Show simple item record

dc.contributor.advisorAsmarantaka, Ratna Winandi
dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.authorAnsnisa, Ivony
dc.date.accessioned2018-10-04T08:15:01Z
dc.date.available2018-10-04T08:15:01Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93984
dc.description.abstractBawang merah mendapat perhatian dari pemerintah karena harga yang berfluktuasi dan ketidakstabilan harga yang terjadi pada bawang merah berakibat pada pertumbuhan perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari dampaknya yang mampu menyebabkan inflasi ataupun deflasi. Fluktuasi harga bawang merah di tingkat petani dan konsumen mengakibatkan terciptanya marjin pemasaran. Marjin pemasaran yang tinggi akan berdampak pada rendahnya farmer’s share, sehingga mengindikasikan bahwa pemasaran tersebut tidak efisien secara operasional. Fluktuasi harga yang terjadi juga dapat membuka peluang pelaku pasar memainkan informasi harga, dimana informasi merupakan indikator bahwa pasar tersebut terintegrasi. Sehingga tidak memadainya informasi pada suatu pasar mengindikasikan bahwa pemasaran tersebut tidak efisien secara harga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pemasaran operasional dan harga pada bawang merah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Analisis efisiensi pemasaran operasional menggunakan indikator marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Analisis efisiensi pemasaran harga menggunakan indikator integrasi pasar secara vertikal dan horizontal. Analisis data kuantitatif menggunakan Microsoft Excel 2016 dan Eviews 9. Data yang digunakan untuk analisis efisiensi operasional yaitu data primer yang diperoleh dari petani dan lembaga pemasaran yang terlibat, sedangkan untuk analisis efisiensi harga yaitu data mingguan harga bawang merah di tingkat petani dan lembaga pemasaran yang terlibat yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, dan Dinas Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jenis lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Sebanyak 88 persen petani menjual hasil panen ke pedagang pengumpul karena kurangnya akses terhadap permodalan, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas panen dan pascapanen. Analisis saluran pemasaran menunjukkan bahwa terdapat sembilan saluran pemasaran yang terbentuk. Penentuan saluran yang efisien dibedakan berdasarkan tujuan penjualan dimana saluran yang efisien yaitu terdapat pada saluran pemasaran 4 (petani → pedagang pengumpul kecamatan → pedagang grosir kabupaten → pedagang pengecer kabupaten) untuk tujuan penjualan ke Provinsi Jawa Tengah saluran pemasaran 6 (petani → pedagang pengumpul kecamatan → pedagang pengumpul kabupaten → pedagang grosir Lampung) untuk tujuan penjualan luar Provinsi Jawa Tengah. Pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes secara garis besar sudah efisien secara operasional. Integrasi vertikal hanya terjadi pada jangka pendek. Integrasi antara pasar bawang merah di Brebes dan Lampung menunjukkan bahwa harga di tingkat petani ditransmisikan dengan baik ke pedagang grosir dan pedagang pengecer. Perubahan harga bawang merah di tingkat pedagang grosir juga ditransmisikan ke petani, namun perubahan harga bawang merah di tingkat pedagang pengecer tidak ditransmisikan ke petani. Integrasi vertikal antara pasar bawang merah di Brebes dan Jakarta juga menunjukkan bahwa harga bawang merah di tingkat pedagang grosir memiliki pengaruh yang kuat terhadap perubahan harga di tingkat petani. Integrasi horizontal juga menunjukkan bahwa integrasi hanya terjadi pada jangka pendek, dimana harga bawang merah di tingkat pedagang grosir di Jakarta memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap harga bawang merah di tingkat pedagang grosir Lampung. Hal tersebut disebabkan karena pasar bawang merah di Jakarta besar dan volume penjualan tinggi. Analisis integrasi vertikal dan horizontal menunjukkan bahwa integrasi harga hanya terjadi pada jangka pendek. Tidak terintentegrasinya harga bawang merah pada jangka panjang diduga disebabkan karena fluktuasi harga bawang merah yang terjadi cukup cepat. Selain itu, terjadi asimetris informasi antara lembaga-lembaga pemasaran. Sehingga untuk pengembangan pemasaran bawang merah diperlukan perbaikan informasi harga dan peningkatan kesadaran petani untuk mengakses informasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddcMarketing marginid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBrebes-Jawa tengahid
dc.titleEfisiensi Pemasaran Operasional dan Harga pada Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Brebesid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmarjin pemasaranid
dc.subject.keywordfarmer’s shareid
dc.subject.keywordintegrasi vertikalid
dc.subject.keywordintegrasi horizontalid
dc.subject.keywordbawang merahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record