Show simple item record

dc.contributor.advisorSumarno, Hadi
dc.contributor.advisorSianturi, Paian
dc.contributor.authora Rahman, Gusti Arvian
dc.date.accessioned2018-10-04T03:39:58Z
dc.date.available2018-10-04T03:39:58Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93970
dc.description.abstractMethicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu agen penyebab infeksi nosokomial yang utama, yakni bakteri dari galur Staphylococus aureus yang resisten terhadap antibiotik, termasuk methicilin dan antibiotik yang umumnya dipakai seperti oxacillin, penicillin, amocillin, dan cephalosporin. MRSA berada pada peringkat ke empat sebagai agen penyebab infeksi nosokomial setelah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Enrerococcus. MRSA awalnya selalu dikaitkan dengan kesehatan di rumah sakit dan panti jompo sampai pada pertengahan tahun 1990-an, sehingga disebut sebagai hospital-acquired MRSA (HA-MRSA). Selanjutnya, dalam beberapa dekade terakhir infeksi baru telah ditemukan pada masyarakat di mana infeksi tersebut memiliki perbedaan genetik, mikrobilogis dan substansi klinis dengan HA-MRSA yang disebut community-acquired MRSA (CA-MRSA). Infeksi HA-MRSA dapat menyebabkan morbiditas dan kematian terutama pada pasien rawat inap, sedangkan infeksi CA-MRSA dapat menyebabkan terjadinya kematian pada individu yang sehat (Miller et al. 2005). Wabah CA-MRSA telah terjadi pada komunitas-komunitas masyarakat, seperti pada komunitas homoseksual, populasi tunawisma, narapidana di lembaga pemasyarakatan, tempat pengungsian, barak tentara, ruang ganti atlet, bahkan pada pusat penitipan anak-anak. Di lain pihak, wabah CA-MRSA juga dilaporkan telah terjadi di beberapa rumah sakit. Meskipun belum diketahui secara pasti lokasi yang merupakan tempat dengan transmisi CA-MRSA tinggi, lembaga pemasyarakatan dimungkinkan merupakan lokasi yang paling dominan untuk transmisi CA-MRSA. Hal ini disebabkan perawatan medis sangat minim, kondisi yang padat dan kebersihan yang tidak optimal pada lokasi tersebut (Hota et al. 2007). Penelitian sebelumnya yang telah membahas model matematika untuk CA-MRSA di antaranya adalah Kajita et al. (2007) yang berfokus pada penyebaran CA-MRSA pada lembaga pemasyarakatan Los Angeles (LACJ). Penelitian lainnya dilakukan oleh Beaupariant dan Smith (2016) membahas mengenai penyebaran CA-MRSA di lembaga pemasyarakatan dengan model metapopulasi, serta memasukkan adanya asumsi bahwa pertukaran narapidana antar lembaga pemasyarakatan diperlukan untuk menghindari terbentuknya kelompok-kelompok tertentu. Hal ini tentunya juga akan mengakibatkan adanya transmisi CA-MRSA antara narapidana yang berasal dari sebuah lembaga pemasyarakatan ke narapidana yang ada di lembaga pemasyarakatan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan peluang transisi model penyebaran infeksi CA-MRSA dengan pendekatan DTMC, merumuskan dan menghitung peluang terjadinya wabah, serta melakukan simulasi numerik dengan beberapa kondisi parameter yang diberikan. Dengan mengubah sistem persamaan diferensial menjadi sistem persamaan beda, maka diperoleh dua titik tetap dari sistem, yaitu titik tetap bebas penyakit dan titik tetap endemik. Analisis peluang wabah dilakukan dengan menggunakan parameter model yang diberikan oleh Kajita et al. (2012) dan menggunakan pendekatan probability generating function (pgf), sehingga diperoleh peluang terjadinya wabah adalah sebesar 0−65%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melakukan perubahan nilai pada beberapa parameter menyebabkan terjadinya perubahan waktu sistem menuju ke titik tetapnya masing-masing. Berdasarkah hasil simulasi, dapat diketahui bahwa parameter yang dapat memperbesar wabah infeksi di dalam lembaga pemasyarakatan adalah rata-rata banyaknya kontak yang terjadi, laju dekolonisasi, jumlah narapidana baru yang masuk ke lembaga pemasyarakatan, dan laju memasuki kelompok terinfeksi. Selain itu, berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pada beberapa kondisi yang diberikan, beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan wabah yang terjadi di dalam lembaga pemasyarakatan adalah mengurangi banyaknya kontak yang terjadi, pemberian pengobatan atau perawatan terhadap narapidana yang terkolonisasi bakteri MRSA, serta deteksi dini terhadap narapidana yang terinfeksi bakteri MRSA.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcMathematicsid
dc.subject.ddcMathematical Modelsid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePenerapan Model Stokastik DTMC dalam Studi Penyebaran Penyakit Menular CA-MRSA di Lembaga Pemasyarakatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordCA-MRSAid
dc.subject.keywordinfeksiid
dc.subject.keywordnarapidanaid
dc.subject.keywordpeluang transisiid
dc.subject.keywordwabahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record