dc.description.abstract | Campak (Measles) merupakan salah satu penyakit infeksi virus menular yang
disebabkan oleh virus Paramyxovirus. Virus tersebut termasuk dalam famili dari
genus Morbillivirus. Penyakit campak sering dikenal dengan istilah lain rubeola.
Individu yang terinfeksi penyakit campak akan mengalami beberapa gejala, demam,
bersin, batuk kering, sakit tenggorokan, mata merah meradang (conjunctivitis),
diare, pada pipi muncul bintik-bintik putih dengan warna putih kebiruan di
tengahnya (Koplik’s spot), serta ruam merah. Penyakit campak sangat mudah
menular melalui cairan ludah maupun cairan hidung dari orang yang terinfeksi.
Virus campak menyebar pada saat individu terinfeksi batuk atau bersin, kemudian
virus akan terbawa melalui udara sehingga dapat terhirup oleh individu lain. Virus
lainnya dapat juga menempel pada benda-benda di sekitarnya sehingga bendabenda
ini menjadi sarana penularan virus campak. Selain itu, virus campak dapat
bertahan hidup di udara hingga dua jam, sehingga sangat besar peluangnya untuk
menginfeksi individu yang belum pernah terinfeksi campak atau individu yang
belum pernah melakukan vaksinasi.
Penyakit campak sangat rentan menyerang anak-anak pada usia di bawah satu
tahun, anak-anak yang mengalami malnutrisi, individu yang tinggal di tempat yang
penuh sesak seperti pengungsian, individu yang kekebalan tubuhnya terganggu
contohnya individu yang terinfeksi HIV, kekurangan gizi, atau penyakit berbahaya
serta individu yang kekurangan vitamin A. Pada individu terinfeksi yang memiliki
kekebalan tubuh yang baik dan gizi yang cukup, penyakit campak jarang
berdampak serius. Akan tetapi, pada keadaan yang fatal dapat pula terjadi
komplikasi pada individu tertentu yang terinfeksi campak, seperti infeksi mata,
infeksi saluran pernafasan dan paru-paru (misalnya pneumonia dan bronkitis), diare,
dan infeksi otak (encephalitis). Salah satu cara pencegahan terjadinya infeksi virus
campak, dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi MMR (Measles, Mumps,
Rubella) atau MMRV (Measles, Mumps, Rubella, Varicella) yang dapat membantu
memperkuat kekebalan tubuh terhadap virus campak.
Penelitian ini bertujuan memodifikasi model dengan membedakan populasi
manusia terinfeksi menjadi dua, yaitu populasi manusia terinfeksi tahap I dan
populasi tahap II. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan analisis
kestabilan titik tetap dan juga analisis sensitivitas untuk menentukan parameter
yang sensitif atau berpengaruh terhadap sistem dinamik. Akhirnya, diberikan
beberapa simulasi numerik dari model untuk mengilustrasikan dinamika
penyebaran penyakit campak.
Hasil analisis terhadap sistem dinamik ini menunjukkan bahwa terdapat dua
titik tetap, yaitu titik tetap tanpa penyakit dan titik tetap endemik. Titik tetap tanpa
penyakit akan bersifat stabil asimtotik lokal jika dan hanya jika ℛ0 < 1, sedangkan
titik tetap endemik bersifat stabil asimtotik lokal jika ℛ0 > 1.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa efektivitas kontak dengan
campak aktif dan laju transmisi penyakit akibat adanya kontak populasi terinfeksi
tahap I dan tahap II dengan populasi rentan adalah parameter yang paling sensitif
pada sistem dinamik.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa adanya pemberian vaksinasi pada
individu rentan dan pengobatan pada individu terinfeksi tahap II dapat mengurangi
jumlah populasi manusia terekspos, populasi manusia terinfeksi tahap I, dan
populasi manusia terinfeksi tahap II. Kemudian, semakin besar efektivitas kontak
dengan campak aktif dan laju transmisi penyakit akibat adanya kontak populasi
terinfeksi tahap I dan tahap II dengan populasi rentan, maka jumlah populasi
manusia rentan dan populasi manusia tervaksin akan semakin menurun, sedangkan
jumlah populasi manusia terekspos, populasi manusia terinfeksi tahap I, populasi
manusia terinfeksi tahap II, populasi manusia terobati, populasi manusia gagal
terobati, dan populasi manusia sembuh akan meningkat. Sehingga, perlu adanya
upaya untuk mengurangi efektivitas kontak dengan campak aktif dan laju transmisi
penyakit akibat adanya kontak populasi terinfeksi tahap I dan tahap II dengan
populasi rentan agar jumlah populasi manusia terinfeksi tahap I dan tahap II
semakin berkurang atau bahkan tidak ada. Sedangkan, semakin besar laju vaksinasi
pertama pada populasi manusia rentan dan laju pengobatan populasi terinfeksi
tahap kedua, maka jumlah populasi manusia terekspos, populasi manusia terinfeksi
tahap I dan populasi manusia terinfeksi tahap II akan semakin menurun. Dengan
demikian, perlu adanya upaya untuk meningkatkan laju vaksinasi pertama pada
populasi manusia rentan dan laju pengobatan populasi terinfeksi tahap kedua agar
jumlah populasi manusia terekspos, populasi manusia terinfeksi tahap I, dan
populasi manusia terinfeksi tahap II menurun atau bahkan tidak ada. | id |