Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Meity Suradji
dc.contributor.advisorToruan-Mathius, Nurita
dc.contributor.advisorNawangsih, Abdjad Asih
dc.contributor.authorSinthya, Hana Christine
dc.date.accessioned2018-09-18T00:44:58Z
dc.date.available2018-09-18T00:44:58Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93805
dc.description.abstractPenyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense Pat., merupakan salah satu penyakit penting pada kelapa sawit. Telah dilaporkan bahwa agens hayati Trichoderma spp. dan fungi mikoriza arbuskular (FMA) dapat mengendalikan BPB pada kelapa sawit. Namun, keefektifan pengendalian agens biokontrol tersebut tidak stabil di lapangan. Keefektifan suatu agens biokontrol sangat ditentukan oleh bentuk formulasi yang terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa. Dikatakan bahwa formulasi agens biokontrol sangat menentukan kemampuan proliferasi suatu agens, cara bertahan hidup di lingkungan, cara aplikasi, dan periode simpan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi agens biokontrol Trichoderma spp. dan FMA yang efektif dan efisien dalam mengendalikan penyakit BPB pada kelapa sawit. Bahan aktif suatu formulasi agens biokontrol harus menggunakan strain terbaik yang dapat menghambat patogen, dan tidak mempunyai efek negatif pada tanaman maupun lingkungan. Agens biokontrol Trichoderma dan FMA diisolasi dari rizosfer tanaman kelapa sawit di kebun Padang Halaban, Sumatera Utara. Agens biokontrol yang diperoleh diuji kemampuan penghambatannya dengan uji kultur ganda. Bahan aktif Trichoderma yang memiliki kemampuan penghambatan terbaik, dikulturkan pada bahan perbanyakan bulir milet (Panicum miliaceum) dan biji jagung (Zea mays) pecah. Bahan aktif Trichoderma diformulasikan dengan bahan pembawa dedak (T1) dengan konsentrasi 1:999 (g/g), dedak dan kompos tandan kosong kelapa sawit (T3) dengan konsentrasi 1:500:499 (g/g). Agens biokontrol FMA diketahui selalu bersimbiosis dengan bakteri simbiotik diuji kemampuan penghambatannya terhadap G. boninense. Bahan aktif FMA diperbanyak pada akar tanaman sorgum selama 3 bulan kemudian diformulasikan dengan bahan pembawa: zeolit (FMA1) dengan konsentrasi 1:9 dan zeolit ditambah kompos tandan kosong kelapa sawit (FMA2) dengan konsentrasi 1:7:2. Aplikasi FMA dilakukan pada saat kecambah kelapa sawit akan ditanam dengan dosis 10 g, sedangkan formulasi Trichoderma pada bibit berumur 3 bulan atau pada saat pemindahan bibit ke main nursery sebanyak 10 g bersamaan dengan inokulasi G. boninense. Bahan tanaman yang digunakan adalah kecambah progeni DXP (76 x 36.11) rentan G. boninense dari PT Damimas Sejahtera, Pekanbaru. Hasil uji kultur ganda 5 isolat Trichoderma spp. terhadap G. boninense menunjukkan T. asperellum (F26) dan T. harzianum (F126) memiliki kemampuan penghambatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya (p 5%). Oleh karena itu T. asperellum dan T. harzianum terpilih sebagai bahan aktif yang akan diformulasikan. Pertumbuhan kedua spesies Trichoderma terpilih bersifat kompatibel. Agens biokontrol FMA yang selalu berasosiasi dengan bakteri simbiotik telah dilaporkan dapat melindungi akar kelapa sawit dari penetrasi G. boninense. Berdasarkan hasil uji kultur ganda Bacillus subtilis merupakan bakteri simbiotik FMA yang dominan dan paling tinggi daya hambat terhadap G. boninense. Perbanyakan Trichoderma diketahui bahwa kelimpahan tertinggi T. asperellum dan T. harzianum tertinggi terjadi pada media bulir milet (kadar air 60%). Uji bahan pembawa untuk kandidat formulasi Trichoderma, yaitu campuran dedak dengan kompos TKS (1:1) secara nyata lebih baik dibandingkan terhadap dedak atau kompos TKS saja. Oleh karena itu formulasi Trichoderma terpilih ialah bahan aktif kombinasi T. asperellum dan T. harzianum pada milet (kadar air 60%) dan bahan pembawa dedak kering + kompos TKS (1:1). Kombinasi aplikasi formulasi FMA2 dan formulasi T3 tingkat asosiasi FMA dengan akar tanaman 27.3% dan populasi Trichoderma di perakaran kelapa sawit 105cfu/g, memberikan penekanan keparahan penyakit yang tinggi hingga 51%, menekan insidensi penyakit hingga 37.3%, serta memperpanjang periode laten penyakit BPB. Formulasi FMA dengan bahan pembawa zeolit dan kompos TKS (FMA2) dikombinasikan dengan formulasi kombinasi T. asperellum dan T. harzianum pada bahan perbanyakan milet dengan bahan pembawa dedak dan kompos TKS (T3) dapat direkomendasikan sebagai strategi yang efektif dalam pengendalian penyakit BPB pada bibit kelapa sawit.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPhytopathologyid
dc.subject.ddcTtrichoderma sp.id
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleFormulasi Trichoderma spp. dan Mikoriza Arbuskular untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordagens hayatiid
dc.subject.keywordbahan aktifid
dc.subject.keywordbahan pembawaid
dc.subject.keywordinsidensi penyakitid
dc.subject.keywordkompos tandan kosongid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record