Indeks Kota Hijau untuk Perencanaan Pembangunan Kota Berkelanjutan.

Abstract

Pembangunan kota berkelanjutan dapat dimulai dengan meningkatkan kesadaran publik dan mewujudkan keberlanjutan tata pemerintahan perkotaan dalam bentuk realisasi Kota Hijau. Kata kunci untuk mengidentifikasi Kota Hijau secara kuantitatif adalah kualitas lingkungan dan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan mengembangkan Indeks Kota Hijau berdasarkan data iklim, lingkungan dan statistik wilayah untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan. Indikator kuantitatif Indeks Kota Hijau adalah emisi karbon dioksida, penggunaan energi, kualitas udara, konsumsi air, ruang terbuka hijau, dan transportasi umum. Indeks Kota Hijau Kota Bogor sebesar 4,4, Kabupaten Bogor 3,9 dan DKI Jakarta sebesar 3,1 yang diperoleh dari hasil pembobotan setiap indikator Kota Hijau. Kota Bogor memiliki indeks tertinggi meskipun penyediaan bus kota belum memadai dan penggunaan energi listrik yang tidak efisien. Urutan kedua, Kabupaten Bogor memiliki masalah yang sama dalam penyediaan transportasi dan tingginya emisi karbon dioksida di sektor industri. DKI Jakarta harus membenahi seluruh aspek seperti proporsi ruang terbuka hijau hanya 14% dari luas wilayah, emisi karbon dioksida (CO2) yang sangat tinggi, ozon permukaan yang sudah melewati batas ambang yaitu sebesar 59,9 μg/Nm³ dan tidak efisien dalam penggunaan energi listrik. Seluruh atribut tersebut harus didukung oleh kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat agar tercipta Kota Hijau yang nyaman dan berkelanjutan.