Show simple item record

dc.contributor.advisorHartana, Alex
dc.contributor.advisorRifai, Mien Achmad
dc.contributor.authorMarista, Etha
dc.date.accessioned2019-01-15T03:18:47Z
dc.date.available2019-01-15T03:18:47Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95443
dc.description.abstractPemoposan daun (leaf flushing) merupakan salah satu bagian dari perkembangan vegetatif tumbuhan yang ditandai dengan proses keluarnya daun muda secara mengelompok sekaligus. Caesalpiniaceae merupakan salah satu suku tumbuhan yang lima marganya yaitu Amherstia, Brownea, Cynometra, Maniltoa, dan Saraca memiliki karakteristik pemoposan daun yang dikenal dengan sebutan tumbuhan “daun saputangan”. Kelompok ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan juga peneduh jalan. Pemoposan daun pada suku Caesalpiniaceae terbentuk karena adanya pengaruh proses fenologi perkembangan struktur kuncup kelompok daun-daun muda yang muncul di ujung ranting dan tampak bergelayutan mirip helaian sekelompok saputangan yang diikat bersama pada salah satu bagian ujungnya. Di lembaga herbarium jarang ditemukan koleksi spesimen daun muda lima marga pada suku Caesalpiniaceae yang memiliki ciri daun saputangan dan juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai daun muda tersebut. Sebagai akibatnya sampai saat ini belum ditemukan karakter daun muda dalam kunci identifikasi sebagai pembeda jenis lima marga tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengenal atau mengidentifikasi jenis-jenis dalam kelompok suku Caesalpiniaceae berdaun saputangan berdasarkan ciri pemoposan daun, serta mencari makna kegunaan pemoposan daun sebagai ciri diagnostik untuk membedakan jenis tumbuhan. Pengamatan tumbuhan berdaun saputangan suku Caesalpiniaceae dilakukan di Bogor, Cibinong, dan Dramaga. Pengamatan dilakukan pada 16 jenis tumbuhan hidup yang tumbuh di Kebun Raya Bogor (KRB), lingkungan sekitar kampus IPB Dramaga dan spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium Bogoriense. Pengataman morfologi dilakukan untuk keperluan melihat variasi ciri vegetatif yang akan digunakan untuk menyusun kunci identifikasi dan deskripsi jenis. Spesimen yang telah diidentifikasi disimpan di Herbarium Bogoriense (BO). Proses pemoposan tumbuhan berdaun saputangan yang ditemukan pada penelitian ini memiliki variasi pada adanya fase kuncup dorman yang berbentuk kerucut, bulat, dan bulat telur serta memiliki warna cokelat dengan panjang mulai dari 1.2-2.7 mm. Kuncup dorman ditemukan pada marga Maniltoa, Brownea, dan Cynometra. Semuanya dilindungi oleh sekelompok sisik-sisik daun (perula) yang ditutup oleh indumentum kuncup yang meroma, berbulu balig, berbulu sikat, memisai, atau mengewol. Pada pihak lain, Saraca dan Amherstia tidak terlihat adanya kuncup dorman. Fase kuncup tumbuh memiliki variasi bentuk yaitu melanset, melanset bagian tengah agak lebar, melanset pendek, melonjong, melancor, yang panjangnya mulai 0.5 cm sampai 7 cm. Tipe pelipatan dalam kuncup bervariasi, bisa ekuitan (Maniltoa, Brownea, Cynometra) dan melingkar (Saraca, Amherstia). Fase tumbuh diikuti oleh fase daun saputangan muncul yang lamanya bervariasi mulai dari satu minggu (Cynometra), dua minggu (Amherstia, Brownea, Saraca) hingga tiga minggu (Maniltoa). Fase daun saputangan muncul menandai awal proses pemoposan daun. Pola tipe penggulungan daun dalam kuncup yaitu tergulung masuk (involute) misalnya Maniltoa, atau terlipat sekali secara adaksial atau ke dalam (conduplicate) misalnya Saraca dan Amherstia, menggulung-gulung sampai tergulung masuk (supervolute-involute) pada Brownea, dan menggulunggulung (supervolute) pada Cynometra. Fase daun saputangan terlipat merupakan fase yang masih kelanjutan dari proses pemoposan daun yang ditandai dengan perula yang sudah mulai luruh. Warna daun muda yaitu putih kekuningan-merah jambon pucat, merah jambon, putih kehijauan, hijau muda dengan bagian tepinya berwarna merah jambon, merah jambon muda, ungu tua bercorak hijau, merah keunguan, merah kecokelatan, putih dengan bagian tepi merah jambon, dan coklat muda. Variasi ciri yang terlihat pada fase daun saputangan terlipat meliputi tipe indumentum tangkai daun (meroma, mengewol, berbulu balig, berbulu sikat, memisai), warna indumentum tangkai daun (cokelat dan putih), warna tangkai daun (merah dan hijau), dan warna daun ( jambon, hijau pupus, merah jambon, hijau muda, ungu kecokelatan memiliki corak hijau). Fase terakhir daun saputangan ditandai dengan terbukanya daun muda yang tadinya terlipat sehingga menjadi saputangan yang bergantung. Di sini terlihat variasi warna mulai dari hijau keputihan, hijau pupus, hijau terang dan hijau kecokelatan, serta juga adanya perbedaan pada tekstur daun yang umumnya menjadi kaku. Fase daun dewasa memiliki ciri pembeda berdasarkan bentuk daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung daun, tepi daun, simetri daun, panjang dan lebar ukuran daun, jumlah anak daun dalam daun majemuk, dan tekstur permukaan daun, yang semuanya sudah umumnya dipertelakan dalam deskripsi masing-masing jenis.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPlant Biologyid
dc.subject.ddcLeaf Flushingid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleNilai Taksonomi Ciri Morfologi Tumbuhan Berdaun Saputangan dalam Caesalpiniaceae.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkepentingan diagnosisid
dc.subject.keywordpemoposan daunid
dc.subject.keywordpenciri jenisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record