dc.description.abstract | Wisata berburu merupakan salah satu bentuk pemanfaatan satwa liar yang
dapat dilakukan melalui pengusahaan perburuan. Di beberapa negara di dunia,
pengusahaan perburuan mampu memberikan keuntungan secara ekonomi dan
mendatangkan devisa negara. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), Indonesia memiliki 11 taman buru namun belum ada kegiatan
pengusahaan perburuan yang berjalan. Selain taman buru, lokasi berburu di
Indonesia adalah kebun buru. Pengembangan kebun buru merupakan salah satu
langkah awal untuk mengembangkan pengusahaan perburuan di Indonesia.
Pengembangan proyek kebun buru dapat dilakukan dengan menganalisis kelayakan
usaha suatu proyek. Pada penelitian ini analisis kelayakan proyek yang dilakukan
adalah analisis kelayakan sosial dan finansial. Pengambilan data prospek
pengembangan kebun buru dilakukan dengan mengambil studi kasus di Kebun
Buru Desa Pelangi Sentul yang terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan sosial dan finansial
pengusahaan kebun buru dan untuk mengkaji serta menentukan tipologi pemburu
Indonesia. Kajian kelayakan sosial dilakukan dengan mengetahui karakteristik
masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata berburu. Kajian
finansial dilakukan dengan melihat aspek inflow dan outflow. Kajian tipologi
pemburu dilakukan dengan melihat karakteristik, persepsi, dan preferensi pemburu.
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi langsung, dan
persepsi responden diambil dengan menggunakan skala likert.
Hasil analisis sosial menunjukkan bahwa pengusahaan kebun buru layak
untuk dilakukan karena kegiatan di kebun buru dapat membuka lapangan pekerjaan
dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan pengaruh
positif berupa peningkatan fasilitas lingkungan, dan diterima keberadaannya oleh
masyarakat. Secara finansial pengusahaan kebun buru layak untuk dilakukan
karena memenuhi kriteria kelayakan finansial berdasarkan nilai NPV, BCR, dan
IRR. Dalam wisata berburu pun tidak hanya dilakukan pada satu jenis satwa buru
saja. Parameter yang paling sensitif adalah pendapatan. Jika pendapatan menurun
20%, maka proyek tidak layak lagi. Parameter biaya investasi dan suku bunga tidak
sensitif terhadap pengusahaan kebun buru. Pemburu Indonesia memiliki tiga
tipologi diantaranya memiliki penghasilan > Rp 10 000 000, menyukai senjata api
laras panjang, dan berburu lebih dari 2 hari. Apabila ditinjau dari tipologi pemburu,
Kebun Buru De’Pes memiliki prospek untuk dikembangkan. | id |