dc.description.abstract | Pengembangan sektor potensial suatu wilayah dapat dijadikan langkah awal
dalam pengembangan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena dapat
mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara
tidak langsung memicu perkembangan sektor perekonomian lain. Kelapa
merupakan salah satu komoditas strategis karena perannya yang besar bagi
masyarakat sebagai sumber pendapatan, sumber utama minyak dalam negeri,
sumber devisa, sumber bahan baku industri (pangan, bangunan, farmasi) dan
sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Luas areal pertanaman kelapa di Kabupaten
Pandeglang adalah seluas 43,559 ha dari jumlah keseluruhan luas perkebunan di
Pandeglang 62,339 ha atau sekitar 69.87 %.
Pengembangan komoditas kelapa belum memiliki arahan yang jelas, oleh
sebab itu diperlukan penelitian untuk menyusun arahan pengembangan kelapa dan
strategi pencapaiannya di Kabupaten Pandeglang. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengidentifikasi sebaran spasial eksisting dan lahan tersedia untuk pengembangan
komoditas kelapa di Kabupaten Pandeglang; (2) mengevaluasi kesesuaian lahan
komoditas kelapa di Kabupaten Pandeglang; (3) menganalisis kelayakan usaha tani
komoditas kelapa dengan sistem tanam monokultur dan tumpangsari dan (4)
mengidentifikasi wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan komoditas
kelapa di Kabupaten Pandeglang.
Identifikasi sebaran lokasi eksisting komoditas kelapa menggunakan
interpretasi citra satelit secara visual yang dilengkapi dengan survei lapangan dan
wawancara. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokan antara
persyaratan tumbuh dengan karakteristik lahan untuk tanaman kelapa sedangkan
prioritas wilayah pengembangan komoditas kelapa menggunakan analisis
deskriptif. Analisis kelayakan usaha tani dan pemasaran komoditas kelapa
menggunakan pendekatan biaya penerimaan dan pendapatan usaha tani serta
analisis deskriptif. Identifikasi wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan
komoditas kelapa menggunakan analisis deskriptif dengan mempertimbangkan
hasil evaluasi kesesuaian lahan, nilai usaha tani dan produktivitas komoditas kopi
dan kakao.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas kelapa di Kabupaten
Pandeglang tersebar di 35 (tiga puluh lima) kecamatan dengan luas 35,097 ha.
Lahan yang sesuai dan tersedia untuk tanaman kelapa dan pengembangannya seluas
4,053 ha yang tersebar di 18 kecamatan. Pengembangan tanaman kelapa sebagai
komoditas utama dapat didukung oleh pengembangan tanaman kopi dan kakao
sebagai komoditas penunjang. Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan pada
prioritas pengembangan lahan eksisting untuk komoditas kopi, terdiri dari 3 kelas
kesesuaian lahan, yaitu : kelas kesesuaian lahan N, kelas kesesuaian lahan S2 dan
kelas kesesuaian lahan S3 sedangkan terdapat 2 kelas kesesuaian lahan untuk
komoditas kakao yaitu kelas kesesuaian lahan N dan kelas kesesuaian lahan S3.
Hasil analisis kesesuaian lahan secara keseluruhan menunjukkan kelas kesesuaian
lahan untuk pengembangan komoditas kelapa terdiri dari 3 kelas kesesuaian lahan.
Lahan terbagi menjadi lahan eksisting (35,097 ha), lahan tersedia (4,053 ha) dan
lahan tidak tersedia (177,489 ha).
Berdasarkan komponen biaya, penerimaan dan pendapatan petani diketahui
bahwa usaha tani kelapa pada saat ini tergolong menguntungkan apabila dilihat dari
nilai R/C ratio yang diperoleh yaitu sebesar 1.73. Nilai RYT (Relative Yield Total)
untuk komoditas kelapa kopi sebesar 1.91 sedangkan untuk komoditas kelapa kakao
sebesar 1.69 yang menunjukkan hubungan yang komplemer dengan nilai >1 (lebih
dari satu) yaitu adanya keuntungan dari pertanaman campuran tersebut. Kontribusi
komoditas kelapa eksisting terhadap nilai PDRB Kabupaten Pandeglang tahun 2017
atas dasar harga konstan sebesar 1.02 % sedangkan kontribusi untuk kelompok
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3.17 %. Kontribusi yang nyata juga
terlihat pada sistem tanam tumpangsari, jika saat ini lahan eksisting komoditas
kelapa dapat dioptimalkan untuk penanaman tanaman kelapa sistem tanam
tumpangsari dengan komoditas kopi dan kakao maka dapat berkontribusi terhadap
PDRB Kabupaten Pandeglang sebesar 3.85 % dan 2.04 %. Komoditas kelapa juga
dapat berkontribusi terhadap nilai PDRB Kabupaten Pandeglang sebesar 0.12 %
(sistem tanam monokultur); 0.44 % (sistem tanam tumpangsari dengan komoditas
kopi) dan 0.24 % (sistem tanam tumpangsari dengan komoditas kakao) pada lahan
tersedia.
Arahan pengembangan komoditas kelapa di Kabupaten Pandeglang
diarahkan untuk membudidayakan komoditas kelapa dengan sistem tanam
tumpangsari dengan komoditas kopi dan kakao baik di lahan eksisting maupun
lahan tersedia. Wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan komoditas kelapa
menunjukkan pengembangan komoditas kelapa – kakao maupun kelapa – kopi
menyebar seimbang di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang. Pengembangan
kelapa – kopi tersebar di 18 kecamatan dan kelapa – kakao di 17 kecamatan pada
Wilayah Pengembangan Lahan Eksisting. Pengembangan kelapa – kopi tersebar di
7 kecamatan dan kelapa – kakao di 10 kecamatan pada Wilayah Pengembangan
Lahan Tersedia. | id |