Show simple item record

dc.contributor.advisorManalu, Wasmen
dc.contributor.advisorBoediono, Arief
dc.contributor.advisorWinarto, Adi
dc.contributor.advisorSatrija, Fadjar
dc.contributor.authorArif, Ridi
dc.date.accessioned2018-09-18T06:15:06Z
dc.date.available2018-09-18T06:15:06Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93849
dc.description.abstractInfeksi cacing Haemonchus contortus pada domba merupakan permasalahan penting karena menimbulkan kerugian besar yang tidak terlihat sehingga perlu dicari solusinya. Menghasilkan anak domba dengan tingkat ketahanan tinggi terhadap H. contortus merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh. Perbaikan pertumbuhan selama perkembangan intrauterus sangat potensial untuk dapat menghasilkan generasi yang memiliki ketahanan tinggi terhadap H. contortus. Pertumbuhan fetus yang baik selama perkembangan intrauterus akan mendukung terbentuknya jaringan, organ, dan sistem organ yang berfungsi optimal, termasuk peningkatan kualitas sistem imunitas. Aktivitas pertumbuhan secara dominan diatur oleh sistem pengaturan hormonal. Hormon-hormon kunci kebuntingan dapat ditingkatkan sekresinya dengan melakukan stimulasi ovarium calon induk sebelum perkawinan. Hasil stimulasi ovarium sebelum perkawinan adalah sekresi hormon kunci kebuntingan yang meningkat sehingga didapatkan pertumbuhan dan perkembangan uterus serta fetus yang lebih baik. Penelitian ini terdiri atas penelitian pada induk domba dari sebelum bunting sampai melahirkan dan penelitian pada anak domba yang dilahirkan dari induk tersebut. Penelitian pada induk merupakan pengamatan terhadap karakter morfometrik dan histometrik uterus pada usia kebuntingan 7 dan 15 minggu. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal betina sebanyak 36 ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Domba percobaan dibagi ke dalam dua perlakuan dengan 6 ulangan. Kelompok pertama adalah kelompok domba yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin (NSO) dan kedua adalah kelompok domba yang sebelum kawin distimulasi ovariumnya (disuntik PMSG dosis 7.5 IU/kgBB). Pada umur kebuntingan 7 minggu dan 15 minggu, domba percobaan dikorbankan untuk kemudian dilakukan pemeriksaan uterus dan fetus yang ada di dalamnya. Pengamatan sampel uterus terdiri atas variabel makro dan mikrouterus. Selanjutnya, sisa domba percobaan pada masing-masing kelompok dibiarkan melahirkan secara normal. Setiap anak domba yang lahir diamati kondisinya saat neonatus dan usia prasapih (1 dan 3 bulan). Anak domba tersebut dipelihara sampai dengan usia lepas sapih. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap untuk anak domba yang baru lahir sampai dengan usia 3 bulan sedangkan untuk periode lepas sapih menggunakan rancangan pola faktorial 2 X 2. Rancangan acak lengkap biasa terdiri atas dua kelompok yaitu anak domba hasil induk yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin dan anak domba hasil dari induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin. Pada rancangan acak lengkap pola faktorial 2 X 2, faktor pertama adalah perlakuan stimulasi ovarium pada induk dan faktor kedua adalah pemberian infeksi larva L3 H. contortus pada anak domba. Faktor pertama terdiri atas 2 level yaitu induk yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin (NSO) dan yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin (SO). Faktor kedua terdiri atas 2 level yaitu kelompok anak domba yang tidak diinfeksi dan yang diinfeksi larva L3. Variabel yang diamati pada usia anak 1-3 bulan antara lain jumlah anak, bobot anak, dan ukuran panjang tubuhnya serta diamati gambaran sel darah merah dan putihnya. Pada anak domba lepas sapih, diamati pertambahan bobot badannya dari sebelum diinfeksi sampai dengan dua setengah bulan setelah diinfeksi, jumlah telur tiap gram tinja (TTGT), jumlah, panjang, dan fekunditas cacing H. contortus betina pada abomasum anak domba yang diinfeksi. Uterus induk yang ovariumnya distimulasi sebelum kawin memiliki karakter makro yang meningkat dibandingkan dengan induk yang tidak distimulasi ovariumnya baik pada usia kebuntingan 7 maupun 15 minggu. Karakter mikrouterus induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin yang memiliki nilai lebih tinggi dibanding induk yang tidak distimulasi ovariumnya baik pada 7 maupun 15 minggu antara lain ketebalan dinding uterus, jumlah kelenjar uterus, dan jumlah pembuluh darah. Pengamatan pada sel kelenjar uterus menunjukkan bahwa hanya luas lumen kelenjar uterus dan nilai rasio luas inti sel kelenjar terhadap luas area sitoplasma pada usia kebuntingan 15 minggu yang berbeda secara signifikan sedangkan luas kelenjar uterus, luas inti sel, dan luas sitoplasma kelenjar tidak berbeda. Peningkatan karakter makro dan mikro uterus tersebut juga diikuti dengan peningkatan morfometrik fetus yang dikandung. Bobot neonatus yang dihasilkan induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan neonatus yang lahir dari induk yang tidak distimulasi ovariumnya sebelum kawin. Gambaran darah neonatus sampai dengan usia 3 bulan tidak berbeda nyata namun anak dari induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin cenderung memiliki kondisi yang lebih baik yang terlihat dari gambaran sel darah merah, hemoglobin, sel darah putih, dan trombositnya. Pada anak domba yang tidak diinfeksi, anak hasil induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin memiliki percepatan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan anak yang lahir dari induk biasa. Pada anak domba yang diinfeksi, anak hasil induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin tetap mampu memiliki kenaikan bobot badan sedangkan anak yang lahir dari induk biasa cenderung mengalami penurunan bobot badan. Anak domba hasil induk yang distimulasi ovariumnya sebelum kawin memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap infeksi H. contortus yang terlihat dari rendahnya nilai TTGT (telur tiap gram tinja), peningkatan bobot yang stabil pascainfeksi, dan rendahnya fekunditas cacing H. contortus betina di dalam abomasum. Faktor infeksi secara signifikan memberikan pengaruh pada penurunan bobot badan dan faktor stimulasi ovarium pada induk secara signifikan memberikan pengaruh peningkatan bobot anak yang dihasilkan namun kedua faktor tersebut tidak menunjukkan adanya interaksi. Faktor stimulasi ovarium pada induk sebelum kawin memberikan pengaruh lebih kuat dalam meningkatkan bobot anak yang dihasilkan sehingga mampu menutup pengaruh penurunan bobot badan oleh faktor infeksi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbaikan lingkungan mikrouterus induk selama kebuntingan melalui stimulasi ovarium terbukti mampu meningkatkan daya tahan anak domba yang dihasilkan terhadap infeksi H. contortus.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcVeterinaryid
dc.subject.ddcInfection Diseasesid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePeningkatan Daya Tahan Anak Domba terhadap Infeksi Haemonchus contortus melalui Perbaikan Lingkungan Mikrouterus Indukid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordDombaid
dc.subject.keywordHaemonchus contortusid
dc.subject.keywordketahananid
dc.subject.keywordstimulasi ovariumid
dc.subject.keywordperkembangan intrauterusid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record