Biologi, Dinamika Populasi dan Alternatif Pengelolaan Perikanan Swanggi (Priacanthus macracanthus Cuvier, 1829) (Studi Kasus: Teluk Palabuhanratu).
View/ Open
Date
2018Author
Jabbar, Meuthia Aula
Kamal, Mohammad Mukhlis
Boer, Mennofatria
Suman, Ali
Suyasa, I Nyoman
Metadata
Show full item recordAbstract
Swanggi adalah salah satu potensi perikanan demersal yang ekonomis bagi
masyarakat Indonesia khususnya Palabuhanratu. Sampai saat ini komoditas ini
belum mendapatkan perhatian dan pengelolaan yang tepat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji biologi dan biologi reproduksi, dinamika populasi serta analisis
bioekonomi dan dinamika biomassa yang berperan penting sebagai informasi dasar
bagi manajemen perikanan.
Perairan yang berbeda akan memberikan gambaran yang berbeda tentang
perikanan. Untuk mendapatkan informasi biologi spesies ini, pengamatan lapang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan ikan contoh dari jaring rampus dan
pancing ulur yang berlangsung dalam bulan Mei 2016 hingga April 2017 di Teluk
Palabuhanratu, selatan Jawa Barat. Pengumpulan data panjang bulanan untuk
pengkajian dinamika populasinya telah dilakukan dari Januari hingga Desember
2016, sementara data statistik perikanan terkait data produksi dan upaya
penangkapan mulai 2010 hingga 2016 diperoleh dari Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Palabuhanratu.
Hasil analisis biologi menunjukkan komposisi makanan utama adalah
Penaied dengan trofik level 3.85, pola pertumbuhan alometrik negatif sampai
isometrik. Nilai Lc jaring rampus dan pancing ulur masing-masing adalah 22.4 dan
23.1 cm TL. Hasil analisis biologi reproduksi, didapatkan gambaran bahwa nisbah
kelamin jantan dan betina tidak berbeda nyata kecuali pada September sampai
Desember dengan nilai fekunditas rata-rata 230 000 ± 178 000 telur. Musim
pemijahan diperkirakan berlangsung sekitar Juli-Agustus dan Desember-Januari.
Nilai Lm 21.9 cm adalah lebih kecil dari nilai Lc kedua alat tangkap.
Hasil analisis dinamika populasi menunjukkan bahwa ikan swanggi adalah
spesies berumur relatif pendek (Lmax 33.5 cm diduga tercapai pada 2.0 tahun dengan
L∞= 35.7 cm pada t∞= 4.6 tahun) ditandai pertumbuhan yang cepat (K = 1.38/tahun)
dengan laju mortalitas alami yang tinggi (M = 2.14/tahun). Mortalitas penangkapan
(F) sebesar 2.51/tahun dan laju mortalitas total (Z) 4.64/tahun. Puncak rekrutmen
dua kali setahun, sekitar Februari/Maret dan Agustus/September. Estimasi SPR saat
ini sebesar 28.3 % pada ukuran panjang 22.37 cm cukup aman karena telah
mencapai nilai SPR 20 % sebagai Biological Limit Reference Point. Laju
eksploitasi P. macracanthus di Teluk Palabuhanratu saat ini (Ecur = 0.54) dengan
(Y/R)’cur senilai 0.0438.
Perikanan swanggi selama tahun 2010-2016 menunjukkan penurunan
produktivitas perikanan. Status perikanan swanggi ditinjau dari konsep equilibrium
melalui simulasi E dan (Y/R)’ serta analisis bioekonomi dan dari konsep non
equilibrium melalui analisis dinamika biomassa sudah dalam keadaan mendekati
fully exploited sampai overfished.
Analisis bioekonomi menunjukkan bahwa perikanan swanggi sudah dalam
keadaan overfishing. Rezim fMEY dan MEY (2 290 trip; 25 410 kg) memberikan
keuntungan sebesar Rp768.46 juta (kesejahteraan pelaku perikanan) sekaligus
menjamin kelestarian sumberdaya ikan jika dibandingkan dengan dengan rezim
MSY maupun OA.
Saran yang dapat diberikan terkait hasil-hasil analisis biologi, dinamika
populasi serta analisis bioekonomi dan dinamika biomassa adalah pengendalian
upaya penangkapan berdasarkan model equilibrium yaitu penambahan effort
sebesar 2.4 %, penutupan musim penangkapan (Juli-Agustus dan Desember),
pengaturan ukuran mata jaring rampus yaitu ≥ 2.5 inch dan mata pancing ulur
ukuran 10-11, pembatasan ukuran hasil tangkapan (penetapan ukuran tangkapan
yang diperbolehkan/UTB) di atas nilai Lm 21.9 cm TL, pelarangan pemasaran di
bawah nilai UTB, serta pengawasan terhadap pemberlakuan pengaturan dan
evaluasi strategi pengelolaan.
Collections
- DT - Fisheries [725]