukan pula prevalensi ookista protozoa (Genus Eimeria) sebesar 30% dengan derajat 311.17 ookista tiap gram tinja (OTGT). Kecacingan terjadi lebih tinggi pada kerbau lumpur jantan, kelompok umur dewasa, di SPR Sejahtera Bersama, Cileles dan lokasi dengan tipe iklim B2. Variabel pemberian pakan jerami padi dan absennya pemberian anthelmintika merupakan faktor risiko trematodosis di lokasi studi yang ditunjukkan dengan nilai odd ratio 11.591 (CI 1.429–94.022) dan 3.920 (CI 1.743–8.813). Sementara itu, faktor risiko nematodosis adalah umur (P-value 0.002), di mana kelompok pedet berisiko paling tinggi (OR 7.413; CI 2.641– 20.806), diikuti kelompok anakan (OR 2.174; CI 0.627–7.546), dan muda (OR 0.906; CI 0.106–7.737) dibandingkan kelompok dewasa sebagai referensi. Analisis Spearman derajat kecacingan dengan parameter produktivitas menghasilkan; 1) terdapat korelasi positif rendah yang signifikan antara variabel BCS dan lingkar dada ternak (p-value 0.01), 2) lingkar dada ternak berkorelasi negatif sangat rendah dan signifikan terhadap TTGT Toxocara vitulorum, dan positif rendah dan signifikan terhadap TTGT Paramphistomum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa T. vitulorum memberikan dampak paling tinggi terhadap performa produktivitas kerbau lumpur di lokasi studi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcParasitologyid
dc.subject.ddcAnimal Parasitologyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcProvinsi Bantenid
dc.titleStudi Epidemiologi Cacing Gastrointestinal pada Kerbau Lumpur di Sentra Peternakan Rakyat Wilayah Provinsi Bantenid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBantenid
dc.subject.keywordcacing gastrointestinalid
dc.subject.keywordepidemiologiid
dc.subject.keywordkerbau lumpurid
dc.subject.keywordSPRid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record