Show simple item record

dc.contributor.advisorFauzi, Akhmad
dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorJuanda, Bambang
dc.contributor.authorMargiyono
dc.date.accessioned2019-01-17T06:32:29Z
dc.date.available2019-01-17T06:32:29Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95963
dc.description.abstractDibalik tingginya IPM dan Indek kinerja lingkungan Provinsi Kalimantan Timur saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus, intensitas bencana alam yang tinggi dan jumlah anak terlantar yang meningkat. Hal itu menunjukan bahwa, Kalimantan Timur mengalami paradok kesejahteraan dan keberlanjutan, karena itu penting dilakukan studi tentang keberlanjutan. Studi ini menggunakan tiga pendekatan yaitu: Regional Sustainable Account (RSA), Benefit Cost Analysis (BCA) dan System Dynamic Analysis (SDA). Ketiga pendekatan itu saling memperkuat baik dalam aspek kewilayahan dengan aspek sectoral, dimensi masa lalu, saat ini dan dimasa mendatang. Hasil Analisis “RSA” menunjukan bahwa, dalam aspek kewilayahan tiga kota yaitu; Balikpapan, Samarinda dan Bontang menuju unsustainable, bahkan Balikpapan telah sampai pada kriteria cronic unsustainable, sementara tujuh kabupaten cenderung masih sustainable kecuali Kutai Timur namun rata-rata nilainya mengalami penurunan. Permasalahan keberlanjutan wilayah untuk dimensi ekonomi dipengaruhi oleh, kemiskinan dan pengangguran; dimensi lingkungan lebih oleh tingginya lahan kritis dan sektor pertambangan, kemudian dimensi sosial, dakibatkan oleh tinggiya kecelakaan lalu-lintas dan perceraian. Kemudian hasil Analisis “BCA” menunjukan bahwa Pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur mengalami tingginya “biaya” pembangunan hingga 83 persen dari PDRB, sedangkan rasio “Benefit” terhadap PDRB rata-rata mencapai 64 persen. Sumber biaya pembangunan terbesar adalah lahan kritis dan deplesi sumberdaya alam non renewable, sementara benefit terbesar adalah net ekspor dan personal expenditure . Hasil analisis BCA menempatkan Kalimantan Timur pada kriteria “cronic unsustainable”, lebih lanjut berdasarkan hasil analisis SDA sampai dengan 50 tahun yang akan datang (2019 – 2069) Provinsi Kalimantan Timur tetap berada pada situasi unsustainable. Simulasi Kebijakan dengan pendekatan parsial hanya dengan mengurangi produksi batubara atau hanya mengurangi luasan lahan kritis sampai dengan 50 persen pertahun tidak mampu menciptakan Kalimantan Timur yang sustainable. Berbeda jika dilakukan simulasi skenario simultan terbukti memberikan hasil yang sustainable, simulasi skenario kebijakan simultan terbaik adalah mengurangi luasan lahan kritis lebih besar dibanding mengurangi produksi batubara. Proporsi pengurangan lahan kritis sampai degan 35 persen disertai menurunkan produksi batubara hingga 32,5 persen terbuktu lebih sensitive untuk mencapai sustainability meskipun pada tahun 2040, tentu pengurangan dengan proporsi lebih banyak akan lebih sustainable dan sebaliknya.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcSustainable Developmentid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKalimantan Timurid
dc.titlePengembangan Model Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Timur.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddouble-paradoksid
dc.subject.keywordregional developmentid
dc.subject.keywordregional sustainable accountid
dc.subject.keywordregional benefit cost analysisid
dc.subject.keywordsustainable developmentid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record