Manajemen Lanskap Situ dalam Mendukung Keberlanjutan Ruang Terbuka Biru di Jakarta Utara.
Abstract
Jakarta, terutama Jakarta Utara, adalah kawasan tangkap air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung yang sudah kehilangan sebagian besar dari Ruang Terbuka Biru (RTB) yang dimiliki. Hal ini terjadi akibat urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan kurangnya manajemen berkelanjutan yang optimal, terutama yang berbasis masyarakat. Tirta Budaya Situ (TBS) adalah konsep evaluasi baru yang menekankan pada peran masyarakat dalam pengelolaan situ. Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas dan karakteristik situ. Tujuan kedua adalah menganalisis persepsi, preferensi, dan tingkat partisipasi masyarakat di sekitar situ. Tujuan terakhir adalah menyusun rekomendasi pengelolaan berkelanjutan dari tiga situ yang dikaji (Situ Pluit, Situ Sunter Utara, Situ Sunter Selatan). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik sederhana yang mengacu pada konsep TBS. Penyusunan rekomendasi dilakukan menggunakan Nilai Kondisi Situ (lembar evaluasi TBS) dan Nilai Spektrum Partisipasi Masyarakat yang selanjutnya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh berdasarkan studi literatur. Hasil analisis kualitas dan karakteristik situ, menunjukkan tiap situ memiliki potensi dan kekurangan masing-masing. Secara umum, masyarakat hanya menunjukkan persepsi positif pada Situ Sunter Selatan. Kategori partisipasi masyarakat di Situ Sunter Selatan sudah pada tingkatan sebagai mitra, Situ Pluit pada tingkatan terlibat sedangkan Situ Sunter Utara masih beragam. Pengelolaan situ berkelanjutkan direkomendasikan untuk memanfaatkan potensi khusus milik tiap situ. Situ Pluit memanfaatkan potensinya sebagai image Jakarta Utara untuk kegiatan skala besar yang berhubungan dengan RTB. Sementara Situ Sunter Utara fokus pada pemanfaatan hutan kota, dan Situ Sunter Selatan fokus pada pemanfaatan fasilitas olahraga air.
Collections
- UT - Landscape Architecture [1258]