Show simple item record

dc.contributor.advisorNurrochmat, Dodik Ridho
dc.contributor.advisorSundawati, Leti
dc.contributor.authorPrasetyo, Haris
dc.date.accessioned2018-08-28T07:41:49Z
dc.date.available2018-08-28T07:41:49Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/93050
dc.description.abstractBambu terbukti memberikan multi-manfaat baik dari aspek produksi, ekologi, serta sosial ekonomi. Namun, bambu masih belum dikembangkan secara maksimal. Kontribusi pendapatan dari usaha budidaya bambu relatif rendah sehingga mendorong masyarakat mengganti bambu dengan jenis kayu-kayuan yang dianggap lebih menguntungkan, salah satunya sengon. Rendahnya kontribusi pendapatan dari usaha budidaya bambu mendorong pengembangan alternatif usaha lain. Di sektor hulu, selain budidaya bambu telah berkembang usaha lain seperti usaha pembibitan bambu dan pengawetan bambu yang dilakukan oleh petani. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis praktik pengelolaan bambu yang dilakukan oleh petani, menganalisis faktor yang mempengaruhi petani mengusahakan bambu, menganalisis kelayakan usaha budidaya bambu dibandingkan dengan sengon, menganalisis usaha pembibitan bambu dan pengawetan bambu. Penelitian dilakukan terhadap petani yang mengusahakan bambu dan sengon serta melakukan usaha pembibitan bambu di Kabupaten Sleman dan kelompok Tunas Karya yang melakukan usaha pengawetan Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis praktik pengelolaan bambu dimaksudkan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap bambu, potensi tanaman bambu, pola tanam, kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan rumpun bambu, serta pemanenan bambu. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi petani melakukan pengusahaan bambu dilakukan dengan regresi logistik. Analisis kelayakan usaha pada penelitian ini menggunakan metode Market Analysis and Development (MA&D). Analisis dalam metode ini meliputi analisis aspek pasar dan pemasaran, aspek ekologi dan lingkungan, aspek teknis dan teknologi, aspek sosial budaya dan kelembagaan (institutional setting) serta analisis finansial. Analisis finansial yang dilakukan meliputi: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan bambu yang dilakukan petani masih bersifat tradisional. Bambu yang dimiliki petani merupakan warisan dan penanaman. Pemeliharaan terhadap rumpun bambu belum banyak dilakukan. Pemanenan bambu dilakukan secara tebang pilih berdasarkan permintaan. Perlu upaya pemulihan dan pengelolaan rumpun bambu yang dimiliki petani untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas bambu yang dihasilkan. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dari faktor-faktor yang ada tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan petani mengusahakan bambu. Usaha budidaya bambu dan sengon layak diusahakan. Ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, usaha budidaya bambu maupun sengon layak karena permintaan yang masih besar dan belum bisa terpenuhi dari sumber yang ada. Ditinjau dari aspek teknis dan teknologi; usaha budidaya ini layak karena didukung SDM, teknologi dan infrastruktur yang memadai meskipun perlu upaya pemeliharaan rumpun yang baik untuk meningkatkan produktifitas. Ditinjau dari aspek ekologi dan lingkungan; usaha ini layak karena karena jumlah di alam yang masih banyak, terdapat usaha melakukan budidaya dan penanaman meskipun demikian perlu upaya pengendalian khususnya terhadap penyebaran bambu cendani yang bersifat invasif. Ditinjau dari aspek sosial kelembagaan; usaha ini layak karena adanya dukungan melalui kebijakan pemerintah serta kearifan lokal terhadap sumber daya yang dimiliki. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha tani monokultur bambu, monokultur sengon maupun campuran bambu dan layak secara finansial atau memenuhi kriteria kelayakan (NPV>0, BCR>1, IRR>suku bunga). Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa budidaya bambu petung dengan jarak tanam 6x6 meter memberikan hasil keuntungan paling besar dengan Nilai NPV sebesar Rp 330 329 538, BCR 29,10 dan IRR 25,18%. Usaha pembibitan bambu layak diusahakan karena dapat mendukung program-program pemerintah dalam rehabilitasi lahan. Ditinjau dari aspek teknis dan teknologi; teknologi pembibitan telah dikuasai, infrastruktur jalan dan air serta komunikasi sudah mendukung. Ditinjau dari aspek sosial/kelembagaan; usaha ini dapat mendorong partisipasi masyarakat dan menambah penghasilan. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha pembibitan baik bambu apus maupun petung layak secara finansial karena nilai B/C lebih besar dari satu. Usaha pembibitan bambu apus memiliki B/C sebesar 1,52 sementara usaha pembibitan bambu petung memiliki B/C sebesar 2,37. Usaha pengawetan bambu ini masih layak diusahakan karena potensi permintaan yang masih tinggi, namun perlu upaya memperluas jaringan pemasaran. Ditinjau dari aspek teknis dan teknologi; infrastruktur jalan dan air serta komunikasi sudah mendukung. Ditinjau dari aspek ekologi dan lingkungan; meskipun aman perlu upaya mencari alternatif bahan pengawet lain yang ramah lingkungan dan murah. Ditinjau dari aspek sosial/kelembagaan, dukungan pemerintah diberikan dengan pelatihan pembuatan kerajinan sebagai alternatif usaha selain pengawetan. Ditinjau dari aspek finansial; pengawetan bambu layak untuk diusahakan karena pada kondisi riil, pengawetan bambu apus mempunyai nilai NPV sebesar Rp. 30.737.598, nilai BCR sebesar 1,29 dan nilai IRR sebesar 31,72.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcForest Managementid
dc.subject.ddcBamboo Cultivationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcYogyakartaid
dc.titleKelayakan Usaha Bambu Berbasis Masyarakatid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordpembibitan bambuid
dc.subject.keywordbudidaya bambuid
dc.subject.keywordpengawetan bambuid
dc.subject.keywordmarket analysis and developmentid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record