Show simple item record

dc.contributor.advisorBudi R, Sri Wilarso
dc.contributor.advisorWahyudi, Imam
dc.contributor.advisorSantoso, Erdy
dc.contributor.authorAsmarahman, Ceng
dc.date.accessioned2019-01-17T06:11:06Z
dc.date.available2019-01-17T06:11:06Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95934
dc.description.abstractFungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah satu fungi yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman. Sebagai agen biologis FMA mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara dan air yang lebih baik sehingga cocok diterapkan pada lahan marginal termasuk lahan pascatambang. Lahan pascatambang merupakan lahan marginal yang memiliki kesuburan tanah yang rendah. Permasalahan lahan pascatambang semen cukup komplit sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan banyak perbaikan diantaranya; 1) identifikasi keragaman jenis FMA lokal potensial sebagai sumber inokulan, 2) identifikasi jenis vegetasi bawah sebagai cover crop potensial untuk revegetasi lahan pascatambang, 3) uji coba pemanfaatan limbah pencucian sisa semen (LPS) dari mobil molen sebagai bahan amelioran tanah, yang cukup banyak terdapat di lokasi tambang PT. Holcim Indonesia Tbk. Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi keragaman jenis FMA lokal dan cover crop potensial perlu dilakukan eksplorasi dan identifikasi pada lahan pascatambang. Hasil dari eksplorasi dan identifikasi diuji efektivitasnya terhadap tanaman Jabon merah (Anthochepalus macrophyllus) yang dapat dikembangkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan pascatambang di PT. Holcim Indonesia Tbk. Tujuan penelitian ini adalah 1) Identifikasi potensi vegetasi tumbuhan bawah, kualitas biofisik dan keragaman jenis FMA lokal potensial pada lahan pascatambang PT. Holcim Indonesia Tbk, 2) Analisis efektivitas inokulan FMA dan bahan amelioran tanah terhadap pertumbuhan semai Jabon merah pada media tanah pascatambang PT. Holcim Indonesia Tbk, 3) Evaluasi efektivitas aplikasi FMA lokal potensial dan bahan amelioran tanah terhadap performa pertumbuhan Jabon merah pada berbagai karakteristik lahan pascatambang PT. Holcim Indonesia Tbk dan 4) Peran FMA dan bahan amelioran tanah terhadap proses pembentukan kayu (xylem) Jabon merah yang ditanam pada lahan pascatambang. Metode penelitian adalah 1) penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, pada 3 lokasi lahan pascatambang (batu kapur, silika dan liat) PT. Holcim Indonesia Tbk. Identifikasi keragaman FMA dilakukan pada 2 lokasi lahan pascatambang batu kapur dan liat, sedangkan lahan pascatambang silika tidak, karena telah dilakukan penelitian sebelumnya. Pengambilan sampel uji tanah berdasarkan pada sebaran vegetasi yang tumbuh di bentang lahan yang dilakukan secara nonproporsional. Sampel uji tanah diambil dari rhizosfer kelompok tanaman yang sama, pertumbuhannya terbaik dan terlihat sehat, 2) skala persemaian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial, terdiri dari 3 faktor perlakuan yaitu faktor 1 Mikoriza (M0, M1 dan M2), faktor 2 Fosfat (P0 dan P1), dan faktor 3 Limbah pencucian sisa semen (LPS) hasil coran mobil molen (L0 dan L1). Sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 10 kali dan tiap ulangan 12 unit tanaman, sehingga jumlah keseluruhan 1 440 tanaman, 3) skala lapangan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial, total kombinasi perlakuan sebanyak 12 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 20 kali sehingga jumlah keseluruhan 240 tanaman. Penanaman dilakukan pada 3 lokasi lahan pascatambang (batu kapur, silika dan liat), 4) untuk analisis anatomi kayu menggunakan metode SASS. Hasil penelitian keragaman FMA menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan jenis FMA yang signifikan antara kedua lokasi lahan pascatambang. Ditemukan 7 jenis FMA yang terdapat pada lahan pascatambang liat dan lahan pascatambang batu kapur, yaitu Glomus sp-1, Glomus sp-2, Gigaspora sp, Acaulospora scrobuculata, A. tuberculata, A. foveata dan S. sinuosa. