dc.description.abstract | Kaliurang memiliki potensi kepariwisataan yang besar dan merupakan salah
satu destinasi wisata di Yogyakarta yang saat ini menjadi destinasi wisata yang
paling banyak dikunjungi wisatawan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi
tersebut dapat menjadikan Kaliurang sebagai andalan pemerintah daerah menjadi
salah satu sumber pemasukan pendapatan daerah dalam hal ini Pemerintah
Kabupaten Sleman. Untuk itu perlu upaya yang signifikan untuk menjaga
keberlanjutan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata, dan dapat selalu
ditingkatkan secara periodik sesuai trends pariwisata dunia yang berkembang
cepat.
Tujuan penelitian ini 1) menginventarisasi potensi dan kendala yang ada, 2)
menganalisis dinamika lanskap yang meliputi kesesuaian lahan sebagai kawasan
wisata, kelayakan obyek dan atraksi wisata, daya dukung fisik, kualitas visual, dan
aspek supply-demand pada kawasan, 3) menyusun rencana pengembangan
lanskap Kaliurang menjadi sebuah kawasan wisata yang terpadu. Penelitian
dilakukan di Kaliurang, sebuah kawasan wisata yang terletak di lereng bagian
Selatan Gunung Merapi, yang secara administratif kawasan ini termasuk di dalam
wilayah Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Kaliurang
sebagai kawasan wisata tidak memiliki luas secara eksplisit, namun pada
penelitian ini penentuan luas kawasan ditetapkan melalui pendekatan wilayah
administratif, dimana Kaliurang terletak/masuk didalam tiga dusun yaitu dusun
Kaliurang Barat, dusun Kaliurang Timur dan dusun Ngipiksari, sehingga dari
jumlah luas tiga dusun tersebut diperoleh luas Kaliurang yaitu sebesar 339,56 ha.
Data penelitian diperoleh dari pengamatan lapang, data terpublikasi, data dari
dinas/pemerintah yang terkait, wawancara langsung kepada tokoh masyarakat,
kuesioner pada mahasiswa arsitektur lanskap dan wisatawan yang berkunjung.
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik dengan
menggunakan metode pembobotan dan skoring terhadap kriteria pada peubah
yang dinilai, dianalisis dengan menggunakan metode Boston Consulting Group
(BCG) dianalisis secara spasial menggunakan metode Sistem Informasi Geografis
(SIG), dan dianalisis secara visual menggunakan metode Scenic Beauty
Estimation (SBE)
Hasil penelitian menunjukan beberapa hal yang dapat menjawab tujuan
penelitian seperti 1) Kaliurang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan
wisata terpadu dengan faktor-faktor fisik yang dimilikinya seperti topografi, iklim,
penutupan lahan, serta kondisi wisata eksisting. Namun Kaliurang juga memiliki
kendala yaitu merupakan kawasan rawan bencana Gunung Merapi. 2) Kaliurang
memiliki luas area dengan nilai kesesuaian wisata untuk pengembangan kegiatan
wisata sebesar 238,97 ha. Kaliurang masih mendapat respon positif dari
wisatawan untuk keindahan dan kenyamanannya. Kaliurang sebagai kawasan
wisata memiliki pemandangan alam yang berkualitas tinggi dengan indikator
persepsi responden yang sangat menyukai visual lanskap Kaliurang sebesar 64%,
yang menyukai 23% dan tidak menyukai 13%. Aspek supply dan demand yang
terjadi pada Kaliurang sebagai kawasan wisata masih rendah, 3) Kaliurang dibagi
menjadi dua ruang yaitu ruang wisata dengan luas 207,66 ha (86,90%), ruang
penunjang wisata dengan luas 31,31 ha (13,10%). Ruang wisata direncanakan
memiliki 9 tema kegiatan seperti wisata alam, kuliner, budaya, agrowisata,
edukasi, konvensi, konservasi, minat khusus dan rekreasi dengan 21 sub ruang
untuk mengakomodir tema tersebut. Ruang penunjang wisata direncanakan
memiliki tiga tema kegiatan seperti penerima, pengelola, pelayanan dengan 5 sub
ruang untuk mengakomodir tema tersebut. Kaliurang direncanakan memiliki daya
dukung kawasan sebesar 58.828 orang per-hari.
Rekomendasi yang diberikan untuk pengembangan Kaliurang sebagai
kawasan wisata terpadu di Yogyakarta adalah pembentukan badan kepengelolaan
yang terpadu untuk menjalankan operasional kawasan dan menjaga keberlanjutan
Kaliurang sebagai Kawasan Wisata Terpadu karena terletak pada zona rawan
bahaya Gunung Merapi. Rencana lanskap pada penelitian ini juga merupakan
rekomendasi terhadap pengembangan potensi Kaliurang menjadi kawasan wisata
terpadu dan pemecahan masalah dari rendahnya aspek supply dan demand yang
saat ini terjadi pada Kaliurang. Produk selanjutnya dari penelitian ini adalah disain
kawasan yang lebih rinci dan teknis atau detail engineering design (DED),
sehingga Kaliurang sebagai Kawasan Wisata Terpadu di Yogyakarta dapat
terwujud. | id |