Show simple item record

dc.contributor.advisorSantosa, Yanto
dc.contributor.advisorSunkar, Arzyana
dc.contributor.authorUtami, Ainy Amelya
dc.date.accessioned2018-10-04T01:30:42Z
dc.date.available2018-10-04T01:30:42Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93937
dc.description.abstractWisata berburu merupakan salah satu bentuk pemanfaatan satwa liar yang dapat dilakukan melalui pengusahaan perburuan. Di beberapa negara di dunia, pengusahaan perburuan mampu memberikan keuntungan secara ekonomi dan mendatangkan devisa negara. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia memiliki 11 taman buru namun belum ada kegiatan pengusahaan perburuan yang berjalan. Selain taman buru, lokasi berburu di Indonesia adalah kebun buru. Pengembangan kebun buru merupakan salah satu langkah awal untuk mengembangkan pengusahaan perburuan di Indonesia. Pengembangan proyek kebun buru dapat dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha suatu proyek. Pada penelitian ini analisis kelayakan proyek yang dilakukan adalah analisis kelayakan sosial dan finansial. Pengambilan data prospek pengembangan kebun buru dilakukan dengan mengambil studi kasus di Kebun Buru Desa Pelangi Sentul yang terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan sosial dan finansial pengusahaan kebun buru dan untuk mengkaji serta menentukan tipologi pemburu Indonesia. Kajian kelayakan sosial dilakukan dengan mengetahui karakteristik masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata berburu. Kajian finansial dilakukan dengan melihat aspek inflow dan outflow. Kajian tipologi pemburu dilakukan dengan melihat karakteristik, persepsi, dan preferensi pemburu. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi langsung, dan persepsi responden diambil dengan menggunakan skala likert. Hasil analisis sosial menunjukkan bahwa pengusahaan kebun buru layak untuk dilakukan karena kegiatan di kebun buru dapat membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan pengaruh positif berupa peningkatan fasilitas lingkungan, dan diterima keberadaannya oleh masyarakat. Secara finansial pengusahaan kebun buru layak untuk dilakukan karena memenuhi kriteria kelayakan finansial berdasarkan nilai NPV, BCR, dan IRR. Dalam wisata berburu pun tidak hanya dilakukan pada satu jenis satwa buru saja. Parameter yang paling sensitif adalah pendapatan. Jika pendapatan menurun 20%, maka proyek tidak layak lagi. Parameter biaya investasi dan suku bunga tidak sensitif terhadap pengusahaan kebun buru. Pemburu Indonesia memiliki tiga tipologi diantaranya memiliki penghasilan > Rp 10 000 000, menyukai senjata api laras panjang, dan berburu lebih dari 2 hari. Apabila ditinjau dari tipologi pemburu, Kebun Buru De’Pes memiliki prospek untuk dikembangkan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcTRopical Biodiversity Conserpationid
dc.subject.ddcSocial Analysisid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleProspek Pengembangan Kebun Buru Ditinjau dari Aspek Sosial dan Finansial (Studi Kasus: Kebun Buru Desa Pelangi Sentul).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisis kelayakan finansialid
dc.subject.keywordanalisis kelayakan sosialid
dc.subject.keywordKebun Buru Desa Pelangi Sentulid
dc.subject.keywordwisata berburuid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record