Show simple item record

dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.authorSetiawan, Fahri
dc.date.accessioned2018-09-17T05:07:52Z
dc.date.available2018-09-17T05:07:52Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93802
dc.description.abstractPenambangan timah telah meningkatkan perekonomian masyarakat Bangka Selatan, namun kegiatan penambangan meninggalkan lahan-lahan marginal yang harus diperbaiki. Tujuan penelitian ini adalah : 1) mengidentifikasi sebaran lahan pasca tambang timah terbuka secara spasial; 2) menentukan jenis tanaman yang sesuai dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial untuk kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang timah; 3) menyusun arahan wilayah dan strategi rehabilitasi lahan pasca tambang timah; 4) dan menghitung pengaruh ekonomi dari rehabilitasi lahan pasca tambang timah. Lahan pasca tambang timah terbuka dianalisis menggunakan digitasi on-screen dengan menggunakan data citra satelit SPOT-6 tahun 2015, kemudian ditumpangtindihkan dengan peta pola ruang. Tanaman rehabilitasi dianalisis menggunakan Permenhut No. 60 tahun 2009 atau Permen ESDM No. 7 tahun 2014, NPV, BCR, IRR, dan wawancara dengan menggunakan data-data seperti data spasial lahan yang telah direhabilitasi oleh perusahaan tambang, hasil survei, dan biaya rehabilitasi. Hasil dari Permenhut No. 60 tahun 2009 atau Permen ESDM No. 7 tahun 2014, NPV, BCR, IRR, dan wawancara dianalisis menggunakan TOPSIS untuk memilih jenis tanaman rehabilitasi. Arahan wilayah rehabilitasi dianalisis menggunakan AHP dan TOPSIS dengan mengunakan data lahan pasca tambang timah terbuka, jumlah penyuluh, jumlah produksi tanaman perkebunan, dan jarak lahan pasca tambang timah dengan ibukota Kecamatan, sedangkan strategi rehabilitasi dianalisis menggunakan AHP. Penengaruh ekonomi dari kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang timah dianalisis menggunakan PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasca tambang timah terbuka di Kabupaten Bangka Selatan tersebar di kawasan lindung dan kawasan budidaya, dengan luas masing-masing sebesar 423,1 ha dan 11.224,7 ha. Berdasarkan aspek lingkungan dengan menggunakan indikator Permenhut No. 60/2009, tanaman kelapa sawit sedikit lebih unggul memperbaiki lingkungan bila dibandingkan dengan karet dengan nilai keberhasilan rehabilitasi kelapa sawit sebesar 72,00 dan karet 71,96. Permen ESDM No. 7/2009 juga menunjukkan hal yang sama, kelapa sawit sedikit lebih unggul dalam memperbaiki lingkungan bila dibandingkan dengan tanaman karet, dengan nilai keberhasilan rehabilitas kelapa sawit sebesar 78,83 dan karet 72,07. Berdasarkan aspek ekonomi, tanaman kelapa sawit lebih layak diusahakan secara finansial bila dibandingkan dengan tanaman karet dengan nilai NPV, BCR dan IRR kelapa sawit Rp 425.629.907,13, 2,83 dan 44%, sedangkan karet Rp. 23.440.706,38, 1,19, dan 11%. Berdasarkan aspek sosial, tanaman karet lebih disukai oleh stakeholder dengan 12 orang stakeholder memilih karet dan kelapa sawit 2 orang. Mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial, maka kelapa sawit terpilih sebagai tanaman rehabilitasi dengan menggunakan analisis TOPSIS. Kecamatan Tukak Sadai, Toboali, dan Air Gegas termasuk kategori “Sangat Prioritas” dengan nilai kedekatan relatif untuk solusi ideal masing-masing sebesar 0,56, 0,52 dan 0,51. Hal ini menjadikan Kecamatan Tukak Sadai, Toboali dan Air Gegas sebagai daerah prioritas dalam rehabilitasi lahan pasca tambang timah. Kecamatan-kecamatan seperti Payung dan Simpang Rimba termasuk kategori “Prioritas” dengan nilai kedekatan relatif untuk solusi ideal masing-masing sebesar 0,44 dan 0,40, Pulau Besar kategori “Cukup Prioritas” dengan nilai kedekatan relatif untuk solusi ideal 0,32, dan Lepar Pongok “Kurang Prioritas” dengan nilai kedekatan relatif untuk solusi ideal sebesar 0,13 menjadi daerah alternatif untuk kegiatan rehabilitasi. Kecamatan Kepulauan Pongok termasuk kategori “Tidak Prioritas”, serta tidak termasuk dalam daerah yang direhabilitasi karena tidak memiliki lahan pasca tambang timah terbuka. Kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang timah menggunakan kelapa sawit mengutamakan kaidah-kaidah lingkungan dalam pelaksanaannya. Kegiatan rehabilitasi menggunakan kelapa sawit memberikan pengaruh ekonomi positif terhadap Kabupaten Bangka Selatan, dengan dugaan sumbangan PDRB pertahun sebesar Rp. 501.824.095.033 pada seluruh lahan pasca tambang timah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcMining landid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBangka Belitungid
dc.titleArahan Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang Timah untuk Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Bangka Selatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordberkelanjutanid
dc.subject.keywordkaretid
dc.subject.keywordkelapa sawitid
dc.subject.keywordPDRBid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record