Show simple item record

dc.contributor.advisorPurnomo, Herry
dc.contributor.advisorDewi, Sonya
dc.contributor.authorZulkarnain, Mukhammad Thoha
dc.date.accessioned2018-11-19T04:10:39Z
dc.date.available2018-11-19T04:10:39Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95134
dc.description.abstractPerubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah dua masalah lingkungan yang paling penting di abad ke-21. Perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan ekonomi adalah salah satu penyebab utama emisi gas rumah kaca (GRK) dan berkurangnya keanekaragaman hayati di Indonesia. Alokasi dan pengelolaan lahan di Indonesia sering mengundang permasalahan. Tata kelola yang lemah, khususnya dalam perencanaan penggunaan lahan dan pelaksanaannya, serta pemantauan dan evaluasi, menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang membawa dampak negatif pada kualitas lingkungan dan layanan ekosistem. Perencanaan, pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan yang komprehensif sangat dibutuhkan sebagai bagian integral dari strategi pertumbuhan hijau untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Konservasi Area Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT) merupakan salah satu alat kolaborasi di antara pemangku kepentingan yang relevan untuk menjaga integritas keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem serta untuk menurunkan emisi GRK. Sumatera Selatan diambil sebagai studi kasus karena isu-isu kompleks menyangkut hubungan antara lingkungan-ekonomi. Pada 2015 terjadi bencana kebakaran yang terjadi pada sebagian besar lahan gambut di Sumatra Selatan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk membahas tiga tujuan utama: (i) untuk memahami dinamika dan pemicu penggunaan/tutupan lahan di provinsi Sumatera Selatan selama dua dekade terakhir; (ii) untuk mengidentifikasi kawasan NKT dan SKT pada tingkat lanskap; dan (iii) untuk memperkirakan penurunan emisi yang dapat dicapai dalam kerangka kebijakan yang ada dalam melestarikan kawasan NKT dan SKT. Pendekatan Klasifikasi Berbasis Obyek Hirarki dalam mengolah data citra satelit dipakai dalam membuat peta tutupan lahan berseri dalam periode analisa 20 tahun, sedangkan pemicu perubahan tutupan lahan menggunakan nilai koefisien bobot yang dihitung berdasarkan pendekatan weight of evidence. Area inti, least-cost distance dan rata-rata cadangan karbon persiklus tanam digunakan untuk mengidentifikasi area NKT dan SKT. Proyeksi tutupan lahan dilakukan dengan menggunakan algoritma Cellular Automata-Markov dan pendekatan weight of evidence (WoE) untuk memvalidasi parameter yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan berbasis matriks probabilitas transisi perubahan lahan. Hasil analisa menunjukkan bahwa luasan hutan rawa tidak terganggu dan hutan lahan kering tidak terganggu secara signifikan menurun masing-masing sebesar 53% dan 16% antara tahun 1990 dan 2000. Pola perubahan ini konsisten hingga periode analisis terbaru, yaitu, 2010-2014. Kecenderungan serupa ditemukan untuk hutan bekas tebangan, hutan rawa bekas tebangan, dan hutan bakau. Hutan sebagian besar dikonversi menjadi karet, kelapa sawit, dan kayu industri. Degradasi hutan, yang didefinisikan oleh perubahan tutupan dari hutan yang tidak terganggu menjadi hutan bekas tebangan, merupakan perubahan yang paling dominan selama 1990-2000 (18% atau 0,47 M ha di hutan rawa, dari 2,67 M ha total area perubahan penggunaan lahan). Selama periode 2000-2005, perubahan yang paling dominan adalah konversi hutan bekas tebangan menjadi karet (6% atau 0,11 M ha dari total perubahan 1,9 M ha). Pada periode berikutnya, 2005-2010, degradasi hutan rawa menjadi yang paling dominan (7,7% atau 0,13 M ha dari total perubahan 1,69 M ha). Pada periode terakhir analisis, 2010-2014, konversi karet menjadi kelapa sawit menjadi perubahan terbesar (15,3% atau 0,23 M ha dari total perubahan 1,49 M ha). Tingkat kepadatan penduduk, elevasi, dan jarak ke jalan merupakan pemicu utama perubahan tutupan lahan dengan nilai koefisien bobot masing-masing adalah 5,2, 5,1 dan 4,5. Selanjutnya, analisa emisi historis menunjukkan bahwa ada kecenderungan penurunan emisi selama periode analisa yaitu periode 1990-2000, dari total emisi 0,58 GTon CO2-eq menjadi 0,22 GTon CO2-eq (2000-2005), 0,3 GTon CO2-eq (2005-2010) dan 0,2 GTon CO2-eq (2010- 2014). Sumber emisi dominan secara konsisten terjadi di zona produksi, zona perkebunan dan zona pertanian, yang merupakan hal yang layak terjadi. Akan tetapi, zona hutan lindung dan zona suaka alam sebagai kawasan konservasi juga berkontribusi pada emisi, yang merupakan hal yang tidak seharusnya terjadi. Berdasarkan hal ini, pelestarian kawasan NKT-SKT diusulkan sebagai strategi pemeliharaan keanekaragaman hayati dan pengurangan emisi GRK. Total area NKT-SKT yang teridentifikasi adalah 2,5 MHa atau 29% dari total Provinsi Sumatra Selatan dengan area tumpang tindih antara NKT dan SKT adalah 55%. Strategi konservasi yang diusulkan dalam area ini adalah mempertahankan tutupan hutan tersisa dan agroforestasi. Dibandingkan dengan skenario Business as Usual (BAU), yaitu, berdasarkan perubahan tutupan lahan historis, konservasi NKT dan SKT di Sumatera Selatan diprediksi dapat mengurangi emisi CO2-eq sebesar 56% pada tahun 2030. Secara keseluruhan, perubahan penggunaan/tutupan lahan yang tidak berkelanjutan dapat memiliki dampak negatif pada kualitas ekosistem, termasuk keanekaragaman hayati dan cadangan karbon di Sumatera Selatan. Tutupan hutan alam, yang merupakan tempat perlindungan beragam flora dan fauna, terus menurun luasannya selama 24 tahun terakhir. Hutan dialihgunakan menjadi perkebunan karet, kelapa sawit dan akasia. Faktor pemicu utama adalah faktor ekonomi, seperti kebutuhan lahan dan sumber pendapatan, tata kelola lahan yang lemah dan tumpang tindih kepentingan di antara para pemangku kepentingan dapat mempengaruhi perubahan penggunaan/tutupan lahan di Sumatera Selatan. Konservasi kawasan NKT-SKT tingkat lanskap berpotensi mengurangi emisi. Partisipasi dan komitmen semua pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, pengusaha, LSM, masyarakat, petani dan pihak-pihak lain sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Sumatera Selatan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcInformational Technologyid
dc.subject.ddcClimate Change Mitigationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePenilaian Tingkat Lansekap Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Stok Karbon Tinggi (SKT) untuk Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim (Studi Kasus: Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordPerubahan tutupan lahanid
dc.subject.keywordkeanekaragaman hayatiid
dc.subject.keywordNKTid
dc.subject.keywordSKTid
dc.subject.keywordemisiid
dc.subject.keywordmitigasi perubahan iklimid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record