Show simple item record

dc.contributor.advisorMansur, Irdika
dc.contributor.advisorWulandari, Dewi
dc.contributor.authorPareira, Magdalena Sunarti
dc.date.accessioned2018-08-28T07:43:41Z
dc.date.available2018-08-28T07:43:41Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93053
dc.description.abstractPohon Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu jenis pohon asli Nusa Tenggara Timur (NTT) karena mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menjadi spesies endemik terbaik di dunia. Kandungan minyak atsiri yang ada di dalamnya memiliki aroma yang sangat khas dan dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk seperti kerajinan tangan, ukiran kayu, dupa, dan minyak untuk industri parfum dan kosmetik. Cendana merupakan tanaman yang bersifat semiparasit yang hidupnya membutuhkan tanaman inang untuk mendapatkan unsur hara dan air dalam tanah. Ada banyak jenis tanaman inang yang sudah digunakan antara lain Casuarina equisetifolia (Cemara Laut), Acacia mangium (Acacia mangium), Sesbania grandiflora ( Turi), Alternanthera sp. (Krokot) dan Capsicum annum (Cabai). Dalam penelitian ini akan diuji coba cendana ditanam bersama tanaman inang Cymbopogon nardus (Sereh wangi) yang bermikoriza, karena dari segi ekonomi dapat memberikan keuntungan. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan kelompok fungi dari filum Glomeromycota yang bersimbiosis mutualisme dengan sistem akar tanaman tingkat tinggi. FMA mampu bertahan hidup dilahan kering. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas FMA dan pemanfaatan tanaman inang atsiri untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cendana di TTU (Timor Tengah Utara). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan petak terbagi (Split plot design) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama FMA sebagai petak utama terdiri dari tiga taraf yaitu tanpa FMA (M0), FMA dari lahan agroforestri (M1) dan FMA asal hutan alam (M2). Faktor kedua adalah penanaman bersama inang anak petak yang terdiri dari tiga taraf yaitu cendana tanpa tanaman inang (T0), cabai (T1) dan krokot (T2). Dari 2 faktor tersebut di atas terdapat 9 kombinasi perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 5 kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 unit sehingga terdapat 180 bibit. Analisis menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95%. Uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dilakukan jika hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata. Tahapan penelitian meliputi pengamatan karakteristik FMA, ekstraksi benih dan tanaman inang, dengan parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman cendana, jumlah daun cendana, diameter batang cendana, berat kering akar, indeks mutu bibit, nisbah pucuk akar, pengamatan haustorium, jumlah spora, kolonisasi akar dan ketergantungan FMA. Hasil pengamatan karakteristik FMA asal lahan agroforestri dan lahan hutan alam menunjukkan keragaman tipe FMA terdiri dari 2 tipe yaitu spora Acaulospora dan spora Glomus. Kultur penangkaran ini juga bertujuan untuk menstimulasi sporulasi yang berasal dari lapangan sehingga jumlah dan keragaman tipe spora meningkat. Hasil analisis data terhadap pertumbuhan cendana dan tanaman inang menunjukkan perlakuan inokulasi FMA dan tanaman inang memberikan interaksi pada peubah umur 16 minggu setelah tanam (MST). Faktor tunggal inokulasi FMA dan tanaman inang memberikan pengaruh yang nyata pada peubah pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang, berat kering pucuk, berat kering akar, dan kolonisasi akar. Hasil pengamatan (tahap pertama) penanaman cendana bersama tanaman inang cabai dan krokot, menunjukkan pada peubah pertambahan tinggi bibit cendana bersama tanaman inang cabai memberikan nilai terbaik yakni FMA asal lahan agroforestri dengan tanaman inang cabai 19.8 cm di bandingkan dengan kontrol 6.6 cm. Pertambahan diameter batang cendana memberikan nilai terbaik pada perlakuan tanpa FMA bersama tanaman inang krokot yakni 2.24 mm. Pertambahan jumlah daun memberikan nilai terbaik pada perlakuan FMA asal lahan agroforestri dengan tanaman inang cabai 18.9 (helai), dibandingkan kontrol 8.7 (helai). Berat kering pucuk 2.00 g, berat kering akar 0.70 g, nisbah pucuk akar 4.05, indeks mutu bibit 4.16, kolonisasi akar 82%. Hasil pengamatan (tahap kedua), cendana ditanam bersama tanaman inang cabai dan sereh wangi, menunjukkan pada peubah pertambahan tinggi, cendana bersama tanaman inang cabai dan sereh wangi di inokulasikan dengan FMA memberikan respon yang baik dengan nilai 13.14 cm dan 12.5 cm. Pada peubah pertambahan jumlah daun pada perlakuan FMA asal lahan agroforestri dengan tanaman inang cabai 22.0 (helai), FMA dan tanaman inang sereh wangi 19.60 (helai). Pada peubah pertambahan diamter batang pada perlakuan FMA dengan tanaman inang cabai 1.83 mm dan FMA dengan tanaman inang sereh wangi 1,79 mm. Berat kering pucuk pada perlakuan FMA dengan tanaman inang cabai 1.64 g, berat kering akar pada perlakuan FMA dengan tanaman inang cabai 0.97 g, nisbah pucuk akar pada perlakuan FMA dengan tanaman inang sereh wangi 5.50 g, indeks mutu bibit pada perlakuan tanpa FMA dengan tanaman inang sereh wangi 3.90 g, kolonisasi akar pada perlakuan FMA dengan tanaman inang cabai 56.0%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSilvicultureid
dc.subject.ddcSandalwood Seedlingsid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titlePemanfaatan FMA dan Tanaman Inang Atsiri Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Cendana (Santalum album L.)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordSantalum album L.id
dc.subject.keywordFMAid
dc.subject.keywordtanaman inangid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record