Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorSadono, Dwi
dc.contributor.advisorTjitropranoto, Prabowo
dc.contributor.authorManaganta, Andri Amaliel
dc.date.accessioned2018-09-18T05:56:55Z
dc.date.available2018-09-18T05:56:55Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93841
dc.description.abstractKakao merupakan komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Tengah. Usahatani kakao belum banyak mengalami peningkatan produktivitas diakibatkan kurang didukung upaya perbaikan teknologi, terbatasnya kemitraan menyebabkan rendahnya akses petani terhadap lembaga permodalan, tata niaga yang didominasi oleh tengkulak dan pemilik modal serta lemahnya dukungan peran penyuluhan dalam meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kemandirian petani kakao untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan. Hal ini menunjukkan rendahnya kompetensi dan kapasitas petani kakao dan perlunya penelitian tentang kompetensi, kapasitas petani kakao menuju kemandirian petani yang berdaya saring, berdaya saing dan berdaya sanding serta peningkatan produkvitas petani melalui peningkatan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi tingkat kompetensi, kapasitas, dan kemandirian petani kakao, (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi, kapasitas dan kemandirian petani kakao untuk menghasilkan kakao yang berkualitas, (3) menganalisis pengaruh kemandirian terhadap produktivitas petani kakao, (4) menentukan strategi penyuluhan dalam meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kemandirian petani kakao. Penelitian ini menggunakan rancangan survey, dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah sebagai sentra utama produksi kakao di Indonesia. Lokasi penelitian secara geografis mewakili empat kabupatan, zona wilayah Utara Kabupaten Donggala, wilayah Barat Kabupaten Sigi, wilayah Tengah Kabupaten Poso dan wilayah Tenggara Kabupaten Morowali Utara. Sampel penelitian sebanyak 380 dengan memenuhi aturan uji statistik Structural Equation Modelling (SEM). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara bertahap (multi-step random sampling). Penentuan lokasi dan sampel dilakukan sebagai berikut: (1) ditetapkan dua (2) desa di setiap kabupaten terpilih berdasarkan beberapa kriteria: desa yang berkembang dan secara geografis memiliki lokasi dekat dengan ibu kota kabupaten serta desa yang jauh dari ibu kota kabupaten, dan (2) penentuan sampel di setiap desa secara acak proporsional (proportional random sampling). Hasil dari penelitian ini menunjukkan pertama, kompetensi petani lemah disebabkan lemahnya peran penyuluh, kurangnya inovasi yang diterima petani dan rendahnya pendidikan formal. Kapasitas petani lemah dalam berorganisasi dan dalam beradaptasi terhadap lingkungan disebabkan rendahnya kompetensi petani. Kemandirian petani kakao pada kategori rendah baik daya saring (47,7%), daya saing (31,3%), dan daya sanding (38,8%). Hal ini disebabkan kapasitas dan dukungan kelembagaan rendah, sehingga memengaruhi kemandirian petani rendah dalam berdaya saring, saing dan daya sanding. Kedua, tingkat kompetensi petani kakao lemah dipengaruhi oleh lemahnya (1) faktor intensitas mengikuti pendidikan nonformal, (2) motivasi pengembangan usahatani, (3) peran penyuluh pertanian dan (4) dukungan kelembagaan. Faktor yang dominan memengaruhi lemahnya tingkat kapasitas petani kakao adalah lemahnya (1) motivasi pengembangan usahatani, (2) keterikatan tradisi, (3) peran penyuluh pertanian, (4) dan ketersediaan inovasi. Lemahnya tingkat kemandirian petani dipengaruhi oleh lemahnya (1) tingkat pendidikan formal, (2) intensitas mengikuti pendidikan nonformal, (3) peran penyuluh pertanian, (4) ketersediaan inovasi, (5) dukungan kelembagaan, (6) tingkat kompetensi petani dan (7) tingkat kapasitas petani. Ketiga, peningkatan kemandirian petani merupakan faktor penentu peningkatan produktivitas usahatani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah. Penurunan produksi dan kualitas biji kering kakao dapat diatasi dengan meningkatkan kemandirian petani kakao. Kemandirian petani yang rendah berpengaruh pada rendahnya produktivitas (0,8 ton per hektar per tahun) di bawah potensi hasil 2 ton per hektar per tahun dan pendapatan rata-rata Rp. 1.325.070, berada di bawah upah minimum Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp 1.807.775 per bulan. Keempat, berdasarkan hasil dari model kemandirian petani dalam meningkatkan produktivitas usahatani kakao, perumusan strategi dalam meningkatkan kemandirian adalah: (1) strategi peningkatan kemandirian petani melalui peningkatan kapasitas petani dan (2) strategi peningkatan kemandirian petani melalui dukungan kelembagaan. Strategi yang dilakukan adalah: (a) menyusun rencana kelompok tani yang terintegrasi dengan programa penyuluhan; (b) melaksanaan kegiatan rembuk, pertemuan teknis, lokakarya lapangan serta temu lapang antara petani, industri dan swasta; (c) meningkatkan penggunaan pupuk kompos dan pestisida nabati oleh petani, serta pelatihan oleh penyuluh bagaimana menggunaan pestisida nabati dan pupuk organik, serta melakukan pendampingan yang intensif secara terus menerus dalam rangka meningkatkan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan; (d) meningkatkan peran kelompok tani sebagai pengumpul biji kering kakao milik petani; (e) melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga industri maupun swasta dalam penyediaan sarana produksi, pemasaran dan pengolahan yang memadai untuk petani; (f) mengembangkan kelembagaan pelaku utama sebagai wujud nyata dari Undang-Undang No 16 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sesuai Pasal 19 ayat (2, 3 dan 4) yaitu kelembagaan pelaku utama mempunyai fungsi sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang; (g) kapasitas dan jumlah penyuluh yang kompeten pada tanaman kakao; (h) melakukan kerjasama dengan penjamin kredit bagi petani. Kerjasama yang dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses modal sehingga petani mampu menyediakan kebutuhan sarana produksi untuk peningkatan kualitas biji kering kakao; (i) merancang peraturan-peraturan yang mendukung pengembangan kemandirian petani kakao; (j) melakukan pendampingan pengolahan biji kering kakao menjadi produk siap konsumsi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcDevelopment Conselingid
dc.subject.ddcCocoa Farmingid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcSulawesi Tengahid
dc.titleKemandirian Petani dalam Meningkatkan Produktivitas Usahatani Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordpetani kakaoid
dc.subject.keywordkompetensiid
dc.subject.keywordkapasitasid
dc.subject.keywordkemandirianid
dc.subject.keywordproduktivitas petaniid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record