dc.description.abstract | Tebu merupakan salah satu komoditas sektor perkebunan yang menjadi andalan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Pentingnya keberadaan tebu tidak hanya mendukung kegiatan usahatani tetapi juga sebagai bahan baku dalam upaya menjaga keberlanjutan industri pengolahan tebu untuk menghasilkan gula pasir yang menjadi salah satu bahan pokok kebutuhan masyarakat. Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi tebu di Provinsi Jawa Tengah dengan produksi terendah. Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani tebu yang ada di Kabupaten Blora adalah permasalahan yang terkait dengan kurangnya pengetahuan budidaya dalam meningkatkan efisiensi, rendahnya produksi, serta kurangnya akses pasar sehingga harga jual rendah. Kerjasama mitra antara petani dengan industri sangat diperlukan untuk memberikan jaminan dan keberlanjutan usahatani tebu terutama terkait dengan harga, pasar, dan pendapatan petani.
Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu di Kabupaten Blora; (2) menganalisis efisiensi teknis usahatani tebu petani mitra dan non mitra; (3) menganalisis tingkat pendapatan petani tebu mitra dan non mitra di Kabupaten Blora. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random dan snowball sampling untuk mengumpulkan 80 petani tebu. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada petani responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier, analisis pendapatan usahatani dan analisis uji beda (uji-t).
Hasil penelitian menunjukkan variabel pupuk urea, pupuk za, pupuk phonska dan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani tebu di Kabupaten Blora. Tingkat efisiensi teknis usahatani tebu mitra maupun non mitra sudah efisien dengan nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar 0.89. Variabel lama usahatani menjadi satu-satunya variabel penduga inefisiensi yang berpengaruh signifikan terhadap usahatani tebu di Kabupaten Blora dengan nilai koefisien regresi yang negatif.
Pola usahatani yang dijalankan oleh petani tebu yang ada di Kabupaten Blora dijalankan melalui pola mitra dan non mitra. Berdasarkan analisis pendapatan, petani tebu yang menjalankan kegiatan usahatani melalui pola mitra memiliki pendapatan yang lebih besar yaitu Rp. 8,408,180 dengan R/C ratio 1.236. Sedangkan pendapatan pola non mitra sebesar Rp. 2,438,317 dengan R/C ratio 1.071 dan Rp. 460,510 dengan R/C ratio 1.013. Selain itu, hasil uji beda tingkat pendapatan petani diasumsikan terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan petani mitra dan non mitra. | id |