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah menunjukkan bahwa tumbuhan bawah yang paling cocok untuk dikembangkan sebagai cover crop adalah jenis Calopogonium mucunoides, Desmodium incanum, D. triflorum, Centella asiatica, Gendarussa vulgaris, Phyllanthus urinaria, Lindernia anagallis, Fimbristylis aphylla, Isachne globosa, P. debilis, Vigna trilobata, Cardiospermum halicacabum, Crotalaria retusa, Bacopa procumbens, Lycopidium clavantum, Ischaemum timorense, C. polytscyon, I. rugosum,dan I. ciliare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi tiga faktor perlakuan FMA, fosfat dan LPS secara nyata meningkatkan pertambahan diameter semai A. macrophyllus yang ditanam pada media tanah pascatambang batu kapur. Interaksi perlakuan FMA dengan fosfat secara nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi semai, persentase kolonisasi FMA, serapan hara N, dan serapan hara P. Interaksi perlakuan FMA dan LPS secara nyata meningkatkan proporsi floem dan xylem serta sangat nyata meningkatkan proporsi empulur. Interaksi perlakuan fosfat dengan LPS secara nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi semai dan diameter semai. Perlakuan tunggal FMA lokal efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi semai, diameter semai, berat segar akar, berat segar pucuk, berat kering akar, berat kering pucuk, berat kering total, serapan hara N, serapan hara P, proporsi floem dan xylem. Nilai persentase kolonisasi FMA pada tanaman A. macrophyllus mencapai 32.63%-40.00%. Nilai ketergantungan tanaman A. macrophyllus terhadap FMA dalam mendukung pertumbuhan tanaman tergolong tinggi yaitu 73.68%–75.71% nilai relative mycorrhizal dependency (RMD), 90.12%-90.89% nilai percent growth respon (PGR) dan 66.26%-72.16% nilai dependency of P uptake (DPU). Penanaman A. macrophyllus pada ketiga lokasi lahan pascatambang (batu kapur, silika dan liat), berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa untuk parameter jumlah klorofil daun hampir seluruh perlakuan berpengaruh sangat signifikan, kecuali perlakuan LPS pada lokasi penanaman di batu kapur. Pada ke-3 lokasi penanaman, pengaruh tunggal FMA menunjukkan signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman dan sangat signifikan terhadap persentase kolonisasi FMA untuk lokasi silika dan liat serta tidak signifikan pada batu kapur. Pengaruh tunggal fosfat signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman khusus pada lokasi batu kapur, dan signifikan terhadap persentase kolonisasi FMA pada area liat. Hasil analisis anatomi kayu menunjukan pengaruh FMA terhadap pembentukan proporsi jaringan xylem dan empulur meningkat, dan proporsi jaringan floem dan kambium yang terbentuk semakin kecil hal ini diamati pada tanaman A. macrophyllus yang ditanam pada 3 lokasi lahan pascatambang. Pada lahan pasca tambang batu kapur dan liat pengaruh fosfat terhadap pembentukan proporsi jaringan xylem dan empulur meningkat, dan proporsi jaringan floem dan kambium yang terbentuk semakin kecil, namun pada lahan pascatambang silika pengaruh perlakuan fosfat menunjukan hasil sebaliknya. Pada lahan pascatambang silika dan liat perlakuan LPS terhadap pembentukan proporsi jaringan floem, kambium dan empulur meningkat dan proporsi jaringan xylem yang terbentuk semakin kecil. Pada lahan pascatambang batu kapur pengaruh perlakuan LPS terhadap proporsi jaringan floem dan kambium yang terbentuk meningkat dan proporsi jaringan xylem dan empulur yang terbentuk semakin kecil.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSilvicultureid
dc.subject.ddcRehabilitationid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan Bahan Amelioran Tanah dalam Upaya Rehabilitasi Lahan Pascatambang PT. Holcim Indonesia Tbkid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordA. macrophyllusid
dc.subject.keywordAnatomi kayuid
dc.subject.keywordAmelioranid
dc.subject.keywordBatu kapurid
dc.subject.keywordCover cropid
dc.subject.keywordFungi Mikoriza Arbuskulaid
dc.subject.keywordLiat dan Silikaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record