Show simple item record

dc.contributor.advisorSondita, M Fedi A
dc.contributor.advisorIskandar, Budhi Hascaryo
dc.contributor.advisorHaluan, John
dc.contributor.advisorSoeboer, Deni Achmad
dc.contributor.authorWibowo, Berbudi
dc.date.accessioned2018-08-16T08:47:53Z
dc.date.available2018-08-16T08:47:53Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92652
dc.description.abstractSamudera Hindia selatan Jawa (WPP 573) merupakan perairan yang memiliki sumberdaya perikanan tuna, setidaknya ada 3 jenis alat tangkap tuna yang dominan di Samudera Hindia selatan Jawa yaitu, rawai tuna, pukat cincin, dan kapal pancing. Armada rawai tuna dan pukat cincin berukuran diatas 30GT sedangkan kapal pancing merupakan perikanan rakyat dengan ukuran rata 12GT. Dari tiga jenis alat tangkap, rawai tuna merupakan alat tangkap yang paling selektif (85% hasil tangkapan sudah dewasa). Tetapi keberadaanya mulai berkurang. Nelayan rawai tuna beralih ke pukat cincin yang merupakan alat tangkap yang kurang selektif. Sedangkan kapal pancing menggunakan dua jenis alat tangkap yaitu alat tangkap yang digunakan dipermukaan dan yang digunakan diperairan yang lebih dalam. Alat tangkap yang digunakan untuk perairan yang lebih dalam menargetkan tuna yang berukuran besar seperti tuna yang tertangkap oleh rawai. Karena memancing tuna dengan ukuran besar lebih beresiko dan membutuhkan keahlian, maka nelayan pancing banyak menggunakan alat tangkap yang dioperasikan dipermukaan dengan target tuna berukuran kecil (belum dewasa). Jika peraturan tentang ikan dengan legal size akan diterapkan dengan mempertimbangkan length at first maturity maka perikanan rawai tuna dan pancing ulur adalah alternatif terhadap perikanan pukat cincin, karena merupakan perikanan rakyat yang biaya infestasi maupun biaya operasional lebih murah dibanding rawai tuna. Peningkatan teknologi pada perikanan pancing ulur merupakan suatu keharusan dengan harapan dapat mengurangi resiko dan meningkatkan jumlah produksi. Salah satunya yaitu dengan menambah peralatan untuk mempercepat proses penarikan. Rata – rata armada kapal pancing berukuran 12GT sehingga peralatan untuk mempercepat proses penarikan untuk kapal pancing disesuaikan ketersediaan tempat dan kebutuhan daya untuk menarik tuna. Penelitian ini merancang mini hauler yang dapat digunakan pada armada pancing ulur. Mini hauler disimulasikan dapat menarik tuna dengan ukuran 210cmFl. Hasil perhitungan, sumber tenaga mini hauler dari mesin diesel berkekuatan 8,5Hp yang disalurkan melalui pompa dan motor hidrolik. Motor hidrolik dihubungkan dengan penggulung senar dengan mekanisme reduction gear 1:10 untuk mensesuaikan antara sumber tenaga dengan beban yang akan ditarik. Dampak dengan penambahan peralatan mini hauler di kapal disimulasikan KM. PSP 01 (9,5GT). KM. PSP 01 beroperasi di Samudera Hindia selatan Jawa dimana armada kapal pancing beroperasi. Ukuran KM. PSP 01 dibawah rata – rata armada kapal pancing di Jawa Timur. Hasil simulasi, dengan penambahan peralatan mini hauler pada kapal KM. PSP 01 menyebabkan draft turun sebesar 0,35 cm. Kemiringan kapal akibat aktivitas nelayan ketika menarik ikan dengan menggunakan mini hauler sebesar 3,50. Kondisi ini masih dalam kondisi aman bagi nelayan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarine Technologyid
dc.subject.ddcMarine engineeringid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleDisain Mini Hauler dengan pendekatan Bio – Engineering untuk Perikanan Pancing Ulur Tunaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordmini haulerid
dc.subject.keywordtunaid
dc.subject.keywordpengelolaan perikananid
dc.subject.keywordberkelanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record