Show simple item record

dc.contributor.advisorP Lubis, Djuara
dc.contributor.advisorAmien, Le Istiqlal
dc.contributor.advisorSuharjito, Didik
dc.contributor.authorSalampessy, Yudi Lani Aljawas
dc.date.accessioned2018-11-08T04:06:40Z
dc.date.available2018-11-08T04:06:40Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/94919
dc.description.abstractUsaha tani padi sawah rentan terhadap dampak perubahan iklim, karena tingkat produksi padi sangat bergantung kepada daya dukung iklim. Petani biasanya merujuk pada apa yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai pranotomongso (baca: pranatamangsa), yaitu semacam penanggalan atau ketentuan musim yang dikaitkan dengan kegiatan bercocok tanam. Fenomena perubahan iklim dan perkiraannya ke depan kemudian menggeser ketentuan-ketentuan seperti itu sehingga petani kesulitan mengidentifikasi musim berjalan dan menentukan awal dan komoditas tanam. Akibatnya, usaha tani padi sawah kerap menghadapi kekurangan atau kelebihan air yang mengancam produktivitas lahan sawah dan pendapatan petani. Usaha tani padi sawah menjadi lebih sulit dikelola dan mensyaratkan kemampuan para petani beradaptasi terhadap perubahan iklim. Pada sisi lain, perubahan iklim masih menjadi isu yang relatif baru dan kompleks untuk dipahami bagi banyak petani yang diikuti oleh berkembangnya beragam respon terhadap perubahan iklim dan adaptasinya. Penelitian bertujuan mengkaji peran kunci komunikasi dalam peningkatan kapasitas beradaptasi petani padi sawah terhadap perubahan iklim. Utamanya analisis yang didasari oleh penggalian makna atas berubahnya iklim bagi petani itu sendiri sebagai penjelas proses adaptasi yang selama ini telah dilakukannya. Penelitian menggunakan metode campuran yang melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan, dan pencampuran pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian untuk memperluas temuan-temuan penelitian. Untuk itu teori komunikasi lingkungan digunakan dalam menganalisis dengan merujuk pada landasan-landasan konseptual kapasitas beradaptasi terhadap perubahan iklim. Lokasi penelitian dipilih secara purposif di Kecamatan Gempol, Purwosari, dan Prigen, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur yang secara berurut mewakili daerah pertanaman padi sawah yang terdampak perubahan iklim di zona agroekosistem dataran tinggi, sedang, dan rendah. Pengumpulan data melibatkan 6 orang informan dan 96 responden. Data kualitatif dianalisis mengikuti prosedur sistematis analisis data fenomenologi dan model analisis data interaktif, sedangkan data kuantitatif dianalisis secara deskriptif melalui penyusunan tabel tunggal dan atau tabel silang dan secara inverensi menggunakan uji statistik perbedaan rata-rata, korelasi, serta uji kebebasan dan ketidakbebasan statistik. Hasil penelitian mengungkapkan tujuh tema (unit makna) terkait terminologi dan bagaimana informan mengalami perubahan iklim yang teridentifikasi dari 97 pernyataan signifikan mengenai perubahan iklim yang dibagi bersama oleh para petani informan, yaitu (i) serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang semakin beragam dan sulit dikendalikan, (ii) musim yang tidak menentu, (iii) pasrah kepada nasib, (iv) penurunan produksi padi sawah, (v) suhu yang lebih panas, (vi) kehilangan tanda-tanda alam, dan (vii) hujan yang jarang-jarang dan tidak lebat. Menurut informan, perubahan iklim adalah respon balik Tuhan dan alam atas stimulan sifat dan perilaku manusia dalam kehidupan. Dampak negatifnya merupakan musibah yang harus diterima dan dijalani sebagai bentuk ujian atau hukuman hidup bagi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Stimulus dan respon ini bisa dilihat sebagai suatu relasi „kausalitas‟ dengan respon yang selalu kembali kepada manusia, baik dalam bentuk positif maupun negatif. Esensi dari pengalaman perubahan iklim informan petani padi sawah adalah hidup kembali kepada yang menjalaninya, maka kehidupan berpotensi untuk menjadi positif maupun negatif. Penelitian menyimpulkan petani informan memaknai perubahan iklim dalam konteks sosioekologi. Karakteristik informan serta kesesuaian makna dan respon mereka atas perubahan iklim memberikan variabel yang dapat merepresentasikan atau patut diduga berhubungan dengan kapasitas adaptasi perubahan iklim petani padi sawah. Hasil analisis variabel-variabel tersebut pada petani padi sawah yang dilibatkan sebagai responden menunjukkan masih cukup banyak responden yang kapasitas adaptasinya rendah dan karenanya menjadi kurang adaptif terhadap perubahan iklim. Responden yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim adalah yang memiliki lebih beragam sumber informasi perubahan iklim dan sering memanfaatkannya, serta terdedah informasi perubahan iklim dan konvergen komunikasi perubahan iklimnya. Juga responden yang berumur lebih muda, lebih berpendidikan, belum terlalu lama berusaha tani dan mengalami perubahan iklim tetapi mampu merasakan lebih beragam manifestasinya, berlahan lebih luas, berada di zona agroekosistem dataran yang lebih rendah, dan akses terhadap komponen-komponen pendukung adaptasi perubahan iklim. Pada gilirannya, kapasitas responden beradaptasi terhadap perubahan iklim berhubungan nyata dengan penerapan adaptasi perubahan iklim.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcCommunicationid
dc.subject.ddcEnvironmental Communicationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleMakna dan Kapasitas Beradaptasi Petani Padi Sawah terhadap Perubahan Iklimid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkapasitas adaptasiid
dc.subject.keywordkomunikasiid
dc.subject.keywordmaknaid
dc.subject.keywordperubahan iklimid
dc.subject.keywordpetani padiid
dc.subject.keywordzona agroekosistemid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